Sejumlah kalimat kontroversial keluar dari lisan seorang Dudung Abdurahman sejak diangkat menjadi KSAD. Pernyataannya bahwa KKB harus dirangkul, berdoa dengan bahasa Indonesia karena Tuhan bukan orang Arab, sampai saran agar umat Islam tidak terlalu dalam mendalami agamanya pada akhirnya membuka kembali luka di hati umat Islam. Pasalnya ungkapan ini dianggap sebagai salah satu bentuk penistaan pada agama. Dan agama yang dinista adalah agama Islam.
Ketika disebutkan bahwa Tuhan bukan orang Arab, secara tidak langsung ada upaya menyamakan Tuhan dengan manusia. Padahal Tuhan tidaklah sama dengan makhluk yang diciptakan-Nya. Kata Arab juga secara jelas menunjukkan bahwa agama yang dimaksud adalah agama Islam. Sebab hanya Islamlah yang menggunakan bahasa Arab. Sungguh ini adalah bentuk penistaan terhadap Allah swt. Demikian juga dengan saran agar tidak terlalu dalam mendalami agama. Saran ini mengandung konotasi bahwa jika terlalu mendalam akan membahayakan. Tentu ini sesuatu yang secara tidak langsung menuduh Islam sebagai agama yang berbahaya.
Peristiwa ini adalah sebentuk contoh dari sekian banyak kejadian yang terkesan dilandasi oleh rasa kebencian terhadap Islam, ajarannya dan juga tempat datangnya, Arab. Akibatnya kekecewaan umat pada tokoh-tokoh yang dianggap representatif penguasa terus menumpuk. Ditambah lagi kebijakan-kebijakan yang dihasilkan jelas tidak menunjukkan keberpihakannya pada umat Islam.
Ide moderasi beragama yang diaruskan kemenag, adalah salah satu contoh kebijakan dan program pemerintah yang juga menyakiti hati umat. Sebab moderasi yang diinginkan mengandung makna bahwa kaum muslimin harus menampakkan wajah yang penuh toleran terhadap semua nilai yang berasal dari peradaban Barat tanpa kecuali, bahkan termasuk jika hal itu bertentangan dengan aqidah dan keyakinannya.
Salah satu nilai yang harus diterima umat adalah pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan. Gaya hidup bebas yang semakin liar memasuki setiap relung jiwa kaum muda, termasuk merambah pada para intelektual di kampus, akibat kebijakan yang berpihak pada perzinahan adalah salah satu bukti akan hal ini.
Kasus Novi Widyasari, mahasiswa Unibraw, yang jasadnya ditemukan di atas pusara ayahnya, semestinya cukup untuk membuat kaum muslimin sadar akan tentang kondisi ini. Novi bunuh diri setelah dihamili dan diminta menggugurkan kandungan oleh pacarnya sendiri, seorang polisi yang merupakan anak salah seorang pejabat. Miris.
Kebencian akan Islam ini juga sangat nampak pada pelarangan aksi damai 212 yang lalu. Berbagai tekanan dirasakan oleh kaum muslimin yang hendak menyelenggarakan acara ini. Tak hanya panitia yang mendapat tekanan sangat kuat, kaum muslimin yang berangkat dan ingin ikut serta pun dipaksa bubar tanpa alasan yang jelas.
Sementara demo-demo lain yang sebelumnya dilakukan, seperti demo buruh yang menuntut dibatalkannya UU Cipta Kerja 30 Nopember lalu, tak pernah mendapatkan perlakuan seperti itu. Fakta ini juga secara riil menunjukkan pada umat bahwa kebencian pada Islam itu nyata. Bukan sekadar pada pemeluknya, tapi lebih ditujukan kepada dinnya. Bukan saja pada penganutnya tapi pada Islam itu sendiri.
Tak hanya di Indonesia, di dunia pun kebencian pada Islam meluas. Pakar Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Ahmed Shaheed, mengatakan kebencian terhadap muslim meningkat menjadi epidemi. Menurut laporan, mengutip survei Eropa pada tahun 2018 dan 2019, dia menunjukkan bahwa hampir empat dari 10 orang memiliki pandangan yang tidak baik tentang muslim. Di sisi lain pada tahun 2017, 30 persen orang Amerika memandang muslim secara negatif. (https://bekasi.pikiran-rakyat.com/internasional/pr-121552587/kebencian-terhadap-muslim-meluas-pbb-desak-negara-negara-untuk-bertindak-atasi-islamofobia)
Walhasil, sistem sekuler kapitalis yang mengadopsi kebebasan berpendapat inilah yang memfasilitasi munculnya beragam bentuk penistaan dan pelecehan terhadap Islam. Sedangkan isu terorisme dan radikalisme yang selalu disematkan pada Islam, bisa dikatakan telah menjadi katalisator terbentuknya kebencian pada Islam itu sendiri.
Inilah gambaran kebenaran dalil Al Qur’an. Allah berfirman:
يُرِيدُونَ أَن يُطْفِـُٔوا۟ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفْوَٰهِهِمْ وَيَأْبَى ٱللَّهُ إِلَّآ أَن يُتِمَّ نُورَهُۥ وَلَوْ كَرِهَ ٱلْكَٰفِرُونَ
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.” (QS. At Taubah: 32)
Bahkan Allah mengungkap dalam ayat yang lain bahwa kebencian dalam hati mereka jauh lebih besar lagi. Firman Allah swt:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ بِطَانَةً مِّن دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا۟ مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ ٱلْبَغْضَآءُ مِنْ أَفْوَٰهِهِمْ وَمَا تُخْفِى صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ ٱلْءَايَٰتِ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْقِلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS. Ali Imran: 118)
Karenanya umat Islam wajib untuk meneguhkan aqidahnya, memperkuat keimanannya dan mewujudkan militansi yang kokoh dalam jiwanya, agar tetap mampu bertahan di tengah gempuran pemikiran yang kian dahsyat ini. Dan tak cukup itu dilakukan oleh individu-individu muslim saja, mereka harus bersatu memperjuangkan kembali khilafah Islamiyah. Dengannya, syariat Islam ini akan diterapkan secara kaffah, Islam tak lagi dilecehkan dan dihina dan musuh-musuh Allah swt akan kembali menjadi gentar. Wallahu a’lam
Kamilia Mustadjab
0 Komentar