Moderasi Beragama, Frasa Barat Yang ‘Manis’ Ala Sekularis.


Dunia terus berputar, zaman pun telah berubah seiring waktu, dari hari ke hari semakin maju, berkembang, dan modern. Serta semakin canggih juga mumpuni dalam hal sains teknologi. Namun seiring berjalan dan perubahan waktu tersebut, menjadi qadarullah (ketetapan Allah) bahwa pertarungan antara yang haq dan batil akan terus terjadi hingga hari kiamat tiba.  


Dimana pertarungan antara kebenaran dan kebatilan tersebut kini terlihat semakin jelas, yang terjadi antara Islam sebagai simbol akan kebenaran dan thagut sebagai simbol kebatilan atau kekufuran. Genderang perang yang tidak henti-hentinya ditabuhkan oleh musuh-musuh Islam tersebut terbukti dan dialami hampir di semua negeri-negeri muslim. 


Mereka (musuh Islam) menyadari bahwa tidak mudah untuk mengalahkan umat Islam secara fisik. Lihat saja peperangan yang pernah terjadi di Irak, Iran, Libya, Afghanistan, dan di Palestina yang hingga kini masih berlangsung. Kekalahan demi kekalahan tak terelakkan untuk mereka, karena itulah mereka mencoba uslub lain, yaitu dengan menggunakan cara yang lebih halus, bukan lagi dengan cara fisik dengan menggunakan kekuatan senjata.  


Propaganda, framing negatif yang disematkan untuk Islam dan pemeluknya adalah salah satu cara yang mereka gunakan untuk memerangi. Istilah-istilah seperti terorisme, radikalisme, ekstrimisme, fundamentalisme, dibuat sedemikian rupa maknanya sehingga menakutkan. Lalu dengan sengaja dilekatkan khusus bagi umat Islam sehingga menimbulkan ketakutan bagi umat yang lainnya. Dan hal tersebut dimunculkan semakin massif oleh musuh-musuh Islam pasca peristiwa 11 September 2001 (11/11).


Karena tudingan itulah yang membuat gelombang Islamophobia semakin besar hampir di seluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia. Islamophobia akut yang tidak hanya menyerang umat lainnya, tetapi juga umat Islam itu sendiri. Membuat umat tidak lagi percaya akan kebenaran dan kesempurnaan ajarannya sendiri, sehingga membuat mereka lebih memilih mengadopsi pemikiran sekuler dan pemahaman lainnya yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam.


Lebih percaya dengan pemikiran yang menyatakan bahwa dalam hidup ini tidak diperlukan aturan agama, manusia bebas menentukan aturan mana yang layak dan tidak layak. Pemisahan aturan kehidupan dengan agama inilah yang begitu menancap di benak umat Islam.  Alih-alih bangga dengan agamanya, yang terjadi justru mereka menjauhi dan membencinya. 


Tidak cukup dengan sekularisme yang sudah menjangkiti umat Islam, isu moderasi pun digulirkan. Dengan memanfaatkan keanekaragaman suku, ras, budaya dan agama yang ada di Indonesia, tentu saja isu ini amat sangat laku untuk ‘dijual’. Perbedaaan adalah sebuah sunnatullah yang akan selalu hadir, dan tidak bisa dihindari dalam hidup ini. Terkait dengan isu moderasi ini tentulah sangat tidak tepat dan terlihat tidak fair jika hanya Islam yang menjadi sasaran. Seharusnya jika memang isu ini adalah moderasi beragama kenapa hanya Islam yang dibidik? Bagaimana dengan agama lain? 


Dan jelas terlihat, bahwa ide moderasi beragama bukan berasal dari Islam dan tidak dikenal dalam Islam, tetapi muncul dari musuh-musuh Islam. Karena Islam tidak mengenal istilah Islam radikal, Islam moderat, Islam Nusantara, Islam Liberal, dan lain sebagainya.  Yang mengakibatkan umat Islam terkotak-kotak dan akhirnya terpecah belah. 


