Jorjoran Jualan Repackage Ide Basi di Lapak Moderasi

 



Moderasi naik daun di negara pimpinan Pak Jokowi. Bak obat dewa, apapun penyakitnya moderasilah penangkalnya. Dari permasalahan kerukunan umat,  infrastruktur mangkrak, BUMN tak bisa nanjak, sampai utang bengkak tinggal teriak radikal! radikul!  Lalu, lapak moderasi pun digelar.


Jualan moderasi dimodali pemerintah dengan dana tinggi. Bayangkan naik 8 kali lipat dari anggaran yang sebelumnya ditentukan. Dari Rp 400 milyar naik drastis jadi Rp 3.2 trilyun. Dana ini diambil dari APBN karena pemerintah telah memasukannya ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.


Dengan dana yang banyak ini pemerintah pusat hingga pemerintah daerah mulai melaksanakan kegiatan marketingnya. Salah satu bentuknya adalah Kementerian Agama terus berupaya meningkatkan literasi masyarakat melalui penerbitan dan distribusi buku keagamaan ke masjid dan musala. Hal ini disampaikan oleh Kasubdit Kepustakaan Islam, Abdullah Al Kholis disela acara Peningkatan Ukhuwah Islamiyah Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Dalam Bingkai Moderasi Beragama, Bogor, Jumat (10/12). (www.republika.co.id). 


Tidak hanya itu, pemerintah pusat melalui Kantor Staf Presiden (KSP) pun merasa perlu turun tangan dalam menjajakan moderasi beragama. KSP akan mengawal komitmen pemerintah termasuk pemerintah daerah untuk terus menghidupkan moderasi beragama bagi masyarakat. Salah satunya dengan menghidupkan toleransi antarumat beragama. (www.suara.com)


Penguatan-penguatan forum dialog antarumat beragama, juga dirasa menjadi cara ampuh dalam menghidupkan moderasi beragama bagi masyarakat. Seperti yang dilakukan oleh pemerintah kota Kediri dengan menggandeng komunitas dan paguyuban antarumat beragama.


Bahkan, Walikota Makasar mengaku telah mengerahkan seluruh perangkat di lapisan bawah, mulai dari Camat, Lurah, RT dan RW untuk menjadi influencer dalam membangun komunikasi kepada kelompok-kelompok berbeda. 


Terlihat pemerintah jorjoran jualan moderasi beragama kepada umat. Lalu, apa hakikat moderasi beragama itu sendiri?. Prof.Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi mengatakan, “Disadari atau tidak, sebenarnya moderasi Islam adalah wajah lain dari liberalisasi Islam agar kaum muslimin tidak terikat syariat Islam secara kafah sehingga cara berpikirnya lebih sesuai dengan pandangan Barat kolonial, ketimbang pandangan Islam.”  (t.Me/MuslimahNews) 

Upaya liberalisasi Islam sudah ada sejak dulu. Dulu idenya dikemas dengan tajuk Islam Liberal. Sekarang, ide basi itu di-repackage dengan kemasan baru bernama moderasi beragama. Ide Islam liberal ada sejak awal tahun 1970-an, bersamaan dengan munculnya Orde Baru yang memberikan tantangan tersendiri bagi umat Islam, beberapa cendekiawan muslim mencoba memberikan respon terhadap situasi yang dinilai tidak memberi kebebasan berpikir. (www.balitbangdiklat.kemenag.go.id) 


Kelompok inilah yang kemudian memunculkan ide-ide tentang "Pembaharuan Pemikiran Islam". Kelompok ini mencoba menafsirkan Islam tidak hanya secara tekstual tetapi justru lebih ke penafsiran kontekstual. Mereka dapat digolongkan sebagai Islam Liberal dalam arti menolak taklid, menganjurkan ijtihad, serta menolak otoritas bahwa hanya individu atau kelompok tertentu yang berhak menafsirkan ajaran Islam. 


Hanya saja ide ini kurang laku di pasaran. Seiring lahirnya fatwa MUI tentang haramnya sepilis (sekularisme, pluralisme dan liberalisme) pada tahun 2005. Ulil Abshar Abdala, sang  koordinator pun pergi ke Amerika Serikat. Setelah itu dinamika pemikiran dan gerakan Islam kontemporer kembali adem ayem.


Ide-ide yang diusung Islam Liberal saat ini ditemukan kembali dalam kemasan moderasi beragama. Hakikatnya sama, membuat kaum muslim meninggalkan Islam kafah dan beralih ke Islam setengah-setengah (baca: sekuler). 


Lihat saja apa yang didefinisikan oleh Angel Rabasa, Peneliti Senior RAND Corporation lembaga think tank Amerika Serikat (AS). Ia menyatakan, “Moderat artinya orang yang mau menerima pluralisme, feminisme, kesetaraan gender, demokrasi, kemudian humanisme dan lain sebagainya.” (t.Me/MuslimahNews)


Tentu ini berbahaya. Karena akan memalingkan umat dari Islam kafah. Islam hanya akan diperlakukan sebagai agama ruhiyah (spiritual) sebagaimana agama lainnya. Islam akan kehilangan jati dirinya sebagai mabda (ideologi) yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Termasuk, politik bernegara, mengelola kekayaan negara, dan tata cara berhubungan dengan dunia internasional.

Ide Islam moderat ini telah mengaburkan identitas hakiki individu muslim, jelas-jelas mengacaukan pikiran, memandulkan perasaan, serta merobohkan tatanan kehidupan masyarakat. Juga terbukti mengaborsi cikal bakal persatuan hakiki umat. Lebih jauh lagi, Islam moderat telah digunakan untuk menghadang upaya penegakan syariat dan khilafah. Hal ini sama saja dengan menghalangi kebangkitan Islam di muka bumi ini.

Kalau khilafah bisa diaborsi sebelum kelahirannya, maka pihak yang bersorak adalah kaum imperialis. Mereka akan mudah melancarkan aksi penjajahannya. Karena tidak akan ada perlawanan dan perlindungan bagi pihak korban. Oleh karena itu jelas, siapa pihak yang diuntungkan jika pemerintah jorjoran jualan repackage ide basi di lapak moderasi ini. Bukan kita wahai kaum muslim. Sadarlah, sebelum semua terlambat.

Oleh Rini Sarah

Posting Komentar

0 Komentar