Kata khilafah bukanlah kata yang asing baik bagi kaum muslim, maupun musuh-musuh Islam yang tidak menyukai opini khilafah terus menerus digaungkan. Tidak dipungkiri, di Indonesia dan negeri-negeri muslim lainnya terus mengopinikan dan mendakwahkan ide khilafah sebagai problem solver terhadap permasalahan yang dihadapi dunia saat ini.
Hal inilah yang membuat negara-negara barat berupaya dengan berbagai macam cara untuk membungkam ide khilafah dengan cara-cara yang licik dan keji. Namun, menghalalkan segala cara yang dilakukan barat tidak serta merta ide khilafah meredup. Yang terjadi ide khilafah semakin kencang digaungkan hingga ke penjuru dunia.
Senjata makan tuan adalah peribahasa yang pantas disandang oleh negara-negara barat yang memusuhi Islam. Pasalnya apa yang mereka lakukan justru berbalik kembali kepada mereka. Sebagai contoh, opini buruk umat Islam yang identik dengan terorisme, merupakan jualan barat yang terus dikemas sedemikian rupa.
Tapi sayangnya, dunia mengetahui siapa terorisme yang sesungguhnya. Pasca runtuhnya WTC tahun 2001, opini tentang terorisme terus digulirkan. Hingga hari ini pun “jualan terorisme” masih dipasarkan barat, tetapi kini sepi peminatnya. Karena dunia sudah mengetahui siapa sebenarnya dalang dibalik kasus-kasus terorisme yang selalu menyudutkan dan menuduh umat Islam sebagai pelakunya.
Hilangnya kepercayaan dunia khususnya kaum muslim terhadap negara barat yang melakukan kebohongan publik, memunculkan ketakutan barat pada dunia Islam semakin menjadi-jadi. Ketakutan barat inilah membuat barat terus mencari jalan lain, agar ide khilafah hilang dari benak kaum muslim dan membuat kaum muslim amnesia terhadap khilafah yang merupakan bagian dari ajaran Islam.
Barat pun mengandeng ulama untuk dijadikan umala (antek barat), yang mendakwahkan khilafah dengan narasi negatif dan mencitraburukkan pengemban khilafah dengan label-label negatif.
Upaya mereka untuk menjadikan ulama sebagai corongnya akhirnya membawa pengaruh terhadap umat Islam. Dimana umat selalu memposisikan ulama sebagai orang yang paham akan ajaran agamanya, didengar serta ditaati akan apa yang disampaikannya. Walhasil, banyak ulama hanif yang teguh mendakwahkan khilafah dikriminalisasi, dipersekusi dan diintimidasi bahkan harus masuk jeruji besi. Padahal mereka tidak melakukan pelanggaran hukum apapun. Rezim penguasa dan aparat penegak hukum berkolabarasi memuluskan rencana jahat musuh-musuh Islam. Untuk hal ini barat tak tanggung-tanggung menyiapkan dana yang cukup besar agar “proyek” ini berhasil.
Kita bisa melihat begitu gencar rezim penguasa dan aparat penegak hukum membuat gebrakan baru untuk menutup celah bagi pengusung khilafah untuk mendakwahkan ajaran agamanya. Walaupun rezim penguasa telah menggunakan tangan besi untuk menghadang setiap langkah para pengemban risalah Islam yang berazam untuk terus menyebarkan ide Islam ke penjuru dunia, tidak sedikitpun membuat gentar atau takut para penolong agama Allah ini, Justru tantangan ini mereka hadapi dan semakin meneguhkan kedudukan mereka ditengah-tengah umat.
Selain itu, musuh-musuh Islam ini juga mendakwahkan ide demokrasi sebagai pembanding ide khilafah dengan menggunakan corong ulama yang dengan sukarela mengadaikan marwahnya dengan harta dan kekuasaan. Ulama su’ ini mendakwahkan ke tengah-tengah umat bahwa sistem demokrasi tidak bertentangan dengan Islam dan meracuni umat dengan ide sekulerisme yang merupakan saudara kandung dari sistem demokrasi. Mencukupkan mengambil agama untuk mengatur ketika umat beribadah kepada tuhannya. Sedangkan diluar masalah ibadah mereka diarahkan untuk menerapkan sekularisme sebagai asas untuk mengatur kehidupan mereka.
