Menjadi Keluarga Ahlul Qur’an


Setiap Muslim pastinya menginginkan menjadi penghafal dan pengemban Al Qur’an. Dan orang tua yang memiliki anak penghafal Al Qur’an merasakan kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri. Oleh karena itu, para orang tua begitu antusias  berbondong-bondong menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah yang berbasis tahfidz al Qur’an. Kebanggaan dan kebahagiaan yang dirasakan oleh orang tua yang memiliki anak penghafal Al Qur’an tidak bisa disamakan dengan materi, karena a nilainya melebihi dari materi.  Pasalnya, Allah memberikan reward yang luar biasa kepada Muslim yang mengazamkan diri untuk menjadi penghafal Al Qur’an. Bukan hanya sang penghafal Al Qur’an yang mendapat reward dari Allah swt, melainkan orang tuanya pun mendapatkan reward berupa jubah kemuliaan yang akan diberikan di akhirat kelak.

Rasulullah saw bersabda,” Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya.”Siapakah mereka ya Rasulullah?’ Rasul menjawab, “Para ahli Al Qur’an . Merekalah keluarga Allah dan hamba pilihanNya” (HR. Ahmad)

Di hadist diatas Allah menyebutkan bahwa para penghafal Al Qur’an merupakan keluarga Allah, masya Allah. Siapakah yang dimaksud Ahlul Qur’an dan Ahlullah (keluarga Allah) atau hamba-hamba khusus bagi Allah dalam hadist tersebut? Yang dimaksud Ahlul Qur’an adalah seorang Muslim yang bukan hanya sekedar menghafal dan membacanya saja, melainkan ahlul Qur’an adalah seorang Muslim senantiasa mempelajari, memahami,  mengamalkan dan mendakwahkan apa yang tercantum didalam Al Qur’an. Meskipun ia belum menghafal seluruh isi al Qur’an, namun ia senantiasa menghiasi dirinya dengan seperangkat aturan berupa perintah dan larangan yang telah ditetapkan Allah swt didalam Al Qur’an.

Di sisi lain, Allah pun memerintahkan kepada setiap Muslim untuk memperbaiki bacaan Al Qur’an. Allah berfirman dalam surah Al Muzammil : 4 yang artinya,”Dan bacalah al Qur’an itu dengan tartil”.  Rasulullah bersabda,”Hiasilah Al Qur’an dengan suaramu yang merdu” (HR. Bukhari dan Abu Dawud). Berupaya untuk terus perbaiki bacaan Al Qur’an merupakan kewajiban bagi setiap Muslim, bukan ditujukan kepada ustadz atau ustadzah atau para penghafal Al Qur’an saja. Wajibnya memperbaiki bacaan Al Qur’an sama wajibnya dengan menunaikan sholat dan kewajiban-kewajiban lainnya. Bahkan Allah memberikan pahala kepada Muslim yang membaca al Qur’an dengan tertatih-tatih, dengan memberikan reward satu huruf yang dibaca dengan 10 kebaikan. Hal ini tentu menjadi motivasi bagi setiap Muslim untuk senantiasa belajar membaca Al Qur’an dengan benar dan tartil.

Suatu kerugian besar apabila seorang Muslim melwatkan satu hari tanpa membaca al Qur’an, karena itu sama halnya dia membiarkan  begitu banyak kebaikan yang dibuang begitu saja. Al Qur’an bukanlah hanya sekedar buku seperti kitab-kitab agama yang lain, tetapi Al Qur’an adalah Al hudan (petunjuk hidup) manusia yang akan menerangi kubur, apabila kelak dia telah meninggalkan dunia yang fana ini. Bahkan ada yang tidak sempat memegang mushaf al Qur’an, kecuali pada saat bulan Ramadhan tiba. Selama 11 bulan al Qur’an tersimpan rapi didalam  lemari dan baru akan disentuh dan dibaca apabila bulan Ramadhan, kemudian akan disimpan kembali ketika bulan Ramadhan meninggalkannya. Sungguh menyedihkan dan termasuk hamba yang merugi jika ada yang melakukan hal yang demikian.

