Nol Kasus Harian, Jangan Kendorkan Periayahan


 12 Oktober 2021 adalah hari bersejarah dalam perjalanan Kota Bogor melawan Covid-19. Pada tanggal itu, Satgas Covid-19 melaporkan Kota Bogor nol kasus positif Covid-19 baru.  Ketersediaan tempat tidur isolasi atau bed accupancy rate (BOR) pun sudah 3,9 persen. https://www.radarbogor.id/2021/10/12/kota-bogor-nol-kasus-positif-covid-19-kadinkes-alhamdulillah-sudah-jauh-menurun/ Alhamdulillah, suatu kondisi yang harus disyukuri.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Bogor, Sri Nowo Retno dalam rilis yang diterima ANTARA, Rabu, mengungkapkan capaian penurunan kasus hingga nol tersebut belum bisa dipastikan membuat Kota Bogor masuk dalam PPKM Level 2. Sebab, penentuan level menurut Inmendagri Nomor 43 Tahun 2021 selain penurunan kasus, ditambah indikator capaian vaksinasi aglomerasi di kabupaten/kota. https://megapolitan.antaranews.com/berita/160157/kota-bogor-nol-penambahan-kasus-positif-covid-19

Sementara itu, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim menyebutkan kasus positif Covid-19 Kota Bogor sudah cukup terkendali. https://www.radarbogor.id/2021/10/12/kota-bogor-nol-kasus-positif-covid-19-kadinkes-alhamdulillah-sudah-jauh-menurun/  Meski saat ini Kota Bogor masih bertahan di PPKM level 3. Namun, Dedie memasrahkan hal tersebut kepada pemerintah pusat.

Meski demikian, pusat-pusat ekonomi yang berpotensi menjadi sarana berkerumunnya manusia sudah dibuka sebelumnya. Anak di bawah usia 12 tahun pun sudah bisa masuk mall dan bioskop. https://www.google.com/amp/s/www.pikiran-rakyat.com/nasional/amp/pr-012638306/aturan-baru-ppkm-anak-di-bawah-12-tahun-boleh-masuk-mal-bioskop-diizinkan-buka. Walau ada persyaratan untuk mematuhi protokol kesehatan dan pembatasan jam operasional plus jumlah pengunjung, kadang fakta di lapangan tidak bersesuaian dengan aturan yang diberlakukan.

Tentu saja hal ini akan memicu kekhawatiran munculnya klaster-klaster penyebaran virus Sarscov-2. Karena menurunnya angka penyebaran Covid19 ini bahkan hingga ke titik nol belum bisa dipastikan apakah betul-betul begitu adanya, atau dikarenakan proses 3T (Test, Tracing, Treatment) oleh pemerintah belum memadai. Jika melihat data pengetesan sendiri yang diungkapkan Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Bogor, Siti Robiah Mubarokah, menurut data pemeriksaan PCR dari NAR atau New All Record di laboratorium, Rumah Sakit dan Klinik terdapat sebanyak 228 pemeriksaan PCR. Pemeriksaan melalui antigen terdapat 24 orang, PCR ibu hamil berjumlah 10 orang di GOR Pajajaran dan PCR Puskesmas 24 pemeriksaan, sehingga total ada 58 pemeriksaan. Sehingga jika digabungkan berjumlah 318 pemeriksaan di semua tempat PCR. Jumlah tes PCR dan antigen ini jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota Bogor tentu belum memadai seperti rekomendasi WHO yakni 1/1000 dari jumlah penduduk per minggu. 

Oleh karena itu, masyarakat dan pemerintah Kota Bogor harus tetap waspada. Karena kemungkinan gelombang ketiga Covid-19 bisa saja melanda Indonesia termasuk Bogor. Masyarakat harus tetap waspada dengan mematuhi protokol kesehatan 6M dan turut serta dalam program vaksinasi. Pemerintah tetap melakukan periayahan dengan gencar memberi penyuluhan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan bahaya Covid19, menyediakan fasilitas kesehatan memadai, vaksinasi gratis, dan tetap komitmen melakukan 3T (Test, Tracing, Treatment).

Di lain pihak, bantuan untuk warga terdampak juga jangan buru-buru dihentikan, seperti yang santer diberitakan. https://www.google.com/amp/s/isubogor.pikiran-rakyat.com/gaduh/amp/pr-452742169/heboh-penyaluran-dana-bansos-akan-dihentikan-oleh-pemerintah-cek-faktanya-di-sini Karena masyarakat pun masih perlu adaptasi dengan kondisi new normal ini.

Dalam hal ini memang dituntut tanggung jawab dari pemimpin. Sebagaimana dalam khazanah syariat Islam, seorang pemimpin itu pengurus bagi rakyatnya. Rasulullah Saw. bersabda,
الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR al-Bukhari).

Makna raa‘in (penggembala/pemimpin) adalah “penjaga” dan “yang diberi amanah” atas bawahannya. Rasulullah Saw. memerintahkan mereka untuk memberi nasehat kepada setiap orang yang dipimpinnya dan memberi peringatan untuk tidak berkhianat. Imam Suyuthi mengatakan lafaz raa‘in (pemimpin) adalah setiap orang yang mengurusi kepemimpinannya. Lebih lanjut ia mengatakan, “Setiap kamu adalah pemimpin” Artinya, penjaga yang terpercaya dengan kebaikan tugas dan apa saja yang di bawah pengawasannya (serambinews.com, 07/07/2017).

Makna raa’in ini digambarkan dengan jelas oleh Umar bin Khaththab, ketika beliau memanggul sendiri sekarung gandum untuk diberikan kepada seorang ibu dan dua anaknya yang kelaparan sampai-sampai memasak batu.  Atau ketika beliau di tengah malam membangunkan istrinya untuk menolong seorang perempuan yang hendak melahirkan. Dan sejarah pun telah mencatat bagaimana periayahan Umar bin Khaththab ketika rakyat Syam terkena wabah yang dikenal dengan Pandemi Amwas.

Begitu juga yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang berusaha keras memakmurkan rakyat dalam 2,5 tahun pemerintahannya hingga tidak didapati seorang pun yang berhak menerima zakat.

Dalam konteks kekinian, ketika kita berada dalam sistem kehidupan demokrasi kapitalistik adakah kita temukan sosok pemimpin yang demikian? Wallahu a’lam bishowwab.


Oleh Rini Sarah

Posting Komentar

0 Komentar