Menyikapi Para Pembenci Islam



Pernyataan KSAD Jendral Dudung Abdurrahman menuai kontroversi. Pasalnya pernyataan agar tidak terlalu dalam mendalami agama terkesan memojokkan Islam sebagai agama yang sempurna. Seolah jika Islam didalami, jiwa radikallah yang didapat. Seolah Islam memang satu-satunya agama yang menumbuhsuburkan terorisme. Tentu ini adalah tuduhan yang keji. Bagaimana mungkin Islam sebagai agama yang sempurna dan turun langsung dari Allah swt bisa dianggap sesuatu yang berbahaya jika didalami? 

Islam Pasti Menang

Allah swt telah menggambarkan sikap para pembenci Islam dalam Al Qur’an. Fiman Allah swt:

يُرِيدُونَ لِيُطْفِـُٔوا۟ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفْوَٰهِهِمْ وَٱللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِۦ وَلَوْ كَرِهَ ٱلْكَٰفِرُونَ .هُوَ ٱلَّذِىٓ أَرْسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلْهُدَىٰ وَدِينِ ٱلْحَقِّ لِيُظْهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ وَلَوْ كَرِهَ ٱلْمُشْرِكُونَ

“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya. Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci.” (QS. As Shaf: 8 - 9)

Ayat ini menggambarkan upaya keras dari para pembenci Islam untuk membuat makar agar kaum muslimin berpaling dari Islam. Mereka menempuh berbagai upaya untuk melemahkan, menghadang, dan melenyapkan Islam. Upaya yang ditempuh pun beraneka ragam, mulai dari cara halus hingga cara yang kasar. Dan sebagaimana diberitakan ayat ini, di antara upaya mereka adalah melalui berbagai perkataan batil yang keluar dari mulut mereka.

Kebencian itu sangat nyata dari mulut-mulut mereka. Bahkan yang disembunyikan dalam hati lebih besar lagi. Allah menggambarkan kondisi ini dengan sangat gamblang. Firman Allah swt:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ بِطَانَةً مِّن دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا۟ مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ ٱلْبَغْضَآءُ مِنْ أَفْوَٰهِهِمْ وَمَا تُخْفِى صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ ٱلْءَايَٰتِ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْقِلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS. Ali Imran: 118)

Namun perlu diingat, berbagai makar dan upaya yang dibuat oleh para pembenci Islam itu, menurut ayat ini sudah dipastikan tidak akan membuahkan hasil. Sebab Allah swt akan menggagalkan tipu daya itu. Tak sebatas itu, ayat ini juga memastikan bahwa Islam akan  mengalahkan semua agama dan pemeluknya secara fisik dan riil. Bagi Allah swt yang menciptakan alam semesta, tentu itu adalah perkara mudah. Allah swt menggenggam semuanya.

Bagi hamba-Nya yang meyakini kebenaran Islam, maka keyakinan ini tentulah harus sangat kuat. Sunnatullah yang terjadi di dunia ini adalah kebenaran akan berjalan beriringan dengan kebatilan dan kemudahan akan menyertai kesulitan. Belajar dari kisah para nabi dan kisah para sahabat, seyogyanya cukup untuk menguatkan keyakinan ini.

Kisah nabi Yusuf as yang dimasukkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya merupakan sebuah kesulitan. Nabi Yusuf sendiri bisa jadi tidak pernah menyangka akan bisa keluar dari sumur itu. Karenanya harapan satu-satunya yang hanya doa yang dipanjatkan kepada Allah swt.

Dan justru dengan skenario Allah swt kesulitan yang mungkin dianggap paling berat itu justru mengantarkannya pada berbagai kemudahan dalam menyampaikan dakwahnya, bahkan mengantarkannya untuk menjadi seorang pejabat di Mesir. Artinya kesulitan terberat dialaminya mengantarkannya pada berbagai kemudahan yang didapatkannya setelah itu.

