Sariyah, Aktivitas Strategis Khilafah Dalam Rangka Memperkuat Daulah



Daulah Khilafah merupakan negara berlandaskan syariat yang dicontohkan Rasulullah saw saat dimulainya hijrah ke Madinah hingga areanya meluas sampai dua pertiga dunia. Sebuah negara yang kuat pastinya didasari oleh asas yang kuat dan didukung oleh perangkat dan strategi yang tak kalah hebatnya.

Saat Rasulullah saw hijrah ke Madinah, pertama kali yang beliau lakukan adalah memperkuat internal warga negara dengan mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshor. Sedangkan bagi Yahudi yang menjadi warga negara dibuatlah sebuah perjanjian.

Setelah dirasa cukup dalam membangun kekuatan internal, kemudian dibuatlah strategi untuk memperkuat negara Khilafah dari hantaman yang tidak terduga dari luar. Ialah aktivitas patroli (sariyah) yang selalu dilakukan untuk kepentingan strategis.

Satuan tentara dalam aktivitas patroli tersebut tugasnya adalah mengumpulkan informasi tentang kekuatan musuh, persenjataan musuh termasuk di dalamnya penguasaan medan. Patroli ini ada dua macam, pertama patroli pengintaian, satuan tentara yang bertugas mendapatkan informasi tanpa perang. Karenanya jumlah personel hanya sedikit dan pergerakannya cepat.

Kedua, disebut sebagai patroli tempur, satuan tentara yang bertugas mendapatkan informasi dengan jalan perang. Oleh karena itu satuan ini kuat, baik dalam segi jumlah maupun perlengkapannya.

Tujuan penting patroli (sariyah) adalah pertama, unjuk kekuatan kaum muslimin kepada orang-orang Musyrik, Yahudi dan Munafikin. Hal ini dimaksudkan untuk menyebarkan kewibawaan Daulah Islamiyah di dalam maupun di luar negeri. Terbukti pada berbagai sariyah telah berhasil menarik perhatian musuh dakwah dan Daulah kemudian memukul mundur pergerakan apapun yang dapat merugikan kaum Muslimin.

Dengan begitu tidak ada satupun musuh berani menyerang Daulah Khilafah yang pasukannya tidak pernah berhenti siang dan malam dalam mengintimidasi ‘Si licik’ Yahudi serta suku lain penyembah berhala di sekitaran Madinah.  Serta menjadikan musuh harus berpikir seribu kali untuk menyerang Madinah.

Kedua, sariyah yang dijalankan berkaitan erat dengan kemenangan Islam. Gerakan pengiriman sariyah dan ekspedisi memang berkesinambungan. Karena hal tersebut merupakan bagian dari latihan taktis militer dan latihan kehidupan bagi pasukan Islam. Aktivitas sariyah ini terus menerus dilakukan oleh pasukan kaum muslimin, laksana lebah menjaga sarangnya yang tidak pernah bisa tenang dan diam.

Pengiriman sariyah ini merupakan bentuk untuk memperkuat pondasi negara sekaligus mempersiapkan penaklukan berikutnya. Rasul selalu menanamkan pada seluruh kaum muslimin dan bala tentaranya, sendi-sendi keimanan yang kuat, hingga saat mereka melakukannya pun lahir dari kesadaran dan bukan paksaan.

Banyak sariyah yang telah dilakukan dipimpin oleh para sahabat terpercaya diantaranya sariyah yang dipimpin oleh Hamzah. Patroli tempur ini berkekuatan 30 orang prajurit kavaleri (penunggang kuda) dari kalangan Muhajirin. Mereka bertugas untuk menghadang kafilah dagang Quraisy yang dipimpin oleh Abu Jahal bin Hisyam dengan pengawalan 300 prajurit penunggang kuda.

Penghadangan ini bergerak menuju Ish (daerah di tepi Laut Merah, jalur yang biasa dipakai orang-orang Quraisy menuju Syam). Dalam sariyah kali ini, kaum muslimin bergerak untuk menakut-nakuti jalur perdagangan Quraisy yang menghubungkan antara Makkah dan Syam.

Saat bertemu dengan pasukan Hamzah, terjadilah kontak senjata namun hal tersebut tidak berlangsung lama, karena Majdi bin Amr Al-Juhani berhasil melerai kedua belah pihak. Akhirnya kedua belah pihak pulang ke rumah masing-masing.

