Tatkala langkah tergelincir ke jalan maksiat maka langkah yang seharusnya dilakukan segera bertaubat.
Karena sesungguhnya taubat sesuatu hal yang sangat disukai Allah SWT dan RasulNya. Orang yang tidak mau bertaubat karena merasa tidak bersalah dan tetap di zona nyaman kemaksiatan sesungguhnya dia tengah menabur benih kesombongan. Pun sebaliknya ketika merasa bahwa banyak dosa tetapi tidak memiliki keyakinan bahwa Allah akan mengampuni segala dosanya yang berujung pada keputusasaan maka pemikiran ini pun sungguh sangat fatal jika terus dibiarkan, ujung-ujungnya dia akan terjebak dalam kubangan lumpur kehinaan.
Padahal sesungguhnya Allah itu Maha Penerima taubat jadi tidak perlu putus asa jika kita bertaubat. Tanamkan khauf dan Roja dalam hati agar taubat diterima oleh Allah Swt. Karena Allah begitu amat mencintai seseorang yang bertaubat. Allah merindu tangisan, keluh-kesah hambaNya serta permohonan ampun kepadaNya.
Ada beberapa hadis yang meriwayatkan tentang Allah Swt terhadap hambaNya yang bertaubat.
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Al Anshori, pembatu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اللَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ ، وَقَدْ أَضَلَّهُ فِى أَرْضِ فَلاَةٍ
“Sesungguhnya Allah itu begitu bergembira dengan taubat hamba-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang menemukan kembali untanya yang telah hilang di suatu tanah yang luas.”
(HR. Bukhari no. 6309 dan Muslim no. 2747).
Bahkan dalam riwayat Muslim disebutkan,
لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلاَةٍ فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِى ظِلِّهَا قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا قَائِمَةً عِنْدَهُ فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِى وَأَنَا رَبُّكَ.أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ
“Sesungguhnya Allah sangat gembira dengan taubat hamba-Nya ketika ia bertaubat pada-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang berada di atas kendaraannya dan berada di suatu tanah yang luas (padang pasir), kemudian hewan yang ditungganginya lari meninggalkannya. Padahal di hewan tunggangannya itu ada perbekalan makan dan minumnya. Sehingga ia pun menjadi putus asa. Kemudian ia mendatangi sebuah pohon dan tidur berbaring di bawah naungannya dalam keadaan hati yang telah berputus asa. Tiba-tiba ketika ia dalam keadaan seperti itu, kendaraannya tampak berdiri di sisinya, lalu ia mengambil ikatnya. Karena sangat gembiranya, maka ia berkata, ‘Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Rabb-Mu.’ Ia telah salah mengucapkan karena sangat gembiranya.”
(HR. Muslim no. 2747).
Oleh karenanya bagi kita seorang muslim hendaklah terus bertaubat tanpa mengenal waktu. Karena tidak ada jaminan kita bersih dari noda dan dosa.
Bahkan bagi seorang aktivis dakwah selayaknya terus mendekat kepada Allah agar segala perjuangan kita dihadapan Allah tidak sia-sia. Kita tidak menjamin jiwa kita bersih sekalipun apa yang kita perjuangkan mulia. Mungkin di sela-sela perjuangan ini begitu banyak lisan yang menyakiti hati orang tanpa kita sadari ataupun sikap yang tidak ahsan.
Berhati-hati dalam setiap perilaku tentu akan menjadikan kita senantiasa ingat akan pengawasan Allah. Setiap waktu kita harus terus bertaubat agar apa yang kita lakukan diterima oleh Allah.
Para sahabat dan generasi setelah nya senantiasa lisan dan sikapnya berzikir kepada Allah sebagai bukti taubat kepada Allah. Bahkan Rasulullah Saw sendiri mengucapkan istighfar sebanyak 75kali dalam sehari. Taubat yang dimaksud bukan hanya sekadar di lisan tetapi sikap untuk senantiasa menerapkan aturan Allah Swt.
Bahkan sudah saatnya kita semua terutama para penguasa di negeri-negeri muslim taubat nasuha untuk menerapkan hukum Islam kafah.
Hal ini agar keberkahan meliputi seluruh dunia. Semoga Allah menjadikan kita hamba yang gemar untuk bertaubat.
Wallahu a'lam bishshawab.
Oleh Heni Ummu Faiz
Ibu Pemerhati Umat
0 Komentar