Menaruh Rasa Rindu pada Rasulullah, Tidak Sekadar di Bulan Maulid


Tak terasa bulan Safar akan segera meninggalkan diganti dengan Maulid (Rabiul awal yang begitu fenomenal). Kesyahduan dan kemeriahan peringatan Maulid akan sangat terasa manakala Maulidan di peringati seantero negeri hingga dunia. Wajar hal dilakukan karena kaum muslimin sangat mencintai sosok beliau yang begitu besar pengaruhnya dan Barat pun mengakui kiprahnya. Kemuliaan akhlaknya dan keluhuran budinya dari Barat hingga Timur mengakuinya. Oleh karenanya hal yang wajar jika kemudian sosoknya sungguh luar biasa mendunia.

Islam sebagai agama yang dibawa oleh Rasulullah saw. mengajarkan untuk senantiasa mengikutinya sebagai suri tauladan. Hal ini merupakan bentuk dari rasa keimanan. Siapa yang melecehkan dan menghinanya baik pribadi maupun risalah yang dibawanya maka hukuman mati pantas diberikan.

"Taatlah  kepada Allah dan Rasul supaya kalian dirahmati."(TQS Ali Imran (3:132).

Allah SWT berfirman:

"Siapa saja yang menaati Rasulullah sesungguhnya ia telah menaati Allah "(TQS an Bisa( 4:80).

Berdasarkan ayat di atas, Allah Swt menjadikan ketaatan kepada Rasulullah saw. sebagai bentuk ketaatan kepada-Nya. Bahkan Allah mewajibkan untuk mematuhi perintah Rasulullah dan menjauhi segala larangan-Nya. Sungguh sudah seharusnya bagi kita umatnya beritiba kepadaNya dengan penuh ketulusan dan ketaatan yang didasarkan atas keimanan. Sungguh merugi jika kita tidak beri'tiba kepada-Nya dalam setiap aktivitas kehidupan.

Bagi seorang muslim sejatinya bukan hanya mengekspresikan kecintaannya pada Nabi di bulan Rabiul Awal saja tetapi di seluruh bulan bahkan setiap waktu yang dihabiskan. Bukan hanya sekadar lantunan shalawat nabi tetapi mengekspresikan kecintaannya dalam setiap denyut nadi dan hembusan nafas yang dihirupnya.

Merindukannya bukan hanya di bulan Maulid mulia tetapi dalam setiap detak waktu hingga lepasnya nyawa dari raga.
Bentuk kecintaannya bukan hanya sekadar meneladani beliau, menerapkan sunahnya, mengikuti setiap ucapannya, menjalankan perintahnya dan menjauhi laranganya tetapi juga menerima dan rida segala perintahnya dalam segala kondisi. Susah senang, sedih dan gembira utuh menjalankan ajarannya.

Selain itu juga sudah selayaknya kita merindui beliau dengan senantiasa basah dengan shalawat. Kemeriahan peringatan Maulid harus lebih bermakna dengan mengingat perjuangan beliau dalam menegakkan kalimat Allah di muka bumi. Ketangguhan beliau dan sabar dalam menghadapi segala tantangan akan menjadikan kita yang hidup di akhir zaman teguh berdiri menggenggam sunahnya.

Sudah selayaknya juga bagi kita seorang muslim untuk menerapkan risalah yang dibawanya baik individu hingga negara. Bahkan menempatkan suka dan benci atas dasar keimanan kepada Allah Swt dan Rasul-Nya. Ketika mencampurkan bahkan hingga mencampakkan Islam sebagai ajaran yang diembannya maka kerugian dunia akhirat kelak akan didapatkan.

Hari ini kita bisa melihat bagaimana sunah dan pribadi Rasulullah saw dicampakkan oleh orang-orang yang menghamba kepada demokrasi sekularisme. Hari ini pula sudah sangat jelas bagaimana orang-orang munafik dan liberal dengan pongahnya meragukan khilafah Islam yang dijanjikan. Ironisnya justru apa yang dilakukan mereka diikuti oleh masyarakat umum akibatnya racun-racun sekularisme mengotori pikiran umat dalam merindui ajaran yang dibawa Rasulullah saw.
Padahal lisan mereka tak henti-hentinya bersenandung salawat tetapi sikap dan perilaku yang dilakukan jauh dari ajaran Rasulullah. Nauzubillah.

Oleh karena itu merindukan bulan Maulid mengisinya bukan hanya sekadar lantunan shalawat tetapi mulai menebarkan ajaran Islam kafah ke umat. Bukan hanya merindukan sekadar membaca sirahnya tetapi mensuri tauladani beliau dalam hal politik sosial budaya dan pertahanan keamanan yang pernah diterapkan oleh Rasulullah saw. dalam sistem khilafah. Maka jika itu dilakukan oleh kita umatnya maka merindukan beliau akan berbuah pahala dan surga. []

Wallahu a'lam bishshawab.


Oleh Heni Ummu Faiz
Ibu Pemerhati Umat

Posting Komentar

0 Komentar