Kontroversi Pernyataan Menag Membuat Gaduh Umat Islam



Semenjak diangkatnya menjadi Menag era Jokowi Yaqut Cholil nyatanya telah beberapa kali mengeluarkan pernyataan yang membuat umat Islam kian gaduh. Kemenag yang menjadi corong umat Islam kian menjadi sorotan publik. Hal ini karena apa yang diungkapkan selalu terkesan menyimpang ataupun berbau SARA.

Sebagaimana dikutip dari KOMPAS.com, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyatakan Kementerian Agama (Kemenag) merupakan hadiah khusus dari negara untuk Nahdlatul Ulama (NU), bukan untuk umat Islam secara umum.
( Kompas.com,24/10/2021)

Apa yang disampaikan oleh Gus Yaqut mendapatkan kritikan dari beberapa kalangan hingga berbuntut panjang. Banyak pihak kemudian angkat suara dan mengkritik Menteri Agama.

Bahkan menurut Wakil Ketua MUI Anwar Abbas agar Kemenag dibubarkan. Anwar meminta agar Kemenag sebaiknya dibubarkan saja karena akan membuat kegaduhan di mana madaratnya pasti akan jauh lebih besar dari manfaatnya dalam keterangan tertulisnya (Tribunnews, 24/10/2021).

Indonesia mayoritas penduduknya adalah muslim dan sebagian besarnya mengikuti organisasi yang namanya Nahdatul Ulama. Namun harus dipahami bahwa kemerdekaan yang diraih oleh bangsa ini murni dari umat Islam bukan atas organisasi tertentu. Karena patut dipahami juga bahwa di Indonesia terdiri dari berbagai organisasi keislaman yang mewadahi beragam jenis suku bangsa, adat budaya, mazhab dan sebagainya. Sungguh miris jika mengklaim Kemenag merupakan hadiah khusus dari negara untuk NU (Nahdatul Ulama) bukan untuk umat Islam.

Apa yang disampaikan oleh Gus Yakut memang tidak bisa dianggap sepele apalagi guyonan semata. Ujung-ujungnya jika kemudian dibiarkan akan membahayakan umat terutama bagi masyarakat yang awam. Mengapa? karena dengan pernyataan tersebut mengandung ide ashabiyah ujung-ujungnya akan mengakibatkan perdebatan hingga pertikaian di antara kelompok-kelompok masyarakat.

Faktanya paham ashabiyah atau fanatisme golongan sering memicu kegaduhan hingga kerusuhan. Hal ini karena ikatan yang mengikatnya bersifat sementara berbeda dengan ikatan akidah kuat dan mendasar.

Islam memandang bahwa ashabiyah dan berbagai ikatan lainnya adalah haram. Dari Jabir bin Muth'im, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Bukan termasuk golongan kami orang yang mengajak kepada ashabiyah, bukan termasuk golongan kami orang yang berperang karena ashabiyah dan bukan termasuk golongan kami orang yang mati karena ashabiyah. ”[HR. Abu Dawud)

Berdasarkan hadis ini seharusnya fanatisme golongan seperti ashabiyah terhadap mazhab,suku,bangsa, nasionalisme dan yang lainnya sudah seharusnya dihapuskan dari benak kaum muslimin. Bercokolnya paham ashabiyah akan menghantarkan manusia ke jurang hancuran. Peran negara seharusnya melenyapkan pemikiran ini tetapi di sistem demokrasi sekularisme ini rasanya sulit. Hal ini karena lahirnya pemahaman ashabiyah merupakan turunan dari sistem kapitalistik.

Islam sebagai agama yang sempurna memberikan rambu-rambu kehidupan kepada umatnya untuk mencegah sikap fanatik dan mau menang sendiri. Salah satu sikap yang diharuskan menanamkan sikap tasamuh (toleransi) dan sayang-menyayangi terhadap sesama manusia dengan cinta kasih. Melalui sikap tasamuh ini sikap seseorang diikat dengan tali persamaan bukan dengan tali perbedaan. Orang yang beretnis tertentu harus ber-tasamuh dengan orang yang beretnis lain. Berbeda dalam hal keetnisan tapi sama di mata Allah Swt.

Di dalam QS. Al-Hujurat Ayat 13
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.

Dalil ini pula menegaskan bahwa kemuliaan manusia bukan dari mazhab, suku bangsa tetapi ketakwaan kepada Allah Swt. Oleh karena itu, jika menginginkan kehidupan aman dan nyaman tentu harus berlandaskan pada aturan yang berdasar hukum Allah. Jika aturan ini ditegakkan maka paham-paham yang terkesan dianggap madu seperti ashabiyah ini akan hilang dengan sendirinya.

Wallahu a'lam bishshawab.


Oleh Heni Ummu Faiz
Ibu Pemerhati Umat

Posting Komentar

0 Komentar