Arus Moderasi Menggema Ucapan Selamat Natal Pembawa Petaka



Perayaan Natal dan Tahun Baru di ujung mata. Semarak simbol-simbol agama Nasrani pun kian semerbak. Gegap gempita terasa di berbagai media dan pusat perbelanjaan menghiasi dengan berbagai ornamen Natal. Suasana seperti ini memang sudah tidak asing di setiap tahunnya.


Namun, justru yang aneh bagi kita umat muslim di Indonesia adanya pernyataan pejabat di negeri ini yang semakin lengket dengan kesyirikan yakni ucapan selamat hari raya agama lain hingga penghormatan yang berlebihan. Ucapan selamat hari Natal hingga pemasangan spanduk ucapan Natal bahkan ada yang sampai ikut-ikutan menjaga gereja. 


Inilah bukti bahwa arus moderasi beragama di negeri mayoritas penduduk muslim sedang digencarkan. Dikutip dari CNN Indonesia, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang dakwah, Cholil Nafis secara pribadi menegaskan bahwa umat Islam boleh mengucapkan Selamat Natal bagi umat Kristiani yang merayakannya.


"Saya sendiri berkesimpulan bahwa hukumnya boleh mengucapkan selamat Natal. Apalagi bagi yang punya saudara Nasrani atau bagi pejabat di Indonesia yang masyarakatnya plural."


Menurut Cholil ucapan selamat Natal yang diucapkan oleh umat Islam hanya sekadar memberikan penghormatan kepada Kristiani yang merayakannya. Bukan justru mengakui keyakinannya. 

(CNNIndonesia.Com, 19/12/2021).


Arus moderasi memang lagi digencarkan pemerintah, seiring dengan geliatnya kesadaran umat Islam akan pentingnya penerapan hukum Allah. Bahkan saking gencarnya moderasi mengatasnamakan toleransi hingga menerbitkan surat edaran saat perayaan Natal oleh lembaga keislaman. Sementara kebijakan sebelum Yaqut tidaklah demikian.


Seperti dikutip dari Republika.co.id, khusus Menteri Agama Bidang Toleransi, Terorisme, Radikalisme, dan Pesantren, Nuruzzaman membenarkan bahwa Kanwil Kemenag Sulawesi Selatan telah menerbitkan edaran tentang pemasangan spanduk ucapan Natal dan Tahun Baru (Nataru).


Dia juga membantah kabar bahwa Kanwil Kemenag Sulsel telah mencabut edaran tersebut. "Kanwil Kemenag Sulawesi Selatan tidak pernah mencabut surat edaran pemasangan spanduk ucapan Natal dan Tahun Baru (Republika.co.id, 19/12/2021).


Inilah sebuah bukti bahwa demokrasi sekularisme atas nama moderasi akan menghantarkan seseorang ke jalan kesyirikan. Ucapan selamat Natal dan Tahun Baru sesungguhnya mengaplikasikan apa yang ada di pikirannya. Jika pemikirannya rusak, maka besar kemungkinan kepribadiannya rusak. Bersikap dengan tuntunan paham sekuler, menerima ide yang bertentangan dengan ajaran Islam menjadi sebuah keharusan di sistem Barat. Ketidaksukaan Barat terhadap ajaran Islam yang mulia mengakibatkan masifnya paham moderasi beragama. 


Toleransi Alat Barat


Selama ini Islam senantiasa dicap sebagai agama yang tidak mengenal toleransi. Islam sering dituduh agama barbar dan pemecah belah, tidak mengenal perbedaan (plural). Padahal sesungguhnya apa yang disangkakan tidaklah demikian. 


Jika ditelisik, toleransi yang digadang-gadang Barat sesungguhnya hanya ingin agar umat Islam menerima dan meyakini akidah mereka. Akibat paham toleransi ala Barat ini yang berakibat sebagian umat Islam terjebak hingga tidak bisa membedakan mana hak dan batil. 

Melalui ucapan selamat Natal pada hakikatnya adalah membenarkan apa yang diyakini oleh orang Nasrani. Hal tersebut yang akan menggelincirkan ke dalam neraka. 


وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَٰنُ وَلَدًا ﴿٨٨﴾ لَّقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا ﴿٨٩﴾ 


Mereka berkata, "Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak." Sungguh kalian telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar_ (TQS Maryam [19]: 88-89).


لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ 


Sungguh telah kafirlah orang-orang yang berkata, "Sungguh Allah itu adalah Al-Masih putra Maryam." (TQS al-Maidah [5]: 72).


