Menyoal Pernyataan Sang Jendral, Ustazah Zakiyah: Sinyalemen Kuat Yang Mengarah Pada Moderasi Beragama.


Pernyataan-pernyataan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Dudung Abdurachman belakang menjadi sorotan publik. Salah satunya pernyataan Dudung yang mengatakan jangan terlalu dalam belajar agama. Sebagian masyarakat mengira bahwa pernyataan tersebut tendensius terhadap Islam. Di tengah ramainya isu moderasi beragama tentu pernyataan Jendral Dudung akan membawa citra buruk terhadap opini Islam Kaffah. Lantas bagaimana tanggapan tokoh muslimah terkait ini, seperti biasa tim Muslimah Jakarta dalam rubrik Suara Muslimah telah mewawancarai seorang tokoh muballighoh yaitu Ustazah. Ir. Zakiyah Amin, MM, berikut hasil wawancaranya.

Tanya:  Apa tanggapan ibu mengenai pernyataan Jendral Dudung yang tendensius terhadap Islam yang akhirnya menjadi polemik di tengah masyarakat?

Jawab: Menurut saya, sebagai seorang Muslim, Jendral Dudung tidak sepatutnya mengeluarkan pernyataan yang membuat gaduh masyarakat, seharusnya sebagai KSAD berfokus pada tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dalam menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI, dan melindungi bangsa Indonesia dari segala ancaman. Jadi bukan melibatkan TNI dalam pemberantasan gerakan radikalisme.

Tanya: Pantaskah hal tersebut diucapkan oleh seorang jendral yang seharusnya ikut menjaga ketenangan masyarakat Indonesia khususnya umat Islam?

Jawab: Bicara soal kepantasan dan kepatutan, tentu saja Jendral Dudung sudah keluar dari koridor yang seharusnya. Karena statemen tersebut bisa memicu perdebatan dan memancing sikap reaktif dari masyarakat. Seharusnya Jendral Dudung menciptakan iklim yang kondusif di tengah kegamangan masyarakat mempertaruhkan hidupnya karena pandemi covid-19.

Tanya: "Jangan mempelajari agama (Islam) terlalu dalam", apakah pertanyaan tersebut ada kaitannya dengan moderasi agama?

Jawab: Pernyataan Jendral Dudung “jangan mempelajari agama terlalu dalam” merupakan sinyalemen kuat yang mengarah pada moderasi beragama. Alhasil, Islam moderat adalah pemahaman Islam yang disesuaikan dengan pemikiran, pemahaman dan peradaban Barat. Dengan demikian muslim moderat adalah sosok muslim yang menerima, mengadopsi, menyebarkan, dan menjalankan pemahaman Islam ala Barat.

Padahal makna wasathiyah menurut Imam ath-Thabari dalam menjelaskan makna wasath[an] menunjukkan kata al-wasath bermakna adil (al-‘adlu). Pasalnya, hanya orang-orang yang adil yang bisa bersikap seimbang dan bisa disebut sebagai orang pilihan. Abu Said al-Khudri ra. menuturkan bahwa Nabi saw. pernah bersabda tentang firman Allah Swt.,

“Demikian pula Kami menjadikan kalian umat yang wasath[an]. Beliau berkata, ‘(yakni) yang adil’.” (HR al-Bukhari, at-Tirmidzi, dan Ahmad)

Tanya: Apakah pernyataan ini bisa berdampak buruk bagi generasi umat Islam? Kenapa?

Jawab: Tentu saja pernyataan tersebut berbahaya bagi generasi Islam karena mereka berusaha digiring pada pemahaman sekulerisme-artinya memisahkan agama dari kehidupan. Ini merupakan upaya sistematis dari penguasa untuk memperkuat moderasi beragama. Mereka terus menerus menggerogoti pemikiran generasi Islam namun satu hal yang perlu diyakini bahwa generasi Islam generasi ideologis dan merupakan umat terbaik.

Tanya: Bagaimana kita menyikapi pernyataan-pernyataan tendensius tersebut?

Jawab: Menurut saya, cara menyikapi serangan opini sedemikian rupa dari rezim adalah meluruskan dengan opini juga, jadi pemahaman umat mesti lurus dalam ikatan akidah Islam yang berlandaskan pada syariah kaffah tanpa label dan tanpa embel-embel tertentu. Maka sebagai pengemban dakwah, tugas kita menjadi penyampai akan kebenaran Islam, bukan berkompromi dengan penguasa zalim yang telah menjadi antek penjajah barat.

Tanya: Benarkan akibat kebebasan berpendapat (dalam Demokrasi) yang membuat hal ini (pernyataan yang tendensius terhadap Islam) kerap terjadi?

Jawab: Ya, inilah kebebasan yang kebablasan dan ini merupakan buah dari kebobrokan sistem demokrasi, penyampai kebenaran-seperti ulama, pengemban dakwah, ustadz justru dihadang dan dipasung kebebasannya. Namun ruang kebebasan diberikan kepada penghina Islam dan ini boleh jadi itu bentuk teror terhadap umat Islam agar kendor dalam menyebarluaskan dakwah Islam kaffah.  Sebagaimana firman Allah Swt:

يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

Artinya: Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya". (Q.S. As-Saff: 8)

Tanya: Adakah upaya yang bisa kita tempuh untuk terbebas dari statemen-statemen yang merusak umat Islam?

Jawab: Para pengusung Islam moderat terus berupaya keras untuk menjauhkan umat Islam dari pemahaman Islam yang lurus dengan berbagai macam cara. Tidak hanya sekadar menjadikan hukum buatan manusia lebih tinggi dari hukum Allah, tetapi lebih jauh dari itu.

Dengan cara yang sangat halus mereka terus mengopinikan bahwa semua agama benar, karena semua agama mengajak kepada kebaikan, mereka melarang menyebut kafir kepada selain Islam dan yang terbaru yang menimbulkan gejolak di tengah-tengah umat adalah pernyataan Jendral Dudung yang mengajak umat untuk “jangan belajar agama terlalu dalam”.
 
Sepintas memang pernyataan ini sepertinya baik-baik saja, seperti tidak ada yang salah, bahkan bisa jadi sebagian kalangan menilai pernyataan tersebut sebagai pernyataan yang ‘positif’. Akan tetapi, jika kita perhatikan dengan seksama, maka kita akan temukan bahwa pernyataan ini bukan pernyataan tanpa makna dan tanpa tujuan, ini propaganda moderasi beragama.

Pernyataan ini mengandung pengertian memisahkan agama dan anjuran jangan beragama terlalu dalam, dengan kata lain menekankan pemisahan agama dari kehidupan, yang intinya tidak lain adalah sekulerisasi Islam yang dikemas dalam kampanye moderasi beragama.

Apa yang harus dilakukan agar terbebas dari statemen yang merusak umat Islam. Jawaban saya, umat harus istiqomah menerapkan Islam Kaffah. Sebagaimana firman Allah yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah: 208). [WID]






Posting Komentar

0 Komentar