Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memendam kekhawatiran akan masa depan. Ketika digital teknologi melaju kencang banyak manusia yang akan terancam kesepian.
"Nanti akan muncul dunia virtual, everything so fast, dan ada dunia realitas. Saya khawatir 2045 banyak orang kesepian karena enggak bisa masuk ke dunia dimensi virtual dan left di dunia reality dan dia gak bisa enggage," jelasnya. (www.cnbcindonesia.com, 12 Desember 2021)
Kekhawatiran Bu Menkeu ternyata bukan sesuatu yang berlebihan. Karena memang fakta kesepian juga mencengangkan. Apalagi selama pandemi berlangsung. Sebuah survei yang dilakukan Into The Light dan Change.org terkait kesehatan mental masyarakat Indonesia pada periode Mei hingga Juni lalu menunjukkan hampir semua partisipannya yang terdiri dari 5.211 orang dari enam provinsi di Pulau Jawa merasa kesepian.
Hasil survei itu menunjukkan bahwa 98 persen partisipan merasa kesepian dalam satu bulan terakhir. Dua dari lima partisipan bahkan merasa lebih baik mati dan melukai diri sendiri dalam dua minggu terakhir selama periode survei dilakukan. (www.cnnindonesia.com)
Bahaya juga ya. Dari merasa kesepian berujung pada keinginan bunuh diri. Bahkan negara Jepang sampai menunjuk Menteri Kesepian pertamanya setelah angka bunuh diri di negara itu meningkat untuk pertama kalinya selama 11 tahun selama pandemi Covid-19. Tetsushi Sakamoto menduduki jabatan baru tersebut yang mulai dibentuk pada 12 Februari.
Menteri Kesepian tidak hanya ada di negara Jepang, Inggris pun memilikinya. Mentri Kesepian Inggis saat ini dijabat oleh Baroness Barran. Kasus kesepian di negara Ratu Elizabeth II juga cukup mengkhawatirkan. Di awal November, terdapat 4,2 juta orang dewasa selalu atau sering kali kesepian, yang merupakan puncak tingkat kesepian akut sejak “lonckdown” pada Maret lalu. Menurut Kantor Statistik Nasional (ONS), sebelum pandemi jumlahnya ada hingga 2,6 juta.
Data ONS, yang didasarkan pada survei terhadap lebih dari 4.000 orang, menyatakan usia 16 hingga 29 tahun dua kali lebih mungkin merasa kesepian dalam pandemi dibandingkan mereka yang berusia di atas 70 tahun. (www.okezone.com)
Angka-angka ini mungkin akan semakin meningkat jika kemajuan teknologi informasi semakin tinggi. Manusia akan semakin terikat lehernya di depan layar tanpa mau berinteraksi secara real di dunia nyata dengan manusia yang nyata pula. Orang-orang yang gagap dengan teknologi tentu saja akan tersisih, terasing, dan merasa sepi. Lalu dirasa hidupnya makin tak berarti, bunuh diri jadi pilihan hati.
Ternyata, di balik gemerlap dan hirup pikuk peradaban kapitalis yang serba sibuk ini menyisakan permasalahan sosial. Kemajuan ekonomi, infrastruktur, dan teknologi laksana topeng menutupi bopeng-bopeng problematika sosial. Di balik hingar bingar peradaban, ada relung-relung hati yang sepi, gelisah, dan terjangkit penyakit mental yang parah.
Kapitalisme merupakan ideologi yang lahir dari jeniusnya otak manusia. Hanya saja manusia bersifat terbatas. Ia tidak mengetahui hakikat dirinya. Dalam ideologi ini manusia hanya dianggap mempunyai kebutuhan yang bersifat materi. Kebutuhan terkait moral dan spiritual tidak diakui oleh mabda ini.
Tentu saja hal di atas bertentangan dengan realita manusia. Manusia diciptakan Allah swt memiliki kebutuhan jasmani dan naluri. Dalam naluri manusia ada naluri berkasih sayang, menjaga eksistensi diri, serta spiritual. Semuanya melahirkan kebutuhan. Dan semuanya memerlukan pemenuhan.
Dalam hidup bermasyarakat, peradaban kapitalisme tidak pernah memperhatikan apa yang seharusnya menjadi pijakan oleh masyarakat, seperti ketinggian moral, dengan menjadikan sifat-sifat terpuji sebagai dasar interaksinya. Mereka pun tidak memperhatikan hal yang seharusnya mendominasi masyarakat seperti ketinggian spiritual, dengan menjadikan kesadaran hubungan manusia dengan Allah swt sebagai pengendali interaksi-interaksi mereka dalam rangka meraih rida Allah Swt.
Perhatian kapitalisme hanya berputar pada materi yang bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan material belaka. Hingga seluruh pemikiran, perasaan, dan aturan hidup dalam berinteraksi antar sesama manusia diarahkan hanya untuk merealisasikan kepuasan berupa materi.