Ucapan selamat Natal kepada agama Nasrani menunjukkan ketidakpahaman, ketidakyakinan terhadap agama Islam yang telah menyatakan bahwa Isa bukanlah Tuhan tetapi seorang nabi. Menganggap Isa sebagai Tuhan dan memiliki anak dan ibu adalah perkara yang membawa petaka. Menyamakan sifat Tuhan (Yesus) sama dengan makhluk-Nya sebuah kesyirikan. Sebab, sifat manusia tidak sama dengan sifat makhluk-Nya. Jelas hal ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang mulia. Apa pun dalihnya ucapan selamat Natal tetap haram. Arus moderasi akan menyeret umat Islam semakin jauh dari akidahnya. 


Hal ini memang yang dikehendaki Barat agar umat Islam mau menerima berbagai pemahaman yang berasal dari Barat. 


Mencuatnya paham moderasi ini menjadi sebuah jalan mencekoki umat Islam untuk semakin jauh dari ajaran-Nya. Melalui tangan para penguasa muslim ide moderasi akan terus digulirkan dengan iming-iming dunia. Pelan tetapi pasti para penguasa telah menjadi antek dan budak Barat. Barat menggencarkan moderasi di seluruh dunia termasuk Indonesia tiada lain adalah untuk menjauhkan umat Islam dari ajarannya yang mulia, mengeruk sumber daya alam yang melimpah dan menghambat tegaknya khilafah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. 


Islam pada hakikatnya telah memberikan contoh terkait toleransi tanpa harus menggelincirkan akidah umat Islam. Di masa kepemimpinan Umar Bin Khattab misalnya saat di Palestina memimpin masyarakat yang terdiri dari tiga agama yakni Islam, Kristen, dan Yahudi. 

Melalui perjanjian Patriarch Sophronious, pemuka agama Kristen Ortodoks Yerusalem saat itu, untuk memberikan kunci kota kepada Khalifah Umar bin Khattab. Penyerahan kunci tersebut dilakukan tanpa paksaan, melainkan sebagai upaya diplomasi.


Sebagai balasannya, Khalifah Umar pun menawarkan perjanjian damai. Maka lahirlah deklarasi al-'Uhda al-'Umariyyah atau Jaminan Keamanan Khalifah atas Warga Aelia. Aelia merupakan nama yang diberikan kaum Kristen Ortodoks untuk wilayah Yerusalem saat itu. Kala itu, Yerusalem sebenarnya sudah dalam genggaman pasukan muslim. Umar memerintahkan mereka untuk menghormati hak-hak setiap warga sipil yang mereka jumpai di sana.


Khalifah Umar dan Patriarch Sophronious bertemu di Gereja Qiyâmah. Di sinilah perjanjian al-'Uhda al-'Umariyyah disepakati. 


Saat hendak salat Umar meminta tempat untuk salat dan pendeta menawarkan untuk salat di gereja. Namun Umar menolaknya dan melakukannya di atas tangga gereja. Setelah itu Umar memerintahkan untuk membuat masjid kecil. Ketika azan tiba tidak mengeraskan suaranya khawatir mengganggu mereka umat Kristiani yang sedang beribadah. 


Kejelian dan keadilan Umar ditunjukkan saat terjadi kunjungan ke rumah Sulaiman penuh tumpukan sampah yang dilakukan oleh kaum Nasrani Umar pun marah dan segera membersihkannya. Sebab, hal tersebut sangat menghina kaum Yahudi. 


Berkah kepemimpinannya yang tegas Umar mampu mempersatukan tiga agama tanpa harus memaksa mereka masuk Islam. Artinya mereka dibiarkan tetap memeluk agamanya masing-masing tanpa mengganggu agama lain. Prinsip lakum dinikum waliyadin ditegakkan. 

Namun, hari ini setelah Islam tidak lagi ditegakkan justru umat Islam mendapatkan pengusiran dari Israel laknatullah. 


Sungguh saat khilafah tidak lagi memimpin, toleransi antar umat beragama justru tidak lagi terlihat. Saat ini yang ada hanyalah toleransi kebablasan yang menyeret ke dalam pintu kesyirikan. 

Walhasil ucapan selamat Natal yang kini digaungkan hanyalah strategi Barat untuk menghancurkan Islam atas nama moderasi. Wallahualam.


Oleh Heni Ummu Faiz



Posting Komentar

0 Komentar