Kapitalisme Merendahkan Perempuan, Kebangkitan Islam Sebuah Keniscayaan



Geliat kebangkitan Islam kian hari kian santer terasa.  Berbagai kalangan orang mulai menyambut gembira. Seiring dengan bertambahnya masyarakat yang menghendaki kebangkitan Islam nyatanya kalangan masyarakat yang meragukan hingga menghadangnya pun kian tak terelakkan.

Keraguan terhadap kebangkitan Islam oleh sebagian kalangan diduga karena melihat pengabaian terhadap ajaran agamanya. Besar kemungkinan juga karena masuknya pengaruh pemahaman Barat ke dalam benak pikirannya hingga Islam dianggap terbelakang, pengekang kaum perempuan.

Inilah yang diutarakan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, sungguh sebuah mimpi untuk mengembalikan kejayaan peradaban Islam itu dianggap seperti peribahasa "jauh panggang dari api" ketika  umat Islam enggan untuk menerima kritik dan enggan melakukan refleksi mendalam pada keadaan dirinya sendiri.
(koran-jakarta.com,7/11/2021)

Saat ini begitu deras pemikiran yang terus menyudutkan posisi umat Islam. Ironisnya justru yang memberikan nyinyiran hingga persekusi dilakukan oleh mereka yang notabene umat Islam sendiri. Pun demikian dengan kondisi para pejabat yang ada di  negeri ini ikut berperan sebagai agen perusakan pemikiran Islam melalui kebijakan-kebijakannya.

Betapa wajah dunia Islam terus dirundung kemalangan yang entah kapan berakhir. Upaya-upaya menuju kebangkitan terus dihambat oleh mereka yang memiliki hasad dan dengki terhadap ajaran Islam. Ide beracun feminisme dengan jargon kesetaraan gender merasuk ke seluruh pemikiran masyarakat di negeri ini. Gerakan feminisme ini digaungkan seiring dengan bertambahnya fakta buruk tentang kondisi perempuan.

Akibatnya tidak heran jika kita menemukan fakta adanya penyimpangan dalam praktik bermasyarakat sebagai praktik pencederaan terhadap perempuan. Bahkan bukan hanya itu ketika ada dalil hadis yang menyatakan tentang kepemimpinan laki-laki, dan terkesan menomorduakan perempuan dianggap sebagai bentuk penindasan, perendahan perempuan.

Sesungguhnya jika ditelisik bahwa fakta ini merupakan bentuk sebuah kesalahpahaman dalam memahami fakta yang terjadi. Jangan hanya melihat fakta praktik poligami yang keliru, menganggap sebagai perendahan kepada perempuan, menggenalisir sulitnya kebangkitan Islam. Seharusnya siapapun yang merasa sebagai bagian dari umat Islam wajib meneliti dan meyakini berbagai dalil dan hadis yang menjanjikan tentang kepemimpinan Islam atau khilafah Islam yang mulia.

Akar masalah yang terjadi sesungguhnya akibat penerapan sistem kapitalisme yang telah mengorbankan perempuan. Sistem ini membuat para perempuan layaknya barang dagangan yang siap diperjualbelikan. Orientasi materi telah mengubah manusia menjadi mesin pencetak uang. Kesetaraan gender melalui sistem ini digaungkan dan dipaksa harus diterima oleh masyarakat muslim. Tak heran jika kemudian banyak kalangan pejabat maupun tokoh yang teracuni dan ikut mendakwahkan ide fasad ini. Bahkan  kebangkitan Islam kian diragukan oleh mereka yang notabene kaum cendekiawan.

Keraguan terhadap kebangkitan Islam disadari atau tidak merupakan kemunduran berpikir umat Islam saat ini. Hal ini bukan karena dari ajaran Islamnya melainkan karena ajaran Islam tidak diterapkan secara kafah. Serta semakin ditinggalkan ajaran Islam yang mulia. Akibatnya banyak hukum-hukum yang dilanggar termasuk pencederaan terhadap kaum perempuan.

Wal hasil jika ingin kebangkitan Islam itu hadir maka seharusnya berjuang bersama-sama untuk menyambut berita gembira tersebut. Tak layak juga nyinyir kepada para pengemban dakwah syariah dan khilafah. Sesungguhnya jika khilafah ditegakkan kemuliaan Islam serta ajarannya akan dirasakan termasuk masalah perempuan. Sistem khilafah ini akan memuliakan perempuan dan mengangkat dari jurang kehinaan.

Ingatlah bisyarah kenabian yang sudah dijanjikan.

Di Musnad Ahmad: 17680 – Telah menceritakan hadis kepada kami Sulaiman bin Dawud ath-Thayalisi, telah menceritakan hadis kepada kami Dawud bin Ibrahim al-Wasithi, telah menceritakan hadits kepada kami Habib bin Salim dari an-Nu’man bin Basyir, ia berkata: “kami duduk di masjid bersama Rasulullah saw, dan Basyir adalah orang yang mencukupkan bicaranya, lalu Abu Tsa’labah al-Khusyani datang dan berkata: “ya Basyir bin Sa’din apakah engkau hafal hadits Rasulullah saw tentang para pemimpin (al-umarâ`)? Maka Hudzaifah berkata: “saya hafal khutbah Beliau”. Maka Abu Tsa’labah pun duduk dan Hudzaifah berkata, Rasulullah saw bersabda:

«تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكاً عَاضّاً فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكاً جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ» ثُمَّ سَكَتَ

“Di tengah kalian ada masa kenabian, yang akan tetap ada sesuai kehendak Allah. Kemudian Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada khilafah yang mengikuti manhaj kenabian dan akan tetap ada sesuai kehendak Allah. Kemudian Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian ada kekuasaan yang mengigit (mulkan ‘âdhdhan) dan akan ada tetap sesuai kehendak Allah. Kemudian Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. kemudian akan ada kekuasaan yang memaksa (mulkan jabriyyatan) dan akan tetap ada sesuai kehendak Allah. Kemudian Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada khilafah yang mengikuti manhaj kenabian”, kemudian Beliau diam.

Wallahu a'lam bishshawab.


Oleh Heni Ummu Faiz
Ibu Pemerhati Umat

Posting Komentar

0 Komentar