Cancel Culture Standarnya Apa, Bambang?

 


Naas bener nasib Kim Seon Ho ya Gaes. Akibat kelakuan barbarnya maksa aborsi ke mantan pacar dan gaslighting, dia harus kena cancel culture. Walopun udin minta maaf, tetep gak ada ampun buat doi.

Karir Kim pun terancam gulung tikar. Kim Seon Ho kini tak lagi terlibat pada semua iklan atau promosi Domino's Pizza Korea di media sosial. Selain itu, Kim Seon Ho juga telah mengalami pembatalan sejumlah kontrak kerja sama. Dan katanya sih kalau di Korea Selatan orang yang kena Cancel Culture udah gak akan punya kesempatan buat come back lagi.

Sebenernya bukan Ahjusi Kim aja yang mengalami paitnya cancel culture. Pesohor di belahan negara lain juga ada yang kena. JK Rowling “dicancel” karena pandangan transphobiknya. Cardi B dan Nicki Minaj “dicancel” karena membuat komentar homofobia. Trump “dicancel” karena perilaku dan kata-katanya yang rasis dan tidak pantas terhadap wanita, orang kulit berwarna dan imigran. Kanye West “dicancel” karena mengatakan perbudakan adalah “pilihan” dan karena mendukung Trump.

Di negara kita tercinta juga ada ternyata praktek cancel meng-cancel orang itu. Selain seleb, di negara +62 ustadz atau aktivis dakwah juga kena. Padahal mereka gak bikin dosa. Malah artis yang perbuatan asusilanya nyebar kemana-mana justru dimaafkan dan bebas manggung lagi, Gaes.

Kalian pernah baca atau nonton kan di media ada Ustadz yang pengajiannya dibubarin hanya karena dia ujug-ujug dicap radikal? Sang Ustadz pun kena cancel culture gak boleh ngisi dimana-mana. Kalau nekad ngisi, acaranya dibubarin. Ustadznya diancem-ancem. Akun medsosnya dibully abis-abisan.

Bingung juga kan Gaes. Alesan meng-cancel-nya macem-macem. Pe blur gitu mana yang sebenernya harus dicancel dan mana yang didukung. Lalu sebenernya apa sih yang jadi standar cancel culture itu, Bambang? Terus, apa boleh kita melakukannya?

Budaya cancel culture ini muncul pertama kali pada 2017 lalu, Gaes. Waktu itu ada kasus pelecehan seksual Harvei Weinstein terungkap. Om Harvei ini seorang produser film and dia melecehkan artis-artisnya. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210924122432-277-698917/mengenal-cancel-culture-ramai-ramai-memboikot-orang-lain.

Dalam perkembangannya budaya ini jadi mengarah ke main hakim sendiri dan alasan buat meng-cancel juga standarnya bias. Tergantung suka-suka netizen aja mau cancel siapa.

Itu sih udah gawat, ga ada obat. Mesti segera diluruskan. Gaes, kita remaja Islam mah sebenernya gak perlu terombang-ambing dalam lautan kebingungan akan cancel culture. Islam itu udah jelas kok ngasi kita tuntunan dan panduan operasional dalam menjalani hidup ini.

Islam udah bahas tentang cara menentukan perbuatan itu baik atau buruk, terpuji apa tercela. Baik atau buruknya suatu perbuatan tidak bisa dilihat dari ada manfaatnya atau tidak,disukai apa dibenci,tapi harus dilihat dari ridho Allah. Perbuatan itu disebut baik jika mendapat ridho Allah,mendapat ridho Allah itu apabila sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh Allah swt.

Intinya kalau kita taat syariat, maka Allah swt akan ridho. So, perbuatan taat syariat itu adalah perbuatan baik. Layak didukung bukan diboikot alias dicancel. Sebaliknya kalau melanggar syariat, Allah swt akan murka. Oleh karena itu perbuatan melanggar syariat Allah adalah perbuatan buruk. Mesti dicancel (perbuatannya).

Nah, kalau perbuatan terpuji dan tercela itu dikaitkan dengan apa yang akan kita dapat kalau melakukannya. Pahala atau siksa Allah. Jika Allah menyatakan bahwa suatu perbuatan akan mendatangkan pahala, maka perbuatan itu disebut terpuji (hasan). Namun sebaliknya kalau mendatangkan siksa, perbuatan itu termasuk dalam perbuatan tercela (qabih).

Jadi sampe sini jelas ya perbuatan mana aja yang mesti dicancel. Lalu, sikap kita buat pelakunya gimana? Kita mah rakyat jelata bukan penguasa. Islam mengamanahkan kepada penguasa untuk menjatuhkan hukuman kepada para pendosa lewat lembaga peradilan. Nah klo kita mah apa atuh?

Justru tugas kita mah mengingatkan alias ngasi tau kepada mereka yang mau terjerumus dalam maksiyat. Kalau udah kelanjur berbuat maksiyat ya ajak dia untuk taubat. Bukan kita kasi hukuman sosial sampe menyusahkan kehidupannya. Apa gak zalim itu ya. Udah lah urusan hukum menghukum udah ada petugasnya. Jadi, ati-ati ya Gaes jangan sampe mengcancel dan dicancel orang hehehe.


Oleh Rini Sarah


Posting Komentar

0 Komentar