Berbicara tentang generasi sangat erat kaitan dengan nasib sebuah bangsa dan masa depan peradabannya. Generasi muda merupakan pelanjut estapet perjuangan suatu bangsa. Di tangan generasi inilah masa depan bangsa dipertaruhkan. Namun, jika kita melihat nasib generasi bangsa saat ini, sangatlah menyedihkan. Generasi yang nampak dihadapan kita adalah potret buram generasi rusak kehidupan dunia dan akhiratnya. Generasi hedonis, freesex, anarkis, penghayal, pembebek dan masih banyak lain yang lainnya, adalah deretan panjang kerusakan generasi bangsa yang hidup dalam naungan sistem kapitalis sekuleris.
Fakta diatas tentunya menjadi tantangan tersendiri baik bagi orang tua, masyarakat maupun negara untuk mewujudkan generasi beriman dan bertakwa (imtak), seperti yang termaktub dalam undang-undang yang dijadikan output pendidikan di negeri ini. Namun sayangnya, untuk merealisasikan generasi berimtak dibawah payung sistem kapitalis sekuler bak jauh panggang dari api. Tidak akan mungkin terealisasi, karena antara tujuan dan aplikasinya sangatlah bertolak belakang. Walhasil, sangatlah wajar jika melihat generasi saat ini adalah generasi rusak dari seluruh lini kehidupannya. Karena sistem yang diterapkan tabiatnya adalah rusak dan merusak.
Begitu derasnya arus kerusakan menyeret generasi muslim saat ini, apakah ada cara untuk menyelamatkan generasi dari berbagai kerusakan yang mengepung mereka dari segala penjuru? Allah swt berfirman yang artinya,”Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah” (Ali Imron : 110)
Dari ayat diatas Allah swt telah menyematkan predikat kepada umat Islam sebagai khoiru ummah (umat terbaik) yang dilahirkan untuk manusia. Predikat terbaik ini diberikan Allah kepada umat Islam, tak lepas dari tujuan Allah menciptakan manusia dimuka bumi ini, yaitu untuk menyembah/beribadah kepada Allah. Yang dimaksud beribadah disini, bukanlah hanya sholat 5 waktu semata. Melainkan setiap amal perbuatatan manusia harus terikat dengan syariat Allah, syariat Allah menjadi rujukan amal perbuatan seorang hamba.
Allah telah membekali kita berupa buku petunjuk yaitu Al Qur’an dan Sunnah Nabi sebagai pedoman hidup seorang Muslim. Sejarah telah membuktikan jauh sebelum kebangkitan negara Eropa dan Amerika saat itu, umat Islam dengan kekuatan Al Qur’an mampu meraih kejayaan dan kegemilangan peradaban Islam hingga 1300 tahun lamanya. Ini menunjukkan bahwa dengan landasan Al Qur’an, umat Islam menjadi umat yang disegani bahkan ditakuti oleh musuh-musuh Islam.
Umat Islam sebagai umat terbaik memiliki potensi untuk mengulang sejarah itu kembali, yaitu melahirkan generasi pemimpin pembangun peradaban mulia. Langkah yang harus diupayakan adalah menjadikan sistem pendidikan Islam yang bersumber dari Al Quran sebagai landasannya. Tujuan pendidikan Islam bukan hanya menjadikan generasi tersebut berimtak, tetapi juga bersyakhsiyyah Islam (berkepribadian Islam), faqih fiddin, berjiwa pemimpin dan menguasai sains dan teknologi serta mampu menyelesaikan permasalahann kehidupan dengan mengambil Islam sebagai solusinya.
Dengan menjadikan Al Qur’an sebagai rujukan untuk semua mata pelajaran yang disampaikan kepada generasi, maka akan terbentuk generasi yang berkepribadian Islam. Yaitu pola pikir dan pola sikapnya bersumber dari aqidah Islam. Atau dengan kata lain semua amal perbuatannya berdasarkan syariat Islam. Mampu membedakan yang baik dan buruk menurut kacamata Islam bukan dari kacamata manusia yang memiliki kelemahan dan kekurangan.