Demikian pula dakwah Rasulullah saw dan para sahabatnya. Embargo yang diberlakukan oleh orang-orang Quraiys pada kelompok Rasul ini adalah masa-masa tersulit bagi para sahabat, hingga diambang batas kesabarannya menanggung kesulitan, mereka bertanya kepada Rasulullah, “Kapan pertolongan Allah datang?” Padahal, seluruh kemampuan dan usaha sebagai manusia untuk menghadapi fitnah dahsyat itu telah dilakukan. Kejadian ini direkam dalam QS. Al Baqarah:

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۖ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al Baqarah: 214)

Dan sejarah menunjukkan bahwa tak lama setelah embargo itu berlangusng, Rasulullah berhasil mendapatkan dukungan dari suku Aus dan Khazraj di Madinah. Selang 1 tahun kemudian Rasul dan para sahabatnya hijrah ke Madinah dan disanalah mereka mendapatkan kemenangan demi kemenangan.

Menetapkan Sikap

Ayat Al Qur’an ini turun di masa sahabat. Namun ayat ini mampu menjawab dan mengilustrasikan kondisi umat Islam yang selalu tersudut dan mengalami tekanan dan berbagai penderitaan. Tak hanya di Indonesia, bahkan pembantaian di beberapa negara, seperti Syiria, Mesir, Afghanistan, dan sebagainya. Padahal, sebelumnya umat Islam di negara-negara tersebut aman dan tenteram.

Ayat ini juga mampu menggambarkan bahwa ada masa dimana pihak musuh terus memiliki peluang untuk melakukan upaya menekan Islam. Seakan-akan pihak musuh semakin kuat, tidak mungkin terkalahkan dan umat tidak mampu melawan musuh, bahkan melahirkan keputusasaan. Diperlihatkan kehebatan musuh kepada umat Islam bukan tanpa tujuan. Justru Allah ingin melihat puncak kesabaran hamba-Nya sehingga layak mendapat kemenangan dari-Nya.

Di sisi lain, Allah menghendaki agar umat tidak lagi mengandalkan kemampuan diri sendiri, fasilitas materi, dan strategi atau kekuatan poltik, seperti yang diandalkan selama ini, kecuali hanya kepada Allah SWT. Artinya umat Islam diminta menetapi jalan dakwah yang telah di contohkan Rasulullah saw saja dan bersabar di jalan itu.

Pertolongan Allah dan kemenangan yang dijanjikan-Nya merupakan suatu kepastian. Namun hal itu tidak datang serta merta. Ketika semua syarat-syarat kemenangan dan pertolongan-Nya terpenuhi oleh kaum muslimin, maka saat itu pula pertolongan Allah dan kemenangan akan tiba.

Yang harus diingat, kemenangan itu bukanlah sesuatu yang sulit dan jauh serta tidak terjangkau. Kemenangan adalah pasti dan waktunya sangat dekat. Allah bisa memberikannya kepada umat kapan saja. Namun, mengapa Allah tidak begitu saja memberikan kemenangan dan pertolongan kepada hamba-Nya, padahal mereka sudah disiksa, diusir, ditangkap, bahkan dibunuh dan diperangi? Karena, surga yang Allah janjikan memang sesuatu yang tidak murah dan main-main. Surga yang Allah janjikan merupakan sesuatu yang sangat mahal dan berharga yang dapat menghapus seluruh penderitaan di dunia ini dalam sekejap dan menggantinya dengan kebahagiaan dan nikmat yang abadi.

Abu Ubaidah bin Al-Jarrah ketika memberikan orasi jihad kepada 42 ribu tentara Muslim melawan 120 ribu tentara Romawi pada Perang Yarmuk berkata, “Saudaraku, berjuanglah dengan segenap kemampuan kalian dan hadapi musuhmu dengan berani. Karena, surga Allah tidak dapat dimasuki dengan mimpi dan angan-angan,” (Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa an-nihayah).

Karenanya memiliki keyakinan yang kuat akan kemenangan Islam, bersabar dalam menjalankan dakwah sesuai metode Rasulullah saw dan berserah diri dengan hanya mengharap pertolongan-Nya adalah cara terbaik untuk menyikapi para pembenci Islam ini. Ditambah dengan upaya yang kuat dengan mengerahkan segenap kekuatan untuk segera menegakkan Daulah Khilafah Islamiyah. Karena hanya dengan sistem Islamlah para pembenci Islam dapat dikalahkan. Wallahu a’lam.


Oleh Kamilia Mustadjab

Posting Komentar

0 Komentar