Kemudian sariyah berikutnya yang dipimpin oleh Ubaidah bin Harist. Patroli tempur kali ini berkekuatan 60 orang prajurit infanteri (pejalan kaki) dari kalangan kaum Muhajirin. Mereka bergerak ke lembah Rabigh (lembah yang dilintasi oleh orang yang berhaji di wilayah antara Bazwa dan Juhfah) untuk mengancam jalur perdagangan Quraisy antara Makah dan Syam.

Sedangkan kekuatan Quraisy berjumlah lebih dari 200 prajurit penunggang kuda dan pejalan kaki yang dipimpin oleh Abu Sofyan bin Harb. Dalam riwayat lain dikatakan bahwa yang memimpin pasukan Quraisy adalah Ikrimah bin Abu Jahal.

Saat pasukan kaum Muslimin sampai ke lembah Rabigh yang berada di jalur perdagangan Quraisy antara Syam dan Makkah, sempat terjadi insiden kecil. Sa’ad bin Abi Waqash sempat melepaskan anak panahnya dan itu merupakan panah pertama yang dilontarkan dari pihak kaum muslimin. Pada akhirnya kedua kubu pulang tanpa terjadi peperangan setelah pasukan kaum muslimin unjuk kekuatan.

Aktivitas strategis Khilafah atas perintah Rasul ini merupakan amalan penting untuk sebuah negara yang baru saja berdiri dan belum detil mengenal lingkungan sekitar. Oleh karena itu ada beberapa poin penting dalam aktivitas sariyah ini, yaitu pertama, dalam hal pengintaian, kaum Muslimin dapat mengenal dengan baik rute di sekitar Madinah dan jalan-jalan menuju ke Makkah. Lebih khusus lagi jalur vital perdagangan antara Makkah dan Syam.

Selain itu pasukan kaum muslimin juga bisa mengenal dengan baik suku-suku di sekitar wilayah tersebut dan mengikat perjanjian dengan suku-suku tersebut. Dengan kata lain, kaum muslimin dapat mengenal dengan baik daerah strategis di sekeliling tempat tinggal mereka saat itu.

Kedua, berkaitan dengan peperangan, dengan adanya aktivitas sariyah ini dapat membuktikan bahwa kaum Muslimin adalah pribadi yang kuat. Mereka mampu mempertahankan dirinya dihadapan musyrikin Quraisy, suku-suku di sekitar Madinah, penduduk non-Muslim Madinah juga orang-orang Yahudi. Sekaligus kaum Muslimin juga dapat bersekutu dengan sebagian suku Arab yang berdekatan dengan Madinah dan yang mendiami sekitar jalur perdagangan.  

Ketiga, terkait dengan blokade, kaum Muslimin mengancam jalur perdagangan terpenting antara Makkah dan Syam sehingga kafilah dagang Quraisy tidak aman melintasinya. Hal ini berpengaruh buruk terhadap perdagangan Quraisy yang menjadi mata pencaharian utama mereka. Kaum Muslimin juga mengancam Makkah dengan blokade ekonomi dengan mencoba menghalangi jalur antara Makkah dan Syam dari rasa aman.

Aktivitas dakwah selain harus mengenal obyek dakwah juga harus mengenal medan dakwah. Bisa dikatakan bahwa aktivitas sariyah ini adalah dalam rangka mengenal postur geostrategis Madinah dan bagaimana cara memperkuat Madinah dari serangan musuh. Sehingga yang dijadikan konsentrasi adalah jalur vital perdagangan antara Makkah dan Syam karena penguasaan jalur strategis ini dapat menekan pihak lawan.

Begitulah, Daulah Khilafah yang merupakan institusi negara terus berupaya untuk mengayomi masyarakatnya dari segala bentuk ancaman, gangguan juga hambatan dari luar. Salah satu bentuknya adalah dengan aktivitas strategis seperti sariyah ini. Lalu apakah dengan kepemimpinan Kapitalis saat ini masyarakat mendapat ayoman yang sepantasnya dan tanpa imbalan?

Wallahu’alam.


Oleh Ruruh Hapsari

Posting Komentar

0 Komentar