“MasyaAllah, Subhanallah kita hari ini mengambil momen perayaan Maulid Nabi kelahiran Rasulullah yang begitu kita agungkan. Bukan makna kelahirannya, karena beliau ada itu sudah Allah tetapkan di awal kehidupan manusia Adam dan Hawa. Sebenarnya sudah ada nur Muhammad, saat itu belum menjadi Rasul kemudian ini akan membawa nilai-nilai bahwa Rasulullah ini memang sudah ditakdirkan sebagai penutup para Nabi. Ini yang kemudian juga awal daripada para Yahudi yang mereka semua tidak menghendaki itu. Kemudian kita dengan adanya perayaan Maulid Nabi, tetapi bukan merayakan karena nanti maknanya tasyabuh melainkan memperingati. Memperingati itu arahnya kita membawa makna menyebarkan kebaikan jadi bukan tasyabuh, karena tasyabuh berarti kita mengikuti perayaan seperti kelahiran Nabi Isa, itu tidak kita fokuskan disini. Karena peringatan kelahiran Rasulullah ini adalah dalam rangka kita mengikuti jejak Rasulullah, yang tadi sudah disebutkan oleh Ustaz Ismail Yusanto. Bahwa kita mengikuti cara perbuatannya, perkataannya dan beberapa cara-cara pengambilan hukum, itu semua sudah lengkap dan itu memang menjadi tujuan kita hidup, dalam rangka menaati Allah dan RasulNya." Ucap Ustazah Suryaningsih/Nunik, Pengurus Wilayah Persistri DKI.
"Terkait film ini saya luar biasa, takzim, hormat kepada yang mempunya ide-ide brilian tentang terselenggaranya film ini. Karena ini bagi saya merupakan konsep dakwah, dimana umat Islam hari ini adalah kalau menurut pemikiran saya semakin menjauhnya nilai-nilai sejarah. Sehingga mereka melupakan ada sejarah Indonesia, yang ada sekarang sejarahnya orang-orang sekuler. Ini yang kemudian saya mengapresiasi banget dengan terselenggaranya tontonan yang menjadi tuntunan. Karena hari ini sejarah sangat dijauhkan dari umat Islam, mereka tidak tahu bahkan tadi saya ada menyimak kalimat ”mengaburkan dan menguburkan”. Itu MasyaAllah, karena sesungguhnya ketika kita memulai untuk kehidupan berbudaya membaca, ini kan aslinya budaya membaca. Karena Rasulullah sendiri juga asalnya membaca bukan menulis yah. Dengan membaca itu kita mengikuti sunnah Rasul lagi, kan bagus. Dan dituangkan dengan bentuk film seperti ini masyaAllah." Sambungnya lagi.
"Dalam film ini, saya mengambil sedikit kesimpulan atau sebagai literasi bahwa ini yang patut kita pahami adalah dalam pembuatan film-film tentang Keislaman bahwa proses pertama itu adalah masuknya Islam ke Indonesia. Karena tidak mungkin orang Indonesia beragama Islam, terus dari mana asalnya usulnya. Jadi proses masuknya Islam ke Indonesia inilah yang akan berperan besar dalam kehidupan di nusantara ini menjadi Islam, mayoritas Islam. Jadi belum bisa kita dikatakan kita paham Islam kalau kita tidak paham sejarah. Nah ternyata dari yang kita saksikan ini sedikit clue-clue, bahwa masuknya ke Indonesia itu ternyata sudah di awal hijriyah. Dan mereka masuk itu memang melalui proses-proses perdagangan, namun ada juga yang khususon diutus oleh Rasulullah melalui beberapa sahabatnya tadi untuk menyampaikan dakwah ke nusantara ini." Lanjut Ustazah Suryaningsih.