Adapun faqih fiddin, yaitu menguasai ilmu agama yang berkorelasi dengan ilmu kehidupan. Al Qur’an bukan hanya dianggap sebagai ilmu agama, tetap juga wajib dihafalkan, dipelajari, dipahami dan diamalkan serta didakwahkan isinya. Karena didalam kandungan Al Qur’an berisi berbagai aturan Islam. Sebagai satu-satunya agama sekaligus ideologi yang memiliki aturan yang komprehensif dalam mengatur dan mengatasi berbagai permasalahan kehidupan. Sehingga generasi mampu secara mandiri menyelesaikan masalah kehidupan dengan cara yang benar (sesuai dengan Al Qur’an)
Kembali pada kontek “umat terbaik/khoiru ummah” menggambarkan bahwa generasi Muslim harus memiliki jiwa pemimpin. Sosok berjiwa pemimpin adalah generasi mempunyai percaya diri tinggi dan sangat bangga menyandang pedikat sebagai seorang Muslim. Berani menyampaikan kebenaran dan berupaya merubah kondisi yang rusak menjadi kondisi yang lebih baik, tentu saja dengan menjadikan Al Qur’an sebagai rujukannya. Hal ini dilakukan semata-mata ingin berkompetisi dalam fastabiqul khairot demi meraih keridhoan dan pahala dari Allah swt.
Generasi Muslim bukan hanya mumpuni dalam ilmu agama, tetapi juga menguasai dan terdepan dalam saintek. Jika kita menengok dalam sejarah masa kegemilangan Islam, banyak sekali lahir generasi Muslim polymath dan penemu. Sebut saja Al Khawarizmi, penemu algoritma dan angka nol, Al Jabar, trigonometri dan juga astronomi, Abbas ibnu firnas pencipta ide Ibnu pesawat dan ilmuwan serba bisa, Al Battani, penemu penentuan tahun dan memecahkan berbagai persoalan matematika, Ibnu Sina penemu manfaat etanol dan penemu teori penularan TBC serta masih banyak lagi deretan nama para penemu dalam Islam.
Hal ini menunjukkan bahwa generasi Muslim memiliki kontribusi penuh dalam membangun peradaban dunia. Karena apa yang meteka temukan sangat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia. Dan semua para penemu ini adalah Hafidz Al Qur’an, ini membuktikan bahwa dengan Al Qur’an generasi Muslim mampu menguasai semua bidang dan mumpuni dibidang tersebut. Tidak bisa dipungkiri lagi, mengapa Al Qur’an yang harus dijadikan role master pendidikan generasi Muslim. Hal ini tak lepas bahwa Al Qur’an berasal dari dzat pencipta manusia, alam semesta dan kehidupan. Yang paling mengetahui apa yang terbaik buat semua makhluk ciptaannya.
Dengan mekanisme metode sistem pembelajaran seperti ini, akan terwujud generasi mulia generasi khoiru ummah dihadapan kita. Walaupun untuk mewujudkan generasi Muslim yang bervisi akhirat ini, tidaklah mudah. Karena tidak didukung oleh negara sebagai pihak yang berwenang menyediakan fasilitas terbaik untuk pendidikan rakyatnya. Justru hal ini menjadi tantangan bagi seluruh oarng tua untuk bisa menghadapi tantangan dan mencari solusi untuk menyikapi tantangan tersebut.
Allah berfirman yang artinya,”Wahai orang-orang beriman! peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (TQS At Tahrim : 6)
Ayat ini dipahami sebagai bentuk perintah orang tua khususnya ayah yang memiliki tanggung jawab yang besar dalam mendidik semua anggota keluarganya. Agar tidak terjerumus ke dalam api neraka. Ayat ini pun sudah cukup menjadi peringatan tegas bagi para orang tua memberikan pendidikan terbaik bagi keluarganya termasuk generasi didalamnya. Arus liberalisasi senantiasa terus menerus menghantam generasi dengan berbagai persepsi dan pemahaman yang merusak. Sehingga para orang tua harus bersinergi untuk segera bangkit dan menyelamatkan generasi Muslim.
Orang tua juga memiliki peran yang paling penting dan utama dalam membersamai generasi menghadapi tantangan tersebut. Dengan senatiasa memotivasi diri untuk belajar dan terus belajar tentang mendidik anak sesuai keinginan pemilik jiwa anak kita. Bersinergi dengan sekolah yang memiliki visi dan misi yang sama untuk membantu para orang tua mewujudkan generasi pembangun peradaban mulia.
Sudah saatnya kita mengambil peranan untuk mengulang kembali sejarah kegemilangan Islam untuk mencetak generasi pemimpin pembangun peradaban Mulia. Apakah kita menjadi pembuat sejarah, pelaku sejarah atau penonton sejarah, setiap pilihan pasti ada kosekuensinya. Sehingga sudah tentu kita sebagai umat terbaik akan mengambil peranan penting sebagai pelaku sejarah. Agar Allah senantiasa melimpahkan keberkahan dalam kehidupan seluruh umat Muslim dan kembalinya kaum Muslim dalam sebuah kehidupan dimana seluruh aturan Islam diterapkan secara kaffah dalam naungan khilafah insya Allah. Wallahu a’lam.
Oleh Siti Rima Sarinah
Studi Lingkar Perempuan dan Peradaban
0 Komentar