Jika kemajuan teknologi akan mendatangkan keuntungan tentu akan mereka eksekusi tanpa mempertimbangkan akan dampak sosialnya. Apalagi ideologi ini merupakan ideologi individualistis. Ketidakpedulian akan semakin menjadi. Dampaknya, sarana fisik berkembang dengan pesat, tapi persoalan-persoalan sosial tak kalah melesat.
Lain cerita jika Islam yang mengatur kehidupan. Dalam khazanah ilmu Islam diakui ada 4 nilai yang harus direalisasikan ketika melakukan perbuatan. Nilai spiritual, materi, akhlak, dan kemanusian. Dalam pelaksanaanya, masing-masing perbuatan sudah diberikan panduan nilai yang harus direalisasikan.
Misalkan sholat dilakukan untuk merealisasikan nilai ruhiyah. Bekerja dilakukan untuk merealisasikan nilai materi. Sementara menolong orang ditujukan untuk merealisasikan nilai kemanusian. Lalu, sayang terhadap binatang akan merealisasikan nilai akhlak.
Selain itu, dalam khazanah pemikiran Islam dikemukakan konsep penyatuan antara perbuatan dan kesadaran akan hubungan manusia dengan Allah swt. Manusia harus sadar bahwa dia merupakan ciptaan-Nya. Hingga menjadi suatu kewajaran kalau manusia harus menjadi hamba-Nya. Yaitu, senantiasa tunduk dan patuh kepada titah-Nya demi meraih rida Allah swt. Walhasil, manusia akan senantiasa menyelaraskan seluruh perbuatan dengan syariat Allah swt.
Allah Swt menurunkan seperangkat aturan yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, hingga teknologi. Islam mewajibkan agar kita senantiasa peduli kepada sesama apalagi kepada keluarga dan orang tua. Seperti tertulis pada Hadits Bukhari Nomor 2262
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Artinya: “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzhaliminya dan tidak membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari qiyamat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya pada hari qiyamat.”
Bahkan kita tidak boleh mendiamkan saudara muslim kita lebih dari 3 hari seperti tertera dalam Hadits Bukhari Nomor 5605 أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ
Artinya : “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian saling membenci, saling mendengki, saling membelakangi, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara, dan tidak halal seorang muslim mendiamkan saudaranya melebihi tiga hari.”
Untuk teknologi sendiri, Islam tidak anti. Islam memandang teknologi merupakan sarana untuk memudahkan kehidupan dalam rangka beribadah kepada Allah. Dan motivasi untuk riset menemukan teknologi yang lebih canggih dalam Islam adalah hukum syara. Misal, ilmu astronomis dikembangkan karena adanya perintah Allah tentang shalat. Penemuan teknologi alat perang juga motivasinya adalah pelaksaanan perintah jihad. Pun dengan penemuan saluran drainase tertutup juga motivasinya adalah hukum syara mengenai thaharah (bersuci).
Jika nanti ditemukan teknologi mengenai informasi dan komunikasi yang lebih canggih, Islam akan tetap memosisikannya sebagai sarana untuk menambah ketaatan dan mempermudah dilaksanakannya hukum Allah. Bukan sarana untuk memalingkan kita dari kehidupan nyata, lalu tenggelam dalam hiburan dunia virtual. Hingga lalai dari memedulikan sesama, lalai dari Alquran, lalai dari Islam. Teknisnya, algoritma dan mesin cerdas dalam teknologi informasi akan dibuat sedemikian rupa agar tetap menjaga manusia untuk tidak tenggelam dalam dunia maya. Apalagi hanya sekedar untuk hiburan.
Karena Allah swt telah memerintahkan agar meninggalkan permainan dan perdagangan jika itu melalaikan dalam mengingat Allah swt dan Rasul saw. Perintah ini ada dalam Surat Al-Jumu’ah Ayat 11
وَإِذَا رَأَوْا۟ تِجَٰرَةً أَوْ لَهْوًا ٱنفَضُّوٓا۟ إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَآئِمًا ۚ قُلْ مَا عِندَ ٱللَّهِ خَيْرٌ مِّنَ ٱللَّهْوِ وَمِنَ ٱلتِّجَٰرَةِ ۚ وَٱللَّهُ خَيْرُ ٱلرَّٰزِقِينَ Arab-
“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki.” Dan saat ini permainan dan perdagangan itu sudah dibawa ke dunia maya. Maka waspadalah. Disinilah peran negara diperlukan untuk mengatur agar dunia maya tidak menjadi sarana memalingkan manusia dari fitrah dan misinya ketika berada di dunia.
Wallahualam.
Oleh Rini Sarah
0 Komentar