"Mereka berawal dari laut-laut sebagai pusat masuknya semua peradaban yah, masuk kedalam kota / pulaunya dan mereka sudah mendirikan satu peradaban Islam. Jadi bukan agama Budha dan Hindu, karena Islam sudah masuk duluan barulah ada agama Budha dan hindu, kemudian ada candi-candi. Yang pada akhirnya candi-candi dan peradaban Budha Hindu ditinggalkan oleh kaumnya, karena tidak tau siapa yang mau jadi pemimpin, tidak jelas. Dan itulah kita temukan beberapa candi-candi itu tertutup daun-daun kayak gunung kayak bukit. Nah orang Islam yang sudah masuk kedalam tadi, menguasai peradaban Islam akhirnya. Jadi kita harus tahu yah, bahwa kehidupan peradaban Islam ini harus dikembalikan dulu diawal tadi. Setelah terjadilah proses perkembangbiakan yah asimilasi, mereka pada menikah dengan para ulama-ulama sekitar situ akhirnya terjadilah proses asimilasi dan penyebaran agama Islam yang akhirnya menuju pada pulau-pulau, antaranya pulau Mataram, pulau Banten, Makassar, yang saat itu sudah di bawah kendali dari Khilafah Utsmaniyah." Ucapnya masih dengan penuh semangat.
"Dan akhirnya cerita ini berkembang, sebenarnya hal ini sudah bagus kita yah berhubungan keagamaan, politik, ekonomi dengan Khilafah Islamiyyah. Namun, ini kejadiannya Allah takdirkan qadarullah ada Belanda orang asing yang masuk ke negara kita dengan awalnya mungkin mereka tidak akan menjajah, hanya untuk berjualan berdagang. Tapi karena memang mereka ini, dari dulu memang urusannya adalah prosesnya menghancurkan umat Islam. Karena umat Islam di Indonesia ini, sudah bagus yah jadi tujuan mereka adalah untuk menghancurkan melalui politik adu domba. Yang terjadi di semua pulau Jawa, pada terpecah hingga pada saat ini kita sedang diadu domba supaya pecah. Bayangkan, dari semua umat Islam terpecah karena pengaruh apa ga tau?. Mereka menawarkan satu produk yang begini, orang Islam lho ditawarkan produk begitu, itukan terjadi di Pangeran Diponegoro." Lanjutnya.
"Saya kebetulan mengikuti napak tilas Pangeran Diponegoro, itu luar biasa. Kejadian saat itu Pangeran Diponegoro harus pergi kesana kemari, melawati gunung itu hanya menghindari Belanda. Yang tadi mau membunuhnya. Pangeran Diponegoro, bukan takut mati tetapi beliau melihat para pengikutnya ini sangat sabar. Saya melihat gua Selangor, ada dua gua yang satu untuk pengajian laki-laki dan perempuan berkeluarga istri-istri, itu luar biasa masuknya tinggi sekali. Dari perjalanan itu, saya akhirnya membuat satu pemahaman ini politik adu domba. Ini yang memang diterapkan oleh Belanda, setelah dia membawa hasil rempah-rempah nya menjadi keuntungan yang luar biasa sehingga terbentuklah VOC."
Ternyata intinya adalah memecah-belah umat Islam. Karena ia tidak mau ada Islam di nusantara ini. Makanya dikaburkan tuh cerita-cerita berita masuknya Islam ke nusantara. Di abad sekian abad sekian supaya mengaburkan dan menguburkan. Jadi itu yang saya tangkap dari sebagian yah karena ini belum selesai, tapi ini luar biasa. Dan saya berharap ini, kalau bisa film ini dibuat buku, buku sejarahnya, jadi bisa dibaca. Karena kita mau menyampaikan ke anak-anak didik dengan konsep film ini. Kalau dibuat buku sebagai tambahan kita berliterasi kan ada buku-buku sejarah yang lainnya. MasyaAllah, menjadi pelengkap perjuangan mendidik para generasi muda ini bisa kita jalankan melalui sejarah ini. Begitu yang saya tangkap dari film ini terselenggara ditengah tontonan yang tidak menuntun." Tutupnya.
(Siti Rima Sarinah - Muslimah Jakarta)
0 Komentar