Natuna adalah gugusan pulau di Selat Karimata. Secara administratif masuk ke dalam Kabupaten Natuna, Propinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Natuna dan perairanya berada di sebelah selatan Laut China Selatan. Berbatasan langsung dengan dengan Vietnam dan Kamboja di sebelah utara. Lalu, Singapura dan Malaysia bagian barat di sebelah Barat, dan Malaysia bagian timur di sebelah timurnya. Posisinya cukup strategis, karena berada di jalur pelayaran internasional Jepang, Korea, dan Taiwan.
Selain itu, Natuna juga sangat kaya. cadangan minyak bumi di Natuna diperkirakan mencapai 14.386.470 barel, sedangkan gas bumi 112.356.680 barel. Ladang gas D-Alpha terletak 225 km di sebelah utara Pulau Natuna (di ZEEI) dengan total cadangan 222 trillion cubic feet (TCT) dan gas hidrokarbon yang bisa didapat sebesar 46 TCT merupakan salah satu sumber terbesar di Asia. https://www.kompas.com/tren/read/2021/09/18/134133965/trending-di-twitter-di-mana-letak-natuna-dan-apa-potensi-perairannya?page=all&jxconn=1*1vz25xy*other_jxampid*dzRET3EtcjhUZlg0M0drU3Q2Vm5Rdzh1YnVac1NHYVZEMDFxdkFEVnA5V1ZsMGZHY3pxQUhWUHYzTllUSUs0Vg..#page2
Sementara, produksi gas dan minyak di Natuna telah dimulai sejak 1986 dengan kapasitas gas 490,3 juta standar kaki kubik per hari serta 25.113 barrel minyak dan kondensat per hari. Saat ini, ada 16 wilayah kerja migas di Natuna, yang terdiri atas enam wilayah kerja eksploitasi dan sisanya wilayah kerja eksplorasi.
Ada empat wilayah kerja yang sejauh ini sudah berproduksi, yaitu wilayah kerja Blok B Laut Natuna Selatan oleh Conoco Phillips Inc, Blok A Laut Natuna oleh Premier Oil Natuna Sea BV, Blok Kakap oleh Star Energy, serta Blok Udang oleh Pertamina EP dan Pertalahan Arnebatara Natuna.
Untuk potensi perikanan sendiri, Laut Natuna termasuk dalam wilayah pengelolaan perikanan Indonesia (WPP-RI) 711 yang meliputi Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut China Selatan. WPP-RI 711 memiliki potensi tangkapan mencapai 1,003 juta ton per tahun dan menjadikannya sebagai potensi tertinggi nomor tiga dari 11 WPP di Indonesia. Dua WPP yang memiliki potensi lebih besar adalah Laut Arafura (WPP-RI 718) dan Laut Jawa (WPP-RI 712). Sementara itu, khusus untuk Laut Natuna, potensi sumber daya ikan tersimpan di dalamnya adalah sebesar 504.212,85 ton per tahun atau sekitar 50 persen dari potensi WPP 711.
Sayang, Natuna yang berposisi strategis dan kaya tak dijaga secara kesatria. Kini hanya “Macan Ompong” bertindak sebagai penjaga. Pengamat Hukum dan Politik Mujahid 212, Hari Damai mengibaratkan demikian ketika mengomentari ejekan Media Malaysia. Prabowo sebagai Menhan yang bertanggung jawab akan pertahanan kena ejekan media Malaysia. Media itu mengejek Indonesia dengan menyebut ciut kepada Republik Rakyat China (RRC) di Laut Natuna Utara. https://www.law-justice.co/artikel/118891/prabowo-disebut-ciut-hadapi-rrc-di-natuna-mujahid-212-macan-ompong/
Rakyat Indonesia ingin mengusir China hingga ke tenaga kerjanya. Namun apa daya, Sang Menhan PS (Prabowo Subianto) yang bertanggung jawab terkait pertahanan dan keamanan tak berbuat apa-apa justru sibuk dengan program `menanam singkong’, ujarnya.
Akibatnya, Natuna senantiasa dalam problema. Mulai dari pelanggaran wilayah oleh China dengan Nine Dash Line yang mengklaim wilayah perairan Natuna. Lalu bebas keluar masuknya kapal-kapal asing mencuri ikan. Dan, banyaknya Kapal China yang memasuki perairan Natuna.
Alamnya yang kaya pun tidak lepas dari penjarahan. Sebagian besar hasil eksplorasi migas dikuasai oleh perusahaan swasta asing. Maklum, baik modal, tenaga ahli, maupun peralatan seluruhnya disuplai oleh Exxon Mobil, Conoco Philips, Star Energy, dan Primer Oil. Praktis, pembagian keuntungan dari bisnis tersebut sebagian besar dinikmati oleh mereka. Sedangkan Indonesia sebagai pemilik kekayaan alam tersebut hanya mendapat sedikit keuntungan.
