Kurang lebih dua tahun kita hidup dalam ancaman virus Covid-19. Selama itu pula, kita dihadapkan dengan perubahan-perubahan dalam hidup. Kebiasaan yang kita lakukan, tak lagi sama selama pandemi. Perlu adaptasi untuk menjalani serta perlu ilmu yang cukup untuk tetap selalu mensyukuri dan muhasabah diri.
Namun begitu, pandemi belum ada tanda-tanda akan berakhir. Berbagai varian mutasi virus terus ditemukan oleh para ahli. Tak ayal, kekhawatiran akan adanya gelombang ketiga serangan virus inipun mempengaruhi rencana libur natal dan tahun baru (Nataru) 2021.
Omicron adalah nama varian baru virus Corona B.1.1.529 yang berasal dari Afrika Selatan. Badan organisasi kesehatan dunia menetapkan varian baru ini sebagai varian yang menghawatirkan. "Berdasarkan bukti yang disajikan yang menunjukkan perubahan yang merugikan dalam epidemiologi COVID-19. WHO telah menetapkan B.1.1.529 sebagai _Variant of Concern (VOC)_, bernama Omicron". Tutur WHO dalam sebuah pernyataan (news.detik.com, 27 November 2021).
Maka dari itu, para pemimpin dunia melakukan berbagai upaya pencegahan datangnya gelombang ketiga. Penerbangan antar negara mulai diperketat lagi serta berbagai aturan dibuat untuk warganya.
Demikian juga dengan Bekasi, Jawa Barat. Pemerintah kota Bekasi baru saja menerbitkan aturan terkait Nataru hingga adanya larangan mudik bagi warganya. Hal ini disampaikan oleh Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi bahwa masyarakat perantau yang berada di wilayah Bekasi dilarang untuk melakukan perjalanan mudik (tribunjakarta.com, 26 November 2021).
Berbagai upaya telah dilakukan dalam memberantas makhluk Tuhan bernama virus Corona ini. Upaya vaksinasi yang sedang berjalan hingga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat(PPKM) berlevel nyatanya belum mampu melindungi warga dari ancaman virus.
Akan tetapi, kegagalan dalam membasmi virus Corona inipun tidak lantas membuat pemerintah mengevaluasi kebijakan-kebijakan sebelumnya. Kebijakan yang dinilai lamban sedari awal datangnya virus sampai pada kebijakan timpang masih terus saja diterapkan yang entah sampai kapan.
Seperti himbauan walikota Bekasi yang mempersilakan warganya jalan-jalan pada saat libur Nataru, namun sekaligus melarang untuk melakukan mobilitas keluar daerah ( Kompas.com, 22 November 2021).
Hal ini tampak menjadi kebijakan yang kontras dan tidak jelas. Jalan-jalan saat liburan sekalipun tidak keluar daerah, sama saja melakukan mobilitas dan berpotensi dalam penyebaran virus. Hal itu selaras dengan tetap dibukanya tempat hiburan pun pusat-pusat perbelanjaan. Dengan dalih roda perekonomian agar terus berputar, mobilitas warga dan yang memungkinkan terjadinya kerumunan masih saja dihalalkan.
Sungguh, kebijakan yang membuat bingung masyarakat ini kerap kali terjadi dalam sistem kehidupan saat ini. Kebijakan yang terkesan main-main, membuat masyarakat terkesan acuh tak acuh terhadap peraturan yang dibuat pemimpin negeri ini. Padahal, virus ini nyata adanya, bahkan ribuan orang meninggal akibat terinfeksi virus Covid- 19.
Ancaman gelombang ketiga tak lantas membuat pemerintah dan masyarakat bersikap disiplin dalam bidang masing-masing. Inilah horornya hidup dalam sistem sekularisme kapitalis. Semua tak jelas, rancu dan terlihat abu-abu. Tak ada pegangan yang kokoh untuk menyelamatkan hidup.
Berbeda dengan sistem Islam. Kisah Umar bin Khattab yang sudah termasyhur dalam penanganan pandemi dengan mengkarantina wilayah terinfeksi adalah langkah yang mujarab dalam menghadapi pandemi. Sistem Islam sangat mendukung penuh akan kedisiplinan pemimpin maupun warga negara. Hal ini dikarenakan, Islam mengatur tentang bagaimana seorang pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Sebagaimana hadis nabi Muhammad Saw :
عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِىِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَنَّهُ قَالَ « أَلاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالأَمِيرُ الَّذِى عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِىَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ »(رَوَاهُ مُسْلِمٌ)
Artinya: Dari Ibnu Umar RA dari Nabi SAW sesunggguhnya bersabda: sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin atas anggota keluarganya dan akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri adalah pemimpin atas rumah tangga dan anak-anaknya dan akan ditanya perihal tanggungjawabnya. Seorang pembantu rumah tangga adalah bertugas memelihara barang milik majikannya dan akan ditanya atas pertanggung jawabannya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya atas pertanggungjawabannya (HR. Muslim).
Peraturan yang jelas seperti yang Islam ajarkan sangat kita butuhkan dalam hidup terlebih lagi saat ini. Menjadi perkara urgen untuk bersegera menerapkan Islam secara kaffah, sebab telah nyata, sistem hidup selain Islam hanya membuat kacau kehidupan di segala aspek. Wallahu'alam.
Oleh: Hessy Elviyah, S.S
0 Komentar