Ilmu Kunci Kebangkitan Umat



Muslimah Peduli Peradaban

طَلَبُ اْلعِلْمْ فَرِثْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

"Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu muslim." Hadis ini tentu tak asing lagi bagi kita. Jelas, singkat, padat, namun sungguh kandungan hikmah di dalamnya luar biasa.

Pernah berjalan di jalan gelap tanpa bekal penerangan sedikitpun? Bagaimana rasanya? Bingung? Takut? Meraba-raba? Menebak-nebak mengikuti perasaan? Jika pernah, maka kurang lebih seperti itulah saat kita tidak mengenggam ilmu, khususnya ilmu agama. Kita tidak tahu mana tujuan dan arah yang benar, lurus atau berbelok, berlubang atau tidak, mana jurang mana yang lapang dan seterusnya. Tanpa ilmu agama sangat mungkin kita akan menerjang yang haram, sibuk dengan yang mubah, meninggalkan yang sunah atau meremehkan yang makruh.

Hari ini kondisinya kurang lebih sama. Umat muslim kesulitan membedakan halal dan haram, bingung memisahkan antara yang hak dan batil. Mengapa bisa demikian?

Pertama, karena memang umat belum memahami ilmunya. Hari ini halal haram tak lagi digunakan kecuali untuk menghukumi aktivitas ibadah ritual itupun yang sifatnya pribadi. Ketika shalat dan puasa mematuhi syarat halal haramnya, tapi tidak dalam bergaul dan bekerja. Saat menikah dan mengurus jenazah mengambil hukum Islam, tapi dalam jual beli hingga memilih pemimpin mengambil aturan dari luar Islam. Membaca dan menghafal Al-Quran berusaha mengikuti Rasulullah saw., tapi menerapkan isinya layaknya memilih menu prasmanan.

Tidak pahamnya umat tentang ilmu inipun bukan tanpa sebab. Sejak tahun 1924, atau hampir 100 tahun hukum Islam tidak diterapkan secara sempurna. Umat tak lagi punya pemimpin yang menjadi perisai atau pelindung, hingga kondisinya lemah dan semakin rapuh. Selama rentang waktu itulah kemudian masuk berbagai pemikiran asing yang merusak, mereduksi, bahkan mengganti pemikiran kaum muslimin.

Pemikiran asing itu adalah sekularisme, yang memang sengaja memisahkan agama dari kehidupan. Menganggap agama hanya akan mempersulit gerak manusia dalam meraih tujuan. Padahal kondisi tersebut muncul akibat dominasi gereja di Eropa pada abad pertengahan, dimana raja bersama pendeta mengatasnamakan wakil Tuhan mengeluarkan kebijakan zalim, hingga melahirkan revolusi Perancis. Padahal jelas, pada saat Eropa mengalami kegelapan karena dominasi gereja, justru wilayah timur berjaya dengan Islamnya. Namun begitu kuatnya pemikiran asing itu, Islam pun ikut menjadi agama tertuduh, hingga hari ini.

Kedua, sebagian umat sudah paham ilmu, namun sulit menghindari paksaan sistem sekuler yang diterapkan hari ini. Para suami yang dibebani tanggungjawab memenuhi nafkah keluarga tidak punya banyak pilihan dalam menjemput rejeki yang halal. Banyak bidang pekerjaan yang akhirnya bersentuhan dengan riba, karena memang dijadikan asas ekonomi negeri ini bahkan dunia. Layanan jasa yang mengeksploitasi aurat wanita dalam bentuk iklan, sinetron, film dan program hiburan lainnya tak pernah surut bahkan terus dikebut. Orangtua menginginkan generasi saleh tetapi kurikulum pendidikannya malah dijauhkan dari konsep syariat Islam.

Generasi muda dininabobokkan dengan angin kebebasan, kecanggihan teknologi dan orientasi hidup serba nyaman, hingga tak terbersit bahwa mereka adalah penentu masa depan. Sementara mereka yang punya kuasa sibuk berebut kursi, menumpuk pundi-pundi tak peduli rakyatnya lapar gigit jari. Semua terlenakan dengan aktivitas duniawi demi mengejar kepuasan materi, kecuali mereka yang masih punya keteguhan hati hingga tak ikut terseret arus. Merekalah orang-orang berilmu, terutama ilmu agama.

Ilmu agama yang terus diasah dan ditambah akan semakin menguatkan pemahaman. Pemahaman akan menuntun seseorang dalam menentukan sikap dan memilih jalan hidup. Ibarat cahaya, ilmu akan mengarahkan jalan mana yang benar, menunjukkan mana yang haq dan batil, membedakan mana yang halal dan haram. Penguasaan yang kuat akan ilmu dalam hal ini Islam, akan membawa ke arah kebangkitan.

Syekh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitabnya Nizamul Islam menyebutkan, bangkitnya manusia tergantung pada pemikirannya tentang hidup, alam semesta dan manusia, serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada sebelum kehidupan dunia dan yang ada sesudahnya.

Bahwa ternyata hidup tak semata hubungannya dengan Tuhan melalui ibadah ritual, tapi juga ada hubungannya dengan sesama manusia dan alam semesta. Dan hidup tidak sebatas hanya di dunia, tapi ada hubungannya dengan sebelum kehidupan dunia, dan nanti setelah kehidupan dunia. Dengan pemikiran yang menyeluruh seperti ini, orang tidak lagi berpikir sempit dan menyia-yiakan umurnya hanya untuk mengejar kesenangan dunia semata. Orang yang bangkit pemikirannya tidak akan pernah melepaskan konsep halal haram dalam setiap aktifitas yang dipilihnya, karena paham ada kehidupan setelah dunia.

Nah, semua pemahaman ini hanya bisa dicapai melalui jalan ilmu. Melalui aktifitas men-transfer pemahaman Islam dalam bentuk dakwah dengan mengikuti metode Rasulullah saw. Bagaimana dulu Rasulullah tahap demi tahap membina para sahabat terus menerus hingga Islam tersebar, semakin bertambah, membesar dan kuat hingga Allah berikan kemenangan, tegaknya syariat Islam secara keseluruhan di Madinah.

Maka, tidak berlebihan jika ilmu adalah kunci dari kebangkitan umat. Hukumnya (menuntut ilmu agama) wajib sebagaimana wajibnya shalat. Karena dengan ilmu, umat yang tadinya terseret arus akan kembali kepada Islam yang kafah. Umat yang sudah kuat pemahamannya akan terus menyeru hingga ilmu Islam benar-benar tersebar ke seluruh dunia. Hingga akhirnya akan mengantarkan pada kebangkitan hakiki, yaitu tegaknya syariat Islam di atas muka bumi. Wallahu’ala bishawab. [AR]


Muslimah Peduli Peradaban

Posting Komentar

0 Komentar