"Beribadahlah engkau kepada Tuhanmu hingga datang Al Yaqin (maut)kepadamu ".(TQS al-Hijr :99).
Al iman Yazid wa yanqush (iman itu bertambah dan berkurang)
(HR al-Baihaqi dalam Syu'ab Al Iman).
Membaca dalil Alquran dan hadis di atas, sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya memberikan kabar bahwa kondisi keimanan seorang muslim sering mengalami pasang surut.
Hampir sebagian besar muslim jarang mengalami kondisi di puncak kesungguhan dan ketaatan dalam menjalankan hukum-hukum Allah. Bahkan sebaliknya sering dalam titik nadir ketaatan. Kondisi ini diperparah dengan kondisi lingkungan yang tidak mendukung.Yakni di alam yang menerapkan sistem sekularisme. Ketaatan seperti harga mahal bagi seorang muslim. Ketaatan kepada Allah Swt dan Rasul-Nya sering tergerus oleh pemikiran rusak yang menyeret manusia ke jurang maksiat dan kubangan dosa.
Disinilah pentingnya bagi seorang muslim untuk terus menerus melakukan introspeksi diri setiap hari. Melakukan khalwat bersama Rabb-Nya guna mendapatkan cahaya penerang, sehingga dirinya mampu melihat yang hak dan batil.
"Orang-orang yang yang bermujahadah di jalan Kami pasti aku tunjuki ke jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah selalu beserta orang-orang yang berbuat kebajikan". (TQS Al -Ankabut)
Ketaatan sesungguhnya mencakup dalam berbagai hal baik yang wajib maupun yang sunah. Di mana yang wajib tidak boleh ditinggalkan begitupun yang sunah jangan diabaikan. Tak patut bagi seorang muslim meninggalkan keduanya karena akan menghantarkan ke dalam ketaatan kepada Allah Swt.
Mirisnya,saat ini banyak kaum muslim yang abai karena faktor kesibukan duniawi. Kemalasan,kejumudan berpikir mengakibatkan semakin banyak dari kita yang enjoy dalam zona nyaman enggan bersungguh-sungguh dalam ketaatan.
Kalau ditanya waktu luang sungguh banyak kelonggaran. Namun sayangnya, banyak yang tidak memanfaatkan waktu tersebut. Ketika masalah duniawi memanggil begitu sigap tetapi saat dakwah memanggil justru berleha-leha.
Sepantasnya kita menengok perjalanan Sirah Nabawiyah dan sahabat. Sepatutnya kita malu betapa mereka senantiasa taqarub kepada Allah Swt padahal sudah dijamin masuk surga.
Malu rasanya diri kita yang senantiasa berkubang dalam kubangan kemalasan.
Ummul mukminin Aisyah ra. menceritakan bagaimana Rasulullah saw tak pernah meninggalkan shalat malam seperti orang yang paling takut terhadap azab neraka.
Baginda Rasulullah saw. senantiasa menunaikan shalat malam hingga sering kedua kakinya membengkak karena begitu lama berdiri). Aku pun bertanya kepada beliau, "Mengapa engkau melakukan ini semua,duhai Rasulullah, padahal Allah benar-benar telah mengampuni dirimu,baik terkait dosa masa lalu maupun dosa yang akan datang?" Baginda Nabi saw. balik bertanya," Tidak bolehkah kalau aku ini menyukai untuk menjadi seorang hamba yang bersyukur?!" (Mutafaq alaih).
Demikianlah gambaran Rasulullah saw. yang patut kita teladani. Memang menjalankan sebuah ketaatan bukan perkara gampang karena penuh onak dan duri. Namun, jika kita mengazamkan untuk melawan kemalasan dengan terus berdoa maka Allah pasti akan memudahkan kita.
Semoga kita mampu melawan kemalasan dan terus berusaha agar diri dalam kondisi ketaatan. Karena patut diingat bahwa ajal akan menjemput kapan pun Allah mau? Taat atau maksiat menjadi pilihan bagi kita.
Wallahu a'lam bishshawab.
Oleh Heni Ummu Faiz
Ibu Pemerhati Umat
0 Komentar