Maulid Nabi: Refleksi Perjuangan Rasul dari Penegakkan Khilafah Sampai Menyebar Hingga Nusantara




Islam merupakan ajaran mulia yang sesuai dengan fitrah dan membangkitkan manusia dari keterpurukan. Siapapun dia dan di mana pun dia berada, bila melihat tanpa kebencian, pasti dapat merasakan cahaya Islam tersebut. Rasulullah saw lah yang membawa risalah Allah ke hadapan manusia hingga menyebar ke seluruh dunia.

Sebelum Nabiyullah Muhammad saw lahir, kedatangannya memang telah dipersiapkan untuk menjadi nabi dan Rasul. Hal ini terlihat dari banyaknya peristiwa yang terjadi sebelum kelahirannya, yang mengukuhkan bahwa benar beliau adalah utusan Allah swt.

Pada saat ibunda Aminah mengandung Rasulullah saw, ia tidak merasakan adanya beban maupun kesulitan. Justru kemudahan dan keringanan yang dirasakan. Proses kelahiran tiba, ibunda Aminah sangat terpukau begitu melihat bahwa ada cahaya yang keluar dari kemaluannya yang menyinari istana Syam.

Pada saat kelahiran Nabiyullah Muhammad di belahan dunia lain juga terjadi peristiwa menggemparkan. Antara lain runtuhnya sepuluh balkon istana Kisra, padamnya api yang biasa disembah oleh orang-orang Majusi, serta runtuhnya beberapa gereja di sekitar Buhairah.

Dikala usia Rasulullah saw mencapai dua belas tahun, Abu Thalib, sang paman yang mengasuh beliau semenjak kakek beliau telah wafat, mengajak beliau berdagang dengan tujuan Syam. Saat tiba di Bushra terdapat rahib yang terkenal dengan sebutan Bahira. Tatkala rombongan ini singgah, sang Rahib menghampiri dan mempersilahkan rombongan untuk mampir ke rumahnya.

Sambil memegang tangan beliau, ia berkata,”Anak ini adalah pemimpin semesta alam, ia diutus oleh Allah sebagai rahmat untuk seluruh alam”. “Sejak kalian tiba di Aqobah, tak ada bebatuan dan pepohonan pun melainkan mereka tunduk dan bersujud. Mereka tidak sujud melainkan kepada seorang nabi”, lanjutnya.

Begitulah, Rasulullah saw sebelum nubuwah telah menghimpun sekian banyak kelebihan dari berbagai lapisan manusia selama pertumbuhan beliau. Beliau menjadi sosok yang unggul dalam pemikirannya yang jitu, pandangannya yang lurus juga mendapat sanjungan karena kecerdikan dan kelurusan pemikirannya.

Beliau lebih suka diam berlama-lama untuk mengamati, memusatkan pikiran dan menggali kebenaran. Dengan akalnya beliau mengamati keadaan negerinya, dengan fitrahnya yang suci, beliau mengamati lembaran-lembaran kehidupan, keadaan manusia dan berbagai golongan.

Saat berinteraksi dengan manusia, beliau selalu mempertimbangkan segala sesuatunya, jika tidak ada kebaikan di dalamnya beliau lebih menikmati kesendiriannya. Beliau merasa risih terhadap khurafat dan menghindarinya. Beliau juga tidak meminum khamr dan tidak memakan daging yang dipersembahkan kepada berhala.

Semenjak kecil beliau selalu menghindari jenis penyembahan batil, sehingga tidak ada sesuatu yang lebih beliau benci selain daripada penyembahan pada patung. Beliau juga tidak sanggup menahan kesabaran tatkala mendengar sumpah yang disampaikan kepada Lata dan Uzza. Beliau memang selalu terpelihara dan terlindungi dari kejahiliyahan masyarakat saat itu. 

Melihat kemungkaran disekitar, beliau berusaha mendekatkan diri kepada Allah dengan harapan bisa memperbaiki keadaan serta hati kaumnya yang semakin lama semakin parah. Ketika Nabi Muhammad tengah tenggelam dalam bermunajat kepada Allah di gua Hira, ia didatangi oleh Malaikat Jibril. Saat itu Rasulullah saw genap berusia 40 tahun. Jibril membawa perintah dari Allah SWT untuk menyampaikan wahyu pertama, yaitu Surat Al-Alaq ayat 1-5.

