Islam, Kemuliaan dan Kemenangannya Dijamin Hingga Yaumul Akhir.



Peristiwa demi peristiwa mencekam yang dialami oleh umat Islam belakangan ini dengan jelas menggambarkan, bahwa tidak akan pernah berhenti mereka (musuh-musuh Islam) untuk memadamkan cahaya Islam. Sejak awal Islam diturunkan melalui Rasulullah Saw hingga kini mereka begitu gencar dan gigih untuk menghapusnya.

Sebagai agama samawi terakhir yang Allah turunkan ke bumi, tentunya Allah sendiri yang akan menjamin keberadaannya hingga menjelang hari kiamat nanti. Allah Ta’ala berfirman dalam Alquran:
يُرِيْدُوْنَ اَنْ يُّطْفِـُٔوْا نُوْرَ اللّٰهِ بِاَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللّٰهُ اِلَّآ اَنْ يُّتِمَّ نُوْرَهٗ وَلَوْ كَرِهَ الْكٰفِرُوْنَ
Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.
(QS. At-Taubah: 32)

Dijelaskan di dalam tafsir Ibnu Katsir, oleh Ismail bin Umar Al-Quraisy bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi. Allah subhanahu wa ta’ala, berfirman menceritakan perihal orang-orang kafir dari kalangan kaum musyrik dan kaum ahli kitab. Bahwa mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah. Yakni petunjuk dan agama yang hak yang Allah turunkan melalui Rasulullah Saw. Mereka bermaksud memadamkannya dengan bantahan dan kedustaan yang mereka buat-buat. Allah mengumpamakan perbuatan mereka itu dengan seseorang yang berkeinginan memadamkan sinar matahari atau cahaya rembulan dengan tiupan. Dengan kata lain hal ini jelas tidak mungkin dan tidak ada jalan untuk itu. Maka demikian pula apa yang disampaikan oleh Allah melalui Rasul-Nya, pasti akan sempurna dan akan menang.

Karena itulah Allah Swt. menjawab niat dan kehendak mereka itu melalui firman-Nya tersebut. Dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai (At Taubah: 32). Istilah kafir menurut pengertian Bahasa ialah orang yang menutupi sesuatu dan menyembunyikannya. Karena itu, maka malam hari dinamakan kafir, sebab ia menutupi segala sesuatu dengan kegelapannya. Seorang petani dinamakan pula kafir menurut istilah Bahasa, karena ia mengubur biji (benih) tanaman ke dalam tanah, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: “Tanaman-tanamannya mengagumkan para petani.” (QS. Al-Hadiid: 20).

Di dalam tafsir As-Sa’di oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, pakar tafsir abad 14 H. Menerangkan makna dari ayat tersebut, maka ketika terbukti bahwa tidak ada hujjah atas apa yang mereka katakan, dan tidak ada bukti atas apa yang mereka letakkan, akan tetapi hanyalah ucapan dan kedustaan yang mereka ada-adakan, maka Allah mengabarkan bahwa, “mereka berkehendak,” dengan ini “memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka. “Cahaya Allah adalah agamaNya yang dengannya Dia mengutus para Rasul dan menurunkan kitab-kitab. Allah menamakannya cahaya karena karena ia dijadikan sebagai cahaya penerang dalam kegelapan kebodohan dan agama-agama yang batil. Ia adalah ilmu dana mal dengan kebenaran, sedangkan selainnya adalah kebalikan.

Orang-orang Yahudi, Nasrani, dan orang-orang musyrikin lain yang menyerupai mereka ingin memadamkan cahaya Allah hanya dengan ucapan mereka yang sama sekali tidak berdalil. “Dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya”, karena itu adalah cahaya yang terang kuat, yang tidak mungkin bagi seluruh mahluk untuk memadamkannya meski mereka bersatu, sementara yang menurunkannya adalah pemegang ubun-ubun segenap hamba. Dan Dia menjamin menjaganya dari siapapun yang ingin berbuat jahat kepadanya. Oleh karena itu, Dia berfirman, “Dan Allah tidak menghendaki selain meyempurnakan cahayaNya walaupun orang-orang kafir tidak menyukai.” Dan berusaha dengan keras dalam menolak dan membatalkannya, sesungguhnya usaha mereka tidak akan memudaratkan kebenaran sedikit pun.   

Segala macam upaya dan ikhtiar yang dilakukan musuh-musuh Islam, baik dengan jalan yang halus maupun jalan yang kasar, berupa kekerasan, penganiayaan, peperangan dan lain sebagainya, untuk menghancurkan agama Allah, yang diumpamakan nur atau cahaya yang menyinari alam semesta ini. Tetapi Allah Azza wa Jalla tentu tidak akan membiarkan hal tersebut, semua usaha mereka tidak  berhasil. Justru cahaya Islam hari demi hari semakin meluas sampai ke pelosok-pelosok, sehingga dunia mengakui kemurniannya, sekalipun belum semua umat manusia memeluknya.

Sebagaimana dalam sabda Nabi Muhammad Saw, “Islam itu tinggi dan tidak ada (agama) yang melebihi ketinggiannya.” (HR. Bukhari & Muslim). Islam sebagai agama terakhir yang Allah turunkan, datang sebagai penyempurna dari agama-agama sebelumnya. Islam adalah agama terbaik dan sempurna, sesuai logika, pemikiran, dan sesuai fitrah. Agama yang membawa kebenaran dan keberkahan baik di dunia maupun akhirat bagi siapapun pemeluknya.

Ketika Islam sudah diturunkan dan menjadi satu-satunya agama yang diridhoi Allah, akankah kita akan berpaling kepada yang lain? Seperti yang dinyatakan oleh Umar bin Khattab, “Kita adalah kaum yang Allah muliakan dengan Islam. Tatkala kita mencari kemuliaan dengan selainnya, Allah akan hinakan kita.” Oleh karenanya janganlah merasa rendah dan merendah kepada kaum lain selain kaum muslim itu sendiri. Allah Ta’ala berfirman: “Janganlah kalian merasa lemah lagi bersedih hati, padahal kalianlah yang lebih tinggi kedudukannya jika kalian beriman.” (QS. Ali ‘Imran: 139). Wallahu a’lam bish-shawab.


Oleh Anjar Rositawati

Posting Komentar

0 Komentar