Begitu banyak keutamaan yang akan kita dapatkan, jika membersamai hidup kita menjalani kehidupan dunia bersama Al Qur’an. Setiap Muslim bukan hanya diperintahkan mempelajari bacaan al Qur’an hanya untuk dirinya sendiri, melainkan ada kewajiban lain untuk mengajarkan orang lain agar bisa membaca Al Qur’an dengan benar. Rasulullah bersabda,”Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur’an  dan mengajarkannya”(HR. Bukhari dan Muslim). Allah memberi pahala kepada setiap Muslim yang mempelajari dan mengajarkan Al Qur’an kepada Muslim yang lainnya, tanpa mengurangi pahala orang yang diajarkan Al Qur’an.

Saat ini kehidupan kaum Muslimin sangat jauh dari aturan Al Qur’an dan As Sunnah. Hukum Allah dicampakkan diganti dengan hukum buatan manusia, yang melahirkan kemaksiatan dan kerusakan dimana-mana. Kita sebagai hamba yang beriman kepada Allah swt dan hari akhir, tentu tidak akan membiarkan kondisi-kondisi berlarut-larut karena akan merusak masa depan generasi Muslim yang telah Allah berikan predikat terbaik yaitu “Khoiru Ummah/ Umat Terbaik” Apa yang harus kita lakukan agar predikat umat terbaik senantiasa menjadi predikat bagi umat Muslim hingga hari kiamat?  Satu-satunya cara adalah membumikan Al Qur’an, dengan membangun kesadaran kepada umat Islam untuk kembali kepada aturan Al Qur’an. Bukankah langkah ini yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat serta para khalifah sesudahnya, hingga peradaban Islam berjaya hingga 1300 tahun yang membuat gentar dan takut negeri-negeri kafir barat?

Sejarah kegemilangan peradaban Islam akan terulang kembali dengan tegaknya Islam dalam institusi khilafah, dimana aturan Al Qur’an diterapkan diseluruh sendi-sendi kehidupan. Hal inilah yang sedang diperjuangkan oleh para pengemban dan penolong agama Allah, mengembalikan Al Qur’an sebagai landasan dan petunjuk hidup umat Muslim. Oleh karena, para orang tua yang mengazamkan anak-anaknya bukan sekedar menjadi penghafal Al Qur’an tetapi juga pengemban Al Qur’an yang telah disebutkan diatas sebagai “Ahlul Qur’an”. Bukan hanya anak-anak mereka yang menjadi Ahlul Qur’an tetapi para orang tua pun berupaya sekuat tenaga untuk menjadi Ahlul Qur’an. Apa yang dipahami didalam al Qur’an diamalkan dan didakwahkan hingga kepenjuru dunia.

Yang menjadi orientasi keluarga Muslim yang mengazamkan dirinya, anak dan keluarganya untuk meraih predikat Ahlul Qur’an dan Ahlullah (keluarga Allah) adalah kehidupan akhirat. Kehidupan akhirat merupakan kehidupan abadi bagi setiap umat manusia, dan dunia hanya tempat sementara runtuk mengumpulkan bekal yang cukup untuk menuju kehidupan abadi. Keluarga Ahlul Qur’an inilah yang akan memikul tanggung jawab besar untuk mengembalikan Al Qur’an sebagai panduan dalam kehidupan. Dengan mengajak dan memahamkan keluarga Muslim lainnya untuk menjadikan visi akhirat sebagai visi hidupnya, dan bersedia menjadi barisan Ahlul Qur’an semata-mata mengharapkan keridhoan dari Allah swt agar para pengemban dakwah dan penolong agamaNya disematkan sebagai Ahlullah (keluarga Allah).

Itulah yang menjadi kebahagiaan hakiki bagi setiap Muslim mendapat pedikat keluarga Allah dari golongan manusia. Yang sudah tentu Allah akan menempatkan keluargaNya (Ahlul Qur’an) pad tempat yang terbaik dan teristimewa di surgaNya kelak. Sehingga setiap keluarga Muslim berlomba-lomba untuk meraih predikat tersebut. Amal yang akan mengantarkan pada predikat istimewa akan dilakukannya dengan bersungguh-sungguhnya. Yaitu mengerahkan segala daya upaya agar aturan Al Qur’an diterapkan kembali dengan sempurna dan dapat merubah kondisi yang rusak seperti saat ini, berubah menjadi suasana dinaungi suasana keimanan dan ketakwaan serta selalu mendapatkan keberkahan dari RabbrNya. “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi” (QS Al –A’raf : 96). Wallahu a’lam


Oleh Siti Rima Sarinah
Studi Lingkar Perempuan dan Peradaban

Posting Komentar

0 Komentar