Setelah peristiwa tersebut Rasulullah menggigil ketakutan, beliau segera menemui Khadijah, istri tercinta dengan meminta diselimuti. Dengan sabar Khadijah menenangakan beliau kemudian membawanya kepada Waraqah. “Ini adalah Namus, yang diturunkan Allah kepada Musa. Tak seorang pun pernah membawa selain yang engkau bawa melainkan dimusuhi. Andaikan aku masih hidup pada masamu nanti, tentu aku akan membantumu secara sungguh-sungguh”, ujar Waraqah. 

Saat itulah Nabiyullah Muhammad saw resmi diangkat menjadi Rasul. Kemudian berselang beberapa waktu, turunlah wahyu berikutnya, Al Mudatsir 1-7 yang memerintahkan beliau untuk mendakwahkan Islam. Sejak saat itu, Rasulullah Muhammad terus mendakwahkan Islam yang pada awalnya kepada orang terdekat kemudian meluas kepada siapapun dan di wilayah manapun.

Strategi dakwah yang secara serius beliau jalani dan tentunya atas izin dan rahmat Allah swt, mengantarkan pada penegakkan Islam di dalam institusi negara di Madinah. Setelah berhijrah, Rasullah bukan hanya sebagai penyampai wahyu, namun juga sebagai pemimpin negara yang dengan pandangan strategisnya, Islam dapat terus meluas melintasi daratan bahkan lautan.

Walaupun Rasulullah Muhammad saw telah tiada, namun semangat dakwah terus ditularkan dari generasi ke generasi, tentunya kekuatan iman lah yang melandasi hal tersebut. Semangat iman dan Islam ini terus dipanaskan hingga ribuan tahun setelah Rasul wafat. Hingga sampailah ratusan tahun yang lalu, Islam datang ke Nusantara.

Dengan membawa perdamaian, persamaan hak, santunnya ucapan dan tingkah laku sang Dai, masyarakat pesisir yang sudah jengah dengan adanya perbedaan kasta, mulai terbuka hatinya oleh Islam. Lambat laun masyarakat pesisir yang telah memahami Islam dan dikomandoi oleh para Dai, mulai masuk ke pedalaman hingga banyak anggota kerajaan yang tertarik dangan kalimat tauhid.

Hingga mayoritas kerajaan di Nusantara dari Samudra Pasai hingga Buton dan Raja Ampat, banyak yang memeluk Islam. Melihat hal itu, selain sedang mencari jalur rempah, Portugis tidak suka dengan penyebaran Islam di Nusantara. Maka penjajahan besar di bawah pimpinan Alfonso De Albuquerque dengan Gold, Glory, Gospel nya dimulai.

Tentunya penyerangan Portugis mendapatkan perlawanan dari kerajaan Islam di Nusantara. Dengan meminta bantuan kepada Daulah Khilafah Utsmaniyah, maka perlawanan terus digencarkan. Saat itu Khilafah Utsmaniyah selain mempunyai pengaruh sangat besar di dunia, kerajaan di nusantara juga mempunyai hubungan dekat dengan Daulah Khilafah, yaitu hubungan keumatan.

Bantuan tersebut berupa dua kapal perang, 200 meriam monster, meriam penghancur, ahli militer, 400 jeniseris (ahli militer dan persenjataan) dikirim ke Aceh. Saat itu kesultanan Aceh menjadi wakil para raja di nusantara dalam hubungannya dengan Khilafah Utsmaniyah.  

Setelah penjajahan Portugis, kemudian datang masa penjajahan Belanda selama ratusan tahun. Perjuangan kaum muslimin yang dipimpin oleh para ulama ataupun panguasa Muslim saat itu belum berakhir. Dengan ikatan keumatan yang telah ada, masyarakat Nusantara berjuang mengusir penjajah dari Sabang sampai Merauke dengan semangat jihad.

Ikatan keumatan yang mempersatukan ini sangat terasa bukan hanya di kawasan nusantara saja, namun juga di seberang lautan sana. Gaung khilafah saat itu telah masyhur di semua kalangan. Media cetak dalam dan luar negeri jaman Belanda juga banyak yang mengabarkannya. Hingga saat daulah Khilafah Utsmaniyah runtuh pun, surat kabar banyak yang melaporkannya. 

Bila saat ini opini di tengah masyarakat menegasikan Khilafah sebagai pemersatu umat dan antipati terhadapnya. Justru hal tersebut berkebalikan dengan fakta sejarah. Karena yang demikian ini merupakan upaya untuk mengubur dan mengkaburkan sejarah yang ada di Nusantara.

Wallahua’alam


Oleh Ruruh Hapsari

Posting Komentar

0 Komentar