Ujian terbesar yang dihadapi kaum intelektual saat ini ialah kekuasaan. Ambisi dalam lingkaran kekuasaan mampu menutupi akal sehat kaum intelektual, sehingga bagi mereka gamang akan kebenaran dan kebatilan. Dua standar ini diabaikan untuk menggapai kesuksesan dalam lingkaran kekuasaan. Bahkan mereka sanggup mengabaikan integritas sebagai ilmuwan dan akademisi demi mengabdi kepada kekuasaan.
Allah SWT berfirman dalam Surat al-Baqarah ayat 42 yang artinya:
“Janganlah kalian campur-adukkan antara kebenaran dan batil (kemungkaran), dan kalian sembunyikan yang benar, padahal kalian mengetahuinya.” ( TQS. Al-Baqarah :42)
Kondisi hari ini, kekuasaan menjadi kekuatan superpower yang tidak memiliki penyeimbang aspirasi masyarakat. Aspirasi masyarakat kini menjadi suara sumbang tak terdengar. Siapa yang menjadi tumpuan harapan masyarakat kalau bukan kaum intelektual? Bukankah kaum intelektual bertanggungjawab sebagai penerang masalah-masalah tak terurai hari ini. Di sinilah fungsi kecerdasan kaum intelektual mengurai masalah, menganalisa dan membuat solusi total. Bukan malah mendekat kepada kekuasaan dan mengingkari masalah pelik masyarakat.
Sedangkan kaum intelektual yang masih berada di luar lingkar kekuasaan masih memiliki keinginan mendekati kekuasaan. Jika ada kesempatan dan tawaran bisa saja membuang integritas akademis yang sebelumnya mereka junjung tinggi. Bagi kaum intelektual ini, integritas akademis bukan lagi acuan standar nilai yang perlu dipertahankan. Berbenturan dengan kegilaan akan harta, tahta, prestisius, dan kehormatan semu.
Sekalipun mereka menyaksikan ketidakberesan dalam praktik demokrasi, kaum kaum intelektual ini lebih suka menutup mata atau pura-pura tidak tahu. Bahkan masih memilih demokrasi bisa diperbaiki dan ditambal sulam. Menyokong praktik kebobrokan demokrasi dengan argumentasi teori-teori yang dimiliki. Kecerdasan kaum intelektual digunakan untuk menyusun alasan-alasan pembenaran meskipun mereka tahu bahwa itu demokrasi sudah usang. Bukankah secara logika baju yang usang lebih baik dibuang dan membeli pakaian baru dari pada memakai baju yang sudah tambal sulam?.
Mereka secara sadar menyingkirkan kerangka berpikir akademisi agar bisa masuk ke dalam lingkar kekuasaan. Bila sebelumnya akal sehat akademisi dan standar keilmuan menjadi batas yang mengingatkan kaum intelektual agar tidak melangkah lebih jauh mendekati kekuasaan. Namun kini seiring dengan bertambahnya mahalnya berbagai kebutuhan dan keinginan maka batas itu diterobos mengesampingkan kepentingan masyarakat. Banyak kaum intelektual menjadi kaum cerdik yang kini menempatkan kekuasaan di atas segalanya. Mereka memisahkan diri dari masyarakat dan meninggalkan masyarakat tanpa lentera penerang. Bahkan mempengaruhi masyarakat dengan teori-teori sekuler, liberal dan materialistis. Mereka sibuk dengan ambisi pribadi meninggalkan entitas intelejensi mereka. Inilah ujian terbesar kaum intelektual kita di masa sekarang
Kaum intelektual dalam kacamata Islam
Kaum intelektual menjadi mulia dengan ilmunya. Karena itu, hendaknya ilmu dicari dan diamalkan dengan tujuan yang tertinggi, yakni mengharap ridha Allah Ta’ala. Bukan untuk tujuan yang lain.
Rasulullah SAW bersabda,
“Siapa yang mencari ilmu bukan karena Allah, atau bukan dalam rangka mengharapkan wajah Allah, maka hendaknya dia menyiapkan tempat duduk di dalam api neraka.”
Kaum intelektual pada hakikatnya sedang mengemban amanah dari Allah SWT. Karena itu, tidak ada jalan menuntut dan mengamalkan ilmu selain yang sesuai perintah-Nya. Ilmu pun harus dijaga agar tidak jatuh ke dalam fitnah dunia. Bersih dari pemikiran di luar Islam apalagi mengambil racun pemikiran seperti sekulerisme, liberalisme, pluralisme dan lain-lain.
Sungguh, tantangan berat kaum intelektual saat ini adalah berada di sisi kebenaran dan jauh dari ambisi kekuasaan. Sinergi perubahan masyarakat secara total. Jika hal itu terjadi, maka akan terbentuklah perubahan massif di tengah masyarakat. Karena dalam Islam tidak hanya agama yang mengatur tata cara beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT tapi juga agama yang mengatur urusan politik, sosial, budaya, ekonomi, pendidikan termasuk peran kaum intelektual di masyarakat.
Wallahu al'am bishoab.
Oleh Alin FM
0 Komentar