Sekarang coba perhatikan Handphone (HP) atau laptop Anda! Kemudian pikirkan, siapa yang paling menguasai seluk beluk isi dan cara kerjanya hingga hal yang paling detail? Maka jawaban yang paling awal tentu adalah si pembuat HP atau laptop.
Atau kita lihat benda yang lebih besar, mobil misalnya. Maka yang paling paham bahan yang digunakan, mesin dan sparepart yang diperlukan, hingga bahan bakar yang cocok, adalah yang memproduksi mobil tersebut. Sampai pada benda yang paling besar contohnya pesawat, maka sang perancanglah yang paling mengerti benda yang dirancangnya.
Karena hanya si pembuat HP, mobil dan pesawat yang menguasai apa yang mereka buat, agar orang awam bisa memanfaatkanya, dikeluarkanlah buku petunjuk atau manual book. Di dalamnya dijelaskan bagaimana do and don’t agar benda tersebut beroperasi optimal dan atau tidak mengalami kerusakan.
Sekarang kita perhatikan dari sisi fisik HP, mobil maupun pesawatnya. Dari pertama kali ditemukan oleh ahlinya masing-masing hingga hari ini, tentu semua sepakat bahwa baik bentuk maupun teknologinya tidak tetap, tapi terus berkembang.
Semua mengalami perubahan dan perbaikan dengan rancangan yang lebih sempurna dari sebelumnya. Terus muncul seri terbaru dan akan begitu seterusnya hingga zaman ini berakhir. Otomatis manual booknya pun berganti.
Dari pemaparan sederhana di atas setidaknya ada beberapa pelajaran penting yang bisa diambil. Pertama, bahwa hanya si pembuat bendalah yang paling menguasai benda yang dibuatnya. Disini sengaja tidak menggunakan istilah pencipta, karena sesungguhnya manusia tidak mampu menciptakan apapun, tetapi hanya meramu benda yang sudah ada ke bentuk yang baru. Sementara Sang Pencipta adalah yang menciptakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Maka satu-satunya pencipta Dialah Allah SWT. Maka Allahlah yang paling megetahui dan menguasai semua yang diciptakanNya.
Kedua, jika benda-benda buatan manusia tak pernah mencapai kesempurnaan, maka apa yang Allah ciptakan telah sempurna sejak awal. Perhatikan sekeliling kita!. Semua jenis binatang laut, darat dan udara, gunung, laut, sungai, awan, angin, hujan, bumi, bulan hingga matahari, bahkan anatomi tulang daun, kelopak bunga, hingga biji buah, bahkan kita sendiri manusia, adakah versi terbaru sebagaimana benda buatan manusia?
Ketiga, buatan manusia selamanya tidak akan mencapai derajat sempurna, karena memang fitrahnya sebagai makhluk lemah, kemampuannya terbatas, serba kurang dan saling membutuhkan. Mustahil dengan segala kekurangannya tersebut, manusia mampu membuat sesuatu yang sempurna, termasuk disini adalah produk hukum atau aturan hidup.
Maka wajar, jika hari ini riuh aturan tentang zina yang tertuang dalam Permendikbud nomor 30 tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS). Banyak pihak dengan tegas menolak karena pasal-pasalnya dianggap justru secara tidak langsung melegalkan zina. Zina adalah masalah yang tak pernah lekang oleh zaman. Aturannya terus digodok tapi permasalahan tak kunjung tuntas, justru semakin komplek dan pelik.
Inilah jika wewenang membuat hukum atau aturan hidup diberikan kepada manusia yang sifatnya lemah dan serba kurang tadi. Konsep manusia membuat hukum ini lahir dari sistem warisan barat, yaitu sekulersime. Hal ini berawal dari masa kegelapan yang dialami Eropa dibawah sistem monarki pada abad pertengahan. Dimana dominasi gereja bersama para raja mengatasnamakan wakil Tuhan membuat kebijakan-kebijakan zalim.
Hingga pecahlah revolusi Perancis yang mengantarkan mereka mengambil jalan tengah. Yaitu pendeta mengurusi gereja sementara rakyat bersama kaum cendekiawan mengatur kehidupan diluar gereja, dengan prinsip kebebasan, persamaan dan persaudaraan (liberte, egalite, fraternite).
Aplikasi dalam sistem pemerintahannya terwujud dalam sistem demokrasi. Rakyat dalam sistem demokrasi melalui wakilnya kemudian merancang perundang-undangan, tentu tanpa membawa-bawa agama. Meskipun faktanya, kebijakan dalam demokrasi jauh dari mewujudkan aspirasi rakyat yang diwakili. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa demokrasi hanya menjadi jalan para elit mengamankan nafsu dan kepentingan kelompoknya.
Sayangnya sistem demokrasi sekuler ini turut diadopsi negeri-negeri muslim hingga hari ini. Bahwa agama hanya boleh mengatur urusan ibadah. Selebihnya manusialah yang harus mengatur dirinya sendiri, termasuk dalam hal pergaulan laki-laki dan perempuan. Akhirnya yang terjadi adalah kebebasan yang kebablasan, yang kini dampaknya dirasakan bersama, zina merajalela.
Keempat sebagai keseimpulan, jika kita telah paham bahwa hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui dan Maha Menguasai segala sesuatu tentang manusia, tentu manual book terbaik pun harus datang dari Allah SWT, bukan yang lain. Adakah yang lebih tahu tentang manusia dari Allah SWT? Sebagaimana hanya pembuat HP yang paham betul HP buatannya.
Dalam hal ini Allah SWT telah menurunkan manual book, petunjuk atau aturan hidup tadi sejak 1400 yang lalu. Jika manual book HP, mobil, pesawat buatan manusia terus berganti seiring perkembangan zaman dan teknologi, maka manual book Allah telah sempurna sejak awal diturunkan. Tak pernah ada revisi hingga nanti akhir zaman. Manual book itu tidak lain adalah Alquran. Ada yang meragukannya?.
Oleh karena itu, tidak ada penyelesaian lain kecuali mencampakkan demokrasi sekuler yang rusak dan merusak. Kemudian kembali pada kesempurnaan dan keadilan aturan yang telah Allah turunkan yaitu Alquran. Bahkan tak hanya perkara zina, tapi seluruh permasalahan kehidupan manusia, sungguh telah ada solusinya di dalam Alquran. Adakah yang meragukan kebenarannya?
Wallahu’alambishawab.
Anita Rachman
Muslimah Peduli Peradaban
0 Komentar