Bayangkan, dari total pendapatan yang nilainya mencapai 21,8 triliun rupiah pada tahun 2007 misalnya. Kabupaten Natuna hanya kecipratan Rp 225 miliar. Sementara itu, pemerintah pusat kebagian sekitar Rp 525 miliar. Sedangkan triliunan rupiah lainnya menjadi hak milik perusahaan asing alias menguapkan ke negara lain. https://medium.com/@kajian.strategi.energi/pulau-natuna-menyimpan-cadangan-gas-alam-terbesar-di-dunia-ecddd7938951
Tak heran jika kondisi sosial ekonomi masyarakat di Natuna tak beranjak sejahtera. Lihat saja nilai Indeks Pengembangan Manusia (IPM) yang diukur berdasarkan kehidupan, pengetahuan, dan daya beli. Semakin tinggi IPM, tingkat kesejahteraan hidup masyarakat kian makmur.
Fakta menunjukkan, ternyata Kabupaten Natuna yang bergelimang migas tersebut memiliki IPM terendah dibandingkan dengan lima kabupaten/kota lainnya di Kepri. Artinya, angka harapan hidup, tingkat pendidikan, dan pengeluaran riil per kapita di Natuna berada pada urutan paling buncit. Sebuah fakta yang ironis memang.
Melihat fakta diatas, jelas! Natuna butuh penjaga nan digjaya dan kesatria. Penjaga ini harus mampu mengusir dominasi asing atas wilayahnya. Serta, mengembalikan kekayaan Natuna kepada yang berhak yaitu rakyat Indonesia. Penjaga itu haruslah negara yang kuat.
Negara yang kuat terbentuk dari kombinasi solid 4 faktor pembangunnya. Yang pertama, Ideologi. Ideologi merupakan dasar dari kekuatan sebuah negara. Sebuah negara pengemban ideologi akan mempunyai visi dan misi bernegara yang khas dan jelas. Hingga bisa mengatur segala urusan dalam negeri dengan baik dan menyebarkan pengaruhnya ke negara-negara lain di percaturan politik internasional. Karena dalam ideologi terkandung pemahaman-pemahaman dan seperangkat peraturan untuk mengatur urusan dunia.
Jika negara Indonesia ingin menjadi kuat secara hakiki maka negara ini harus mengemban ideologi Islam. Karebna Islam adalah satu-satunya ideologi yang shahih. Ideologi samawi yang telah teruji kemampuan dan kelayakannya dalam mengatur kehidupan manusia. Pemikiran Islam mampu menggagas setiap kebutuhan hidup dan perkembangan-perkembangan baru pada setiap masa dan pada setiap negeri yang dinaungi oleh kekuasaan Islam.
Kenyataan ini telah ditunjukkan oleh peradaban Islam yang agung selama 14 abad penerapannya. Keagungan Islam ini dapat disaksikan oleh setiap orang yang memiliki mata. Ia tampak di dalam khasanah kebudayaan Islam (tsaqâfah Islâmiyyah) yang terhimpun di dalam berbagai buku dan manuskrip yang memuat berbagai macam ilmu pengetahuan hingga hari ini. Buku-buku dan manuskrip-manuskrip tersebut telah dicetak dan kemudian menjadi rujukan para peneliti dalam berbagai disiplin keilmuan.
Di lain pihak, mayoritas penduduk negeri ini adalah muslim. Akar historis nusantara pun tak bisa dilepaskan dengan Islam. Justru ketika penduduk bumi zamrud katulistiwa melepaskan ideologi Islam, penjajahan senantiasa mencengkramnya.
Faktor yang kedua adalah. Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang handal kuat secara pemikiran dan ketaqwaan, skil, serta senantiasa berinovasi akan menjadi pelaksana sistem bernegara yang terpercaya. Hingga semua akan berjalan dengan lancar dan tuntas. SDM demikian hanya akan lahir jika negara menerapkan ideologi Islam.
Sedangkan faktor ketiga adalah ekonomi. Dengan perekonomian yang kuat dan mandiri negara mampu menjalankan semua fungsinya dengan baik. Dan stabilitas sosial juga terjaga. Hingga negara semakin konsen untuk menebarkan Islam sebagai rahmat ke seluruh penjuru dunia. Dan membiayai militer sebagai penjaga kedaulatan dan wilayah negara.
Faktor terakhir adalah militer. Militer yang kuat dan mandiri akan disegani oleh musuh-musuh negara. Untuk membangun militer yang kuat memang bukan hanya dibutuhkan alutista tercanggih dan terlengkap, tetapi ada faktor lainnya. Faktor itu adalah aqidah yang diemban dengan kuat dalam setiap benak tentara. Aqidah yang kuat inilah yang akan membangkitkan semangat jihad dalam diri para tentara. Tak takut kepada musuh dan senantiasa yakin akan pertolongan Allah. Lalu, para tentara pun terikat dengan hukum-hukum Allah swt secara total. Hingga pertolongan Allah senantiasa mereka dapatkan dalam setiap pertempuran. Lalu, militer pun harus punya visi dan misi menjaga kedaulatan dari dominasi asing. Jangan menepatkan diri sebagai proxy, kepanjangan tangan negara asing dalam menjaga berbagai kepentingan penjajah.
Oleh karena itu, militer harus menjaga ketiga hal tersebut. Baik dalam tubuh organisasi kemiliteran maupun ummat. Agar negara menjadi semakin kuat dan mampu mejaga setiap jengkal wilayah dan setiap jiwa rakyatnya.
Oleh Rini Sarah
0 Komentar