Muhammad Saw Nabiku, Teladanku!


Di dalam kehidupan yang kita jalani, tentunya tidak akan terlepas dari sebuah figuritas. Sebuah sosok yang dijadikan contoh atau panutan untuk kita tiru dalam segala hal, bahkan dalam setiap aktivitas sehari-hari yang terlihat remeh. Kebutuhan akan panutan ini adalah sebuah fitrah mendasar bagi manusia. Maka Allah Swt turunkan Nabi dan Rasul-Nya untuk memenuhi fitrah dasar manusia tersebut, tertuang dalam firman-Nya:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
(QS. Al-Ahzab: 21)

Di dalam tafsir Al-Mukhtashar  dijelaskan mengenai ayat tersebut, yaitu, dan sesungguhnya di dalam ada yang diucapkan, dilakukan, dan dikerjakan oleh Rasulullah terdapat suri teladan yang baik untuk kalian. Dia dengan jiwanya yang mulia mengikuti peperangan, maka bagaimana kalian pelit dengan jiwa kalian dari jiwa Rasulullah? Dan tidaklah mengikuti Rasulullah Saw kecuali orang-orang yang mengharapkan hari akhir dan beramal untuk menghadapinya serta banyak mengingat Allah. Adapun orang yang tidak mengharapkan hari akhir dan tidak banyak mengingat Allah, maka ia bukanlah orang yang mengikuti Rasulullah Saw. 

Penjelasan di dalam tafsir Al-Madinah Al-Munawaroh oleh Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz pun memiliki makna yang tidak jauh berbeda, yaitu, Hai orang-orang yang beriman, sungguh Rasulullah adalah teladan yang baik bagi kalian dalam setiap perkataan, perbuatan,  dan tindak tanduknya. Maka wajib meneladaninya bagi orang yang beriman kepada Allah,  yang mengharap pahala dari-Nya dan takut dari azab-Nya, serta memperbanyak zikir dengan lisan dan hatinya.

Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul terakhir yang Allah utus ke muka bumi, dan juga sebagai penghulunya para nabi dan rasul sebelumnya. Diutusnya beliau sebagai penyempurna risalah sebelumnya dan teladan akhlakul  karimah bagi umat muslim khususnya dan umat manusia pada umumnya. Dengan hadirnya Rasulullah Saw, mempermudah manusia untuk menjalani kehidupan. Teladan yang diberikan kepada para sahabat dan umatnya, akan menjadikan mereka umat terbaik sepanjang zaman, tentunya jika diamalkan dalam seluruh aspek kehidupan.

Selain sukses dalam mengemban risalah terakhir, pada saat yang bersamaan Rasulullah Saw juga sukses dalam kehidupan yang lainnya. Sukses tidak hanya dalam ranah pribadi, tetapi juga sukses sebagai panglima perang dan kepala negara. Beliau adalah pemimpin terbaik, suami terbaik, ayah terbaik, kakek terbaik, dan pastinya juga adalah manusia yang terbaik diantara orang-orang terbaik.

Berkat keluhuran budi pekerti dan kemampuan yang dimiliki oleh Rasulullah Saw tersebut, tidak hanya membuat kagum teman, sahabat, dan seluruh kaum muslim, tetapi juga dikagumi oleh orang-orang nonmuslim. Menurut  John Lespito dalam Ensiklopedi Oxford, Muhammad Saw adalah salah satu tokoh yang membangkitkan peradaban besar di dunia. Bahkan Michael H Hart dalam buku The 100 menetapkan beliau sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia.

Hart berkata, “Ia (Muhammad Saw) adalah satu-satunya manusia yang berhasil meraih kesuksesan luar biasa, baik dalam hal agama dan duniawi.” Nabi Muhammad Saw tak hanya dikenal sebagai pemimpin umat Islam, tapi beliau juga dikenal sebagai pedagang terjujur, pemimpin militer terhebat, dan kepala negara yang mumpuni. Sehingga tidak salah dan sangat tepat beliau menjadi suri teladan untuk umat manusia.

Tentu saja semua itu tidak terlepas dari bimbingan Allah Swt kepada Rasulullah Saw, hidupnya penuh dengan arahan dan aturan yang Allah berikan kepadanya. Penjagaan langsung dari Allah kepada Muhammad Saw melalui wahyu-Nya, membuat hidupnya penuh dengan kemuliaan. Bukan tidak mungkin apa yang Rasulullah Saw dapatkan, berupa kemuliaan dan kesuksesan hidup baik di dunia dan akhirat jika kta mau mengikutinya secara kaffah, secara menyeluruh, tidak ada yang ditinggalkan sedikitpun.

Tidak hanya mengambil keteladanan dari sisi kehidupan beliau secara pribadi, misalkan sebagai ayah, suami, dan kakek yang baik, atau hanya meniru dari sisi ibadahnya saja. Tetapi juga turut meneladani sisi kehidupan beliau yang lainnya. Akhlaknya yang sempurna, bagaimana jujurnya beliau dalam berdagang atau bermuamalah, sehingga gelar al a’min disematkan baginya. Bagaimana beliau mengimplementasikan seluruh hukum syara’ yang Allah tetapkan untuknya dan ummatnya dalam kehidupan sosial bermasyarakat dan bernegara.

Termasuk juga semestinya, meneladani beliau ketika membangun sebuah negara Islam di Madinah. Yang kemudian diteruskan oleh para sahabat, yang dikenal sebagai Khulafaur Rasyidin.  Dan terus berlanjut kepada Khilafah-khilafah berikutnya, hingga kekuasaan Daulah Islam mencapai ke berbagai Negara hingga ke benua Eropa, dan akhirnya mencapai ke  Nusantara.

Bagaimana tuntunan yang beliau berikan dalam politik pemerintahan. Tidak ada dikotomi dalam kehidupan beliau, semua sikap, keputusan, dan hukum yang diberlakukan tidak pernah terlepas dari hukum syara’. 

Di dalam Alquran pun telah diingatkan agar kaum muslim mengambil semua yang dibawa oleh Rasulullah Saw. dan meninggalkan apa-apa yang dilarang olehnya. Allah Swt berfirman:
مَآ اَفَاۤءَ اللّٰهُ عَلٰى رَسُوْلِهٖ مِنْ اَهْلِ الْقُرٰى فَلِلّٰهِ وَلِلرَّسُوْلِ وَلِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ كَيْ لَا يَكُوْنَ دُوْلَةً ۢ بَيْنَ الْاَغْنِيَاۤءِ مِنْكُمْۗ وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِۘ
Artinya: Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. (QS. Al-Hasyr: 7).

Alquran dan Sunnah Rasulullah Saw bukanlah sebuah pilihan, melainkan kewajiban untuk diambil secara keseluruhan oleh umat muslim. Tidak pilah pilih mana hukum yang enak diambil, sedangkan hukum yang lain dicampakkan, hanya karena ada yang menyatakan tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Ini adalah sebuah bentuk pembangkangan dan kedurhakaan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Di dalam kitabullah tertuang, Allah Swt berfirman:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَّلَا مُؤْمِنَةٍ اِذَا قَضَى اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗٓ اَمْرًا اَنْ يَّكُوْنَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ اَمْرِهِمْ ۗوَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا مُّبِيْنًاۗ

Artinya : Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.
(QS. Al-Ahzab: 36).

Wallahu a’lam bishshawab


Oleh Anjar Ummu Nibras

Posting Komentar

0 Komentar