Pertarungan yang hak dan batil semakin nyata di depan mata. Geliat gaung kebangkitan Islam yang tak terbendung, menandakan kemenangan Islam segera tiba. Semakin hari semakin meningkat masyarakat yang menyadari betapa pentingnya agama (Islam) sebagai landasan bagi setiap muslim untuk menjalani kehidupan. Bentuk penyadaran ini, dampak dari rusaknya tatanan kehidupan manusia yang akhirnya menuai berbagai permasalahan yang tak kunjung terselesaikan. Fakta inilah yang melatarbelakangi umat muslim berbondong-bondong mempelajari Islam, memahami dan mendakwahkannya ke tengah-tengah masyarakat.
Geliat gaung kebangkitan ini, justru membuat cemas para pemegang kekuasaan di negeri ini. Berbagai upaya mereka lakukan untuk menghentikan bahkan membungkam para pengemban Islam dengan berbagai macam cara. Salah satunya dengan program menyebarkan dakwah moderasi beragama dengan dalih sebagai upaya untuk membentengi masyarakat dari paham intoleran dan ekstrem beragama. Program ini digawangi oleh Litapdimas Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI. Merupakan Program Pengabdian Masyarakat Inovasi Berbasis Moderasi Beragama, dengan melibatkan dai-dai muda yang senantiasa bersentuhan dengan masyarakat, dan mengamalkan 4 prinsip yaitu, tasamuh, tawazun, tawasuth dan ta’adul. (IslamKaffah.id, 24/10/2021)
Kementerian Agama (Kemenag) selaku leading sector dalam proyek moderasi ini, menyatakan sangat penting untuk mewujudkan moderasi beragama di Indonesia. Menteri Agama Yaqut Cholil telah menginstruksikan percepatan implementasi moderasi beragama yang menjadi salah satu poin penting dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dalam berbagai program Kemenag. Dan sesuai arahan Presiden Jokowi agar moderasi beragama dijabarkan dalam sub tema ceramah, khutbah, maupun materi keagamaan. Untuk itu Pokja Moderasi Beragama Kemenag telah merancang roadmap (peta jalan) untuk mengakselerasi moderasi cara pandang dan sikap umat beragama. Proyek ini ditargetkan pada tahun 2021 ini semua program sudah dijelaskan.
Begitu gencarnya pemerintah agar proyek moderasi beragama ini segera diterapkan di negeri yang mayoritas penduduknya beragama muslim, patut dipertanyakan. Apakah memang benar bahwa konsep moderasi beragama yang mereka dakwahkan bertujuan untuk menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia, atau ada maksud terselubung dibalik semua program ini? Pasalnya, konsep moderasi beragama menyasar seluruh lini kehidupan kaum muslimin. Padahal sudah jelas bahwa Allah Swt. telah menurunkan seperangkat aturan yang lengkap untuk mengatur manusia.
Dari fakta di atas kita bisa menyimpulkan bahwa sesungguhnya moderasi beragama adalah sebuah proyek besar yang diperuntukkan khusus bagi umat muslim, yang notabene memiliki aturan komprehensif yang berasal dari sang pencipta manusia. Dengan dalih untuk mewujudkan kerukunan umat beragama dengan makna toleransi (tasamuh) menurut mereka. Dan mereka menganggap bahwa aturan Islam tersebut akan memunculkan konflik di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang plural. Belum lagi tudingan yang mengatakan bahwa umat muslim identik dengan radikalisme dan terorisme. Dan masih banyak lagi narasi negatif lainnya yang mereka sematkan kepada kaum muslim dan para ulama. Dengan adanya proyek moderasi ini, berapa banyak sudah para ustaz dan ulama yang dikriminalisasi dan dipersekusi, karena menyebarkan Islam sebagai problem solver bagi kehidupan manusia.
Proyek moderasi beragama harus diwaspadai oleh umat muslim, karena konsep yang mereka tawarkan mempunyai tujuan untuk menjauhkan umat Islam dari ajaran agamanya, fobia bahkan enggan untuk mempelajari, memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Para pengusung ide moderasi beragama menginginkan Islam hanya cukup menjadi pelengkap kartu identitas umat muslim. Namun pemikiran dan pemahaman yang mereka tebarkan yaitu memisahkan agama dari kehidupan (sekulerisme)
Sekulerisme yang lahir dari rahim ideologi kapitalisme menjadi asas munculnya konsep moderasi beragama. Sekulerisme memandang bahwa agama tidak berhak untuk ikut campur dalam tatanan kehidupan manusia. Padahal manusia yang pada hakikatnya adalah makhluk yang lemah dan serba terbatas, tidak akan mampu mengatur dan membuat aturan buat dirinya sendiri. Ketika manusia dengan berbagai keterbatasannya membuat aturan, maka yang terjadi adalah kehancuran dan kebinasaan seperti yang tengah kita alami saat ini.
Berbagai macam cara dilakukan oleh para pengusung ideologi yang menihilkan peran agama dalam kehidupan. Semua itu dilakukan untuk tetap menancapkan ideologinya agar tetap bertahta menguasai dunia. Namun, perlahan tapi pasti ideologi tersebut akan mati dengan sendirinya. Sekuat apapun upaya yang mereka lakukan tidak akan pernah bisa menghalangi kebangkitan Islam. Seperti mereka tidak akan mampu untuk menghalangi terbitnya matahari untuk menyinari dunia dengan cahayanya.
Oleh karena itu, harus ada upaya pencerdasan agar umat tidak masuk kedalam perangkap musuh-musuh Islam yang menawarkan berbagai pemahaman yang akan merusak akidah umat. Mereka bungkus dengan madu tetapi didalamnya adalah racun. Dengan senantiasa istikamah menyampaikan dakwah Islam dan membongkar makar yang dibuat oleh musuh-musuh Islam, yang difasilitasi oleh rezim yang berkuasa saat ini.
Umat Islam harus disadarkan bahwa proyek moderasi inilah adalah bentuk perang ideologi yang sangat berbahaya bagi umat. Karena mereka tidak hanya ingin menjauhkan umat Islam dari aturan agamanya, tetapi juga untuk menghalangi umat Islam kembali dalam kehidupan yang didalamnya diterapkan aturan Islam secara kaffah dalam institusi bernama khilafah. Sejarah telah membuktikan bahwa pada masa kekhilafahan Islam berjaya, Islam mampu menaungi beragam suku, agama, ras dan budaya serta mampu melindungi harta dan jiwa mereka.
“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempunakan cahayaNya walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukainya (TQS Al Ahzab : 32). Wallahua’lam. []
Oleh : Siti Rima Sarinah (Studi Lingkar Perempuan dan Peradaban)
0 Komentar