Moderasi Beragama : Mencampurkan Kebenaran Dengan Kebatilan


Derasnya arus moderasi beragama yang digencarkan Kemenag menuntut kaum muslimin untuk lebih terbuka pada nilai-nilai Barat, lebih toleran terhadap ajaran agama lain dan melarang kaum muslimin untuk merasa Islam lebih benar dan lebih unggul dari agama-agama yang lain. Tuntutan ini membuat batas antara yang hak dan yang batil menjadi abu-abu dan tidak jelas.

Larangan Mencampurkan Kebenaran dengan Kebatilan

Islam telah memberikan batas yang jelas antara yang hak dan yang batil. Allah swt berfirman:

وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 42)

Ayat ini melarang kaum muslimin untuk mencampuradukkan antara kebenaran dan kebatilan, karena hal itu akan menyebabkan ketidakjelasan kebenaran itu sendiri. Imam Jalaluddin dalam Kitab Tafsirul Jalalain mengatakan, kata “al-haqq” atau kebenaran berarti kitab suci yang diturunkan. Sedangkan kebatilan maknanya adalah keterangan dusta yang diada-adakan.

Imam Al-Baidhawi dalam Kitab Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil mengatakan, kata “talbisū” atau mencampur aduk adalah tindakan membuat sesuatu menjadi mirip dengan yang lain. Dengan demikian, makna ayat ini adalah “Janganlah kalian mencampur aduk kebenaran yang diturunkan kepada kalian dengan kebatilan yang kalian rekayasa dan menyembunyikan kebenaran tersebut sehingga keduanya tidak dapat dibedakan.”

Secara eksplisit pencampuradukan ini memang awalnya tidak nampak. Sebab realitasnya masing-masing umat tetap beribadah sesuai dengan keyakinannya. Namun sejak arus moderasi beragama ini dideraskan, berbagai tindakan yang mencampuradukkan antara satu agama dengan agama yang lain mulai bermunculan.

Pembacaan sholawat Nabi SAW di Pura dan Gereja beberapa waktu yang lalu adalah contoh riil pelaksanaan paham pluralisme yang dibalut dalam program moderasi beragama. Dengan dalih toleransi maka kaum muslimin harus melunturkan akidah, misal harus mengucapkan selamat hari raya pada pemeluk agama lain atau justru turut merayakan hari raya agama lain.

Jadi tak berlebihan jika dikatakan bahwa pencampuradukan antara kebenaran dan kebatilan ini terjadi akibat gencarnya arus moderasi beragama. Moderasi beragama ini telah menggiring umat (baca: umat Islam) untuk tidak memiliki prinsip beragama sama sekali, akhirnya sisipan-sisipan kebatilan diakui oleh umat dan dunia.

Bahkan ketika muncul pemahaman bahwa semua agama adalah sama, maka tentu ini adalah hal yang membahayakan dan merupakan masalah yang besar bagi Islam. Mengapa? Karena pada akhirnya umat tidak akan mampu memahami mana agama yang dianggap benar. Dan umat Islam justru tidak memiliki pemahaman yang benar terhadap agamanya sendiri.

Moderasi Beragama Melanggengkan Pluralisme

Menganggap semua agama sama adalah bagian dari paham pluralisme. Pluralisme didefinisikannya sebagai paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama. Karena itu, tiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim agamanya saja yang benar sedangkan agama lainnya salah.

Paham ini mensejajarkan Islam dengan agama-agama lain, baik agama samawi seperti Nasrani dan Yahudi,  maupun agama dan keyakinan yang muncul dari manusia, seperti Hindu, Budha, Khonghucu dan sebagainya. Karenanya keluar masuknya seseorang dari satu agama ke agama yang lain adalah hal yang sah-sah saja dalam paham pluralisme ini.

Padahal paham pluralisme sangat berbeda dengan paham pengakuan akan pluralitas agama. Sebab Islam sendiri menerima pluralitas agama, sebagaimana Allah SWT berfirman:

وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَٰحِدَةً وَلَٰكِن لِّيَبْلُوَكُمْ فِى مَآ ءَاتَىٰكُمْ

“Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.” (QS. Al Maidah: 48)

Ayat ini menunjukkan bahwa bahwa Islam mengakui adanya pluralitas agama. Karena itulah umat Islam diberikan kewajiban berdakwah, menyeru pada Islam dan menunjukkan kebenaran Islam pada umat yang lain. Dan ini juga menjadi tugas Rasulullah ketika diutus ke dunia.

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم    قَالَ : أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ، وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكاَةَ، فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا  مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَـهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ الإِسْلاَمِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ تَعَالىَ [رواه البخاري ومسلم ]

“Dari Ibnu Umar ra sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka melakukan hal itu maka darah dan harta mereka akan dilindungi kecuali dengan hak Islam dan perhitungan mereka ada pada Allah ta’ala”. (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Jelaslah bahwa Islam memang beda. Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan haram hukumnya mensejajarkan Islam dengan agama-agama yang lain. Allah juga telah menyebutkan kesalahan akidah agama-agama samawi yang lain. Allah melaknat mereka dan mengancamnya dengan neraka Jahannam.  Allah swt berfirman:

وَقَالَتِ ٱلْيَهُودُ عُزَيْرٌ ٱبْنُ ٱللَّهِ وَقَالَتِ ٱلنَّصَٰرَى ٱلْمَسِيحُ ٱبْنُ ٱللَّهِ ۖ ذَٰلِكَ قَوْلُهُم بِأَفْوَٰهِهِمْ ۖ يُضَٰهِـُٔونَ قَوْلَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِن قَبْلُ ۚ قَٰتَلَهُمُ ٱللَّهُ ۚ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ

“Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS. At Taubah: 30)

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata : ‘Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putra Maryam“. (Al-Maidah: 17)

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ

“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga” (Al-Maidah: 73)

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ

“Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam..” (Al Bayyinah: 6)

Andai semua agama sama di hadapan Allah swt, mengapa Allah mengungkap kesalahan-kesalahan tersebut? Mengapa pula Allah memasukkan mereka ke neraka Jahannam?

Moderasi Beragama: Berbahaya

Jelaslah dengan gambaran ini, arus moderasi beragama yang sangat deras di tubuh umat akan membuat umat tidak memiliki gambaran yang lengkap tentang Islam itu sendiri. Akibatnya umat Islam tidak mudah menerima dan meyakini dan menerima penerapan Islam secara kafah. Bahkan bisa jadi umat Islam menolak penerapan syariat agamanya sendiri.

Jika disodorkan hukum Allah maka mereka akan memilih mana diantara hukum-hukum Allah itu yang sesuai. Dan jika sudah begini kondisinya, secara perlahan-lahan mereka sudah menuju jalan kekafiran.

إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا  أُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا ۚ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir). merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.” (QS. An Nisa: 150 – 151)

Karenanya berkembangnya pemahaman tentang moderasi beragama ini sungguh sangat berbahaya. Karena itu wajib umat Islam memahami kebatilan narasi moderasi beragama ini dengan gamblang agar tidak terseret arus kerusakannya. Naudzubillahi min dzalik.


Oleh Kamilia Mustadjab

Posting Komentar

0 Komentar