Ide ini didakwahkan ke semua negeri-negeri muslim dan memaksakan ide mereka sebagai strategi penjajahan secara ideologi. Tanpa disadari, umat Islam telah menjadikan ide-ide barat sebagai tolak ukur aturan kehidupan mereka. Ide ini juga telah berhasil mengkotak-kotakkan negeri muslim sebagai nation state dengan sekat nasionalisme. Sehingga umat Islam yang hakikatnya merupakan satu tubuh, menjadi terpecah belah akibat ide demokrasi dan teman-temannya. Ditambah seluruh penguasa dari negeri-negeri muslim pun bersatu untuk memuluskan proyek demokrasi agar berjalan sesuai rencana barat.
Bukan hanya itu, masih banyak lagi upaya yang dilakukan barat yang dihembuskan ke negeri-negeri muslim seperti halnya moderasi beragama. Yang dijadikan tujuan program Legislasi Nasional Tahun 2019-2024. Isi dari ide moderasi beragama tidak lain adalah menjauhkan umat Islam dari ajaran agamanya, bahkan membuat umat Islam phobia terhadap agamanya sendiri.
Inilah tantangan terbesar yang harus dihadapi para pengemban dakwah Islam. Tantangan yang ada justru menjadi pemantik untuk senantiasa berjuang di jalan kemuliaan ini. Karena Allah Swt telah berjanji akan memenangkan agama Islam, walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya. “Mereka berkehendak memadamkan cahaya /agama Allah yakni syariat dan bukti-bukti-Nya (dengan mulut mereka) melalui perkataan-perkataan mereka dalam hal ini (dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakannya) memenangkan cahaya-Nya walaupun orang-orang kafir menyukai hal tersebut”. (QS At Taubah : 32).
Apapun upaya dilakukan barat tidak akan pernah bisa menghalangi para pengemban dakwah untuk memahamkan dan menyadarkan umat kembali mempelajari Islam, serta mengamalkan, dan turut ikut berjuang mendakwahkannya.
Khilafah dan jihad merupakan mahkota kewajiban yang tidak akan ditinggalkan oleh setiap muslim yang beriman kepada Allah Swt. Ketiadaan khilafah mengakibatkan banyak kewajiban-kewajiban umat Islam tidak dapat ditunaikan. Umat Islam tidak memiliki perisai yang akan melindungi mereka dari berbagai ancaman dan intimidasi yang dilakukan oleh negara-negara kafir.
Dengan menjadikan metode dakwah rasulullah dan para sahabat beliau sebagai landasan menegakkan kembali hukum-hukum Allah dalam bingkai khilafah. Apa yang dirasakan oleh para pengemban dakwah saat ini belum sebanding dengan perjuangan dakwah rasulullah dan para sahabatnya. Hingga kemudian berhasil menegakkan Daulah Islamiyah di Kota Madinah. Sehingga Islam menjadi opini umum dan masyarakat Madinah berbondong-bondong memeluk agama Islam.
Metode dakwah yang dilakukan oleh rasulullah dan para sahabat semestinya yang menjadi rujukan bagi pengemban agama Allah. Untuk terus berjuang hingga kekhilafahan kedua sesuai manhaj kenabian dapat terwujud dimuka bumi ini.
Semua keburukan yang mereka tuduhkan kepada Islam dan khilafah, sesungguhnya merupakan keburukan dan kebobrokan ide yang mereka emban. Fakta yang terjadi bahwa diterapkannya hukum demokrasi dan turunannya justru melahirkan kerusakan moral, keterpurukan, penjajahan, perampasan harta umat dan konflik yang berkepanjangan.
Para musuh-musuh Islam seketika amnesia untuk mengingat. Bahwa sejarah kegemilangan Islam dalam balutan penerapan Islam kaffah selama 1300 tahun lamanya terbukti mampu memberi kesejahteraan untuk seluruh umat manusia baik yang muslim maupun non muslim. Dan mereka pun bisa hidup berdampingan dengan rukun dan damai.
Will Durant, sejarawan Barat yang dengan jujur menuliskan dalam bukunya The Story of Civilization :”Para khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang untuk siapapun yang memerlukannya dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam wilayah yang luas. Fenomena seperti ini belum pernah tercatat dalam sejarah setelah zaman mereka”.
Sudah sunatullahnya, bahwa kebenaran akan selalu berhadapan dengan kebatilan dan para pengusungnya. Sebagaimana halnya mustahil mereka mampu memadamkan cahaya agama Allah. Dan satu-satunya senjata yang dapat melawan mereka adalah keistiqomahan menyebarkan risalah Islam yang akan dimenangkan Allah atas semua agama. Allah Swt, Pemilik risalah ini akan terus memunculkan para pembela Islam yang mukhlis dan istiqomah dalam menapaki jalan perjuangan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Wallahu a'lam bishshawab.
Oleh Siti Rima Sarinah
Studi Lingkar Perempuan dan Peradaban
0 Komentar