Adapun istilah moderasi yang oleh mereka disejajarkan maknanya dengan wasathan, dimana terdapat  di dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 143 tentu akan menjadi keliru. Hal ini disampaikan oleh Ketua Doktor Muslim Indonesia, Dr. Ahmad Satra M.M, bahwa makna washata dapat dijumpai di beberapa tafsir. Misalnya, di dalam Tafsir Jalalain disebutkan bahwa makna ‘ummat(an) washata’ dalam ayat tersebut adalah khiyar(an) wa ‘udul(an) atau yang berarti umat terbaik dan adil.


Hal senada juga disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir, makna ummat(an) washata adalah khiyaral ‘ummah (umat terbaik). Dalam Tafsir Ath-Thabari juga disebutkan wa ammal washata fa innahu fi kalamil ‘arab al-khiyar (washata dalam Bahasa Arab artinya adalah yang terbaik).


Maka sangat jelas sudah moderasi beragama yang kini dideraskan kembali gaungnya oleh pemerintah adalah bagian dari strategi barat untuk menghancurkan Islam. Telah diketahui tertuang dalam dokumen Rand Corporation, dengan strategi penghancuran berdasar  falsafah devide et impera. Untuk memunculkan satu kelompok Islam dan menekan kelompok lain. Mereka berharap hanya ada satu Islam yang mau menerima ideologi mereka, yaitu ideologi yang berasaskan sekularisme, liberalisme, kapitalisme, dan semua turunannya.


Ditambah dengan aggapan, bahwa dengan berislam secara sungguh-sungguh dan menerapkan secara menyeluruh adalah sebuah sikap yang berlebihan. Sehingga bisa menimbulkan sikap intoleran terhadap agama lain, sungguh ini sebuah kekeliruan yang besar. Jikalau boleh bertanya kepada mereka, siapakah yang paling sering dan banyak menjadi korban sasaran kekejian dan kebiadaban para penguasa adidaya? Siapakah yang paling banyak menjadi korban ketika mereka adalah minoritas di negerinya, sehingga mereka dibantai, diusir, dan diperlakukan lebih keji dan hina daripada binatang? Tak lain dan bukan jawabnya adalah muslim.   


Siapakah yang paling toleran selain dari seorang muslim? Begitu toleransinya seorang muslim, sehingga mereka membiarkan dan tidak pernah mengusik orang-orang yang berada diluar keyakinannya. Jikalau itu sampai terjadi, mungkin orang-orang penganut diluar keyakinannya sudah musnah dari muka bumi.  


Islam merupakan agama yang paling menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi. Sejak pertama kali dibawa oleh Rasullah Saw, Islam telah memperlihatkan toleransinya yang tinggi. Islam mengajarkan nilai toleransi yang dikenal dengan konsep tasamuh, yang salah satunya mengatur bagaimana hubungan dengan umat beragama lain. Membiarkan pemeluk agama lain bebas dan tenang dalam menjalankan ibadahnya. Toleransi bukan lantas ikut-ikutan mengucapkan, bahkan sampai merayakan perayaannya umat beragama lain. Bahkan yang lebih engerikan adalah sampai menganggap semua agama sama baiknya. 


Semua ini tidak lepas dari gencarnya usaha para musuh Allah untuk membuat umat Islam semakin jauh, asing, bahkan takut dengan agamanya sendiri. Hingga akhirnya mengiyakan apapun yang disodorkan barat meskipun itu akan menghancurkan agamanya yang mulia dan sempurna. Wallahu a’lam bish-showwab.


Oleh Elif Shanum


#ModerasiBukanSolusi
#WaspadaModerasiBeragama
#IslamJalanKebangkitan
#IslamKaffahSolusiHakiki
#UmatBangkitDenganIslamKaffah



Posting Komentar

0 Komentar