Menyikapi Kasus Novia dalam Sudut Pandang Islam



Tagar Save Novia Widyasari (#savenoviawidyasari) bergema di Twitter, Sabtu (4/12/2021) pagi. Pantauan Tekno Liputan6.com di Twitter, tagar ini kemungkinan besar berkaitan dengan kasus mahasiswi asal Mojokerto, Novia Widyasari Rahayu (23), yang diduga meninggal bunuh diri.


Dilansir dari beberapa media, Novia bunuh diri diduga karena depresi. Hamil di luar nikah dan banyaknya masalah yang menimpanya setelah itu.


Sebuah pertanyaan besar  adalah mengapa kasus ini menjadi viral? Padahal banyak kasus yang sama terjadi tapi tidak mencuat ke permukaan.


Beragam respon yang datang dari netizen, menuntut keadilan hingga menyesalkan perbuatan Novia. Apakah tepat Tagar save Novia didengungkan. Atau yang tepat adalah tagar save generasi? Karena kasus ini sudah menjadi kasus umum terjadi.


Di luar sana masih banyak Novia lain yang tidak jelas duduk perkaranya. Bahkan beritanya hilang begitu saja tanpa ada solusi yang tepat dari setiap pihak yang terkait. Baik solusi untuk korban,  pelaku, pihak yang berhak termasuk pihak lain yang akan merespon kasus seperti ini.  


Bagaimana seharusnya masyarakat merespon kasus ini?


Sebagai muslim respon yang tepat adalah dengan standar Islam. Tidak mudah menjustifikasi dan tidak pula langsung mendukung tanpa menelaah kasus yang terjadi.  Mindset yang berkembang dalam masyarakat saat ini adalah menghukumi kasus dengan menjustifikasi penyebab terjadinya pelecehan seksual sepenuhnya datang dari kejahatan pelaku, bukan karena unsur lain di balik itu. Seperti karena tidak menjalankan aturan Allah dalam hal ini menutup aurat. 


Anehnya di negeri ini yang ribut menyikapi kasus biasanya adalah netizen. Sebagaimana disebutkan dalam laporan riset dari Microsoft 2020 Digital Civility Index atau DCI, survey untuk mengukur tingkat kesopanan pengguna internet, netizen Indonesia menempati rangking bawah dan bahkan netizen Indonesia paling tidak sopan se-Asia Tenggara.


Setiap orang merespon fakta berbeda-beda. Bedanya terletak pada pola pikir dan mindset seseorang. Berpikir itu terjadi saat menggunakan akal. Yang akan mengaitkan 4 komponen. Otak, maklumat sebelumnya, fakta dan alat Indra. Ketika seseorang mempunyai maklumat yang di miliki berbeda, maka menyikapi sesuatu pun akan berbeda. 


Sudut pandang permasalahan harus diindra dari akar sehingga tidak mudah menghukumi hal di permukaan saja. Sementara maklumat bagi seorang muslim bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah. Sehingga merespon dan menghukumi kasus ini dengan mindset yang benar.


Kasus Novia adalah salah satu bukti bahwa standar hukum yang berlaku ternyata jauh dari   sistem yang benar. Sehingga kasus ini tidak tuntas hingga akar. Begitupun terhadap respon yang bermunculan tidak mencerminkan manusia yang beradab.


Oleh karena itu, umat sebaiknya cerdas dalam berbuat dan berucap/ berkomentar. Salah satunya dengan belajar Islam atau menuntut ilmu. Dengan Islam seseorang akan berbuat dan merespon sesuai dengan apa yang digariskan Allah dan tuntunan Rasulullah. Apabila berselisih maka kembalikan kepada Allah dan Rasul-nya.


Allah Ta'ala berfirman,

"Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, serta ulil amri diantara kalian. Jika kalian berselisih dalam suatu hal, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir.Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (QS. An Nisa: 59).


Selain itu melatih diri untuk cermat menghukumi fakta. Menyelami kasus tanpa langsung mudah menjustifikasi. Empati dan bijak harus seimbang sehingga tidak mudah terpancing emosi dan saling menjatuhkan. Semoga dengan itu negeri ini semakin beradab karena Islam sebagai jalan hidupnya. 


Wallahualam.


Oleh Ummu Zayta

Posting Komentar

0 Komentar