Moderasi Beragama: Mendangkalkan Akidah dan Menghancurkan Peradaban Isla



Moderasi beragama merupakan salah satu isu bangsa yang dianggap penting dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024. Sehingga arah kebijakan yang diambil adalah memperkuat moderasi beragama, ungkap Deputi Bidang Politik Hukum, Pertahanan dan Keamanan Bappenas, Slamet Soedarsono (www. Moeslimchoic*.com/31-01-2020). Belakangan, bahasa Moderasi Beragama digencarkan pihak kementerian agama. 


Moderasi agama atau Islam moderat digadang oleh penguasa sebagai solusi atas menangkal dan merebaknya radikalisme. Dimana radikalisme seakan dijadikan momok yang akan mengancam keutuhan bangsa. Isu ini makin gencar dilakukan, setelah gelombang aksi besar 4 November dan 2 Desember tahun 2016, dalam rangka pembelaan ummat islam terhadap Al-Qur'an. Setelahnya, pemerintah lambat laun menekan dua ormas Islam, Hizbut Tahrir Indonesia dan Fr*nt P*mb*la Islam, dengan mencabut legalitas dan membubarkan organisasi tersebut.


Radikal merupakan labeling game yang diberikan Barat bagi kaum muslim yang ingin berIslam kafah. Penyebaran label radikalisme adalah upaya Barat memerangi Islam. Upaya tersebut beragam. Mulai dari mengkriminalisasi cadar, celana cingkrang, khilafah dan jihad sebagai ajaran Islam dan lainnya. Berbagai upaya tersebut dilakukan oleh Barat untuk menjauhkan umat dari pemahaman syariat Islam secara kafah (utuh) dan mencegah kebangkitan umat Islam dalam wadah bernama Al-Khilafah. 


Moderasi berangkat dari kalimat atau ayat "ummatan wasathan" yaitu umat pertengahan sebagaimana termaktub dalam QS Al Baqarah 143. Lengkapnya :


"Dan demikian Kami menjadikan kamu ummat wasathan agar kamu menjadi saksi atas umat manusia dan agar Rasul menjadi saksi atasmu".


"Wasath" artinya tengah. "ummatan wasathan" adalah umat pertengahan yang seimbang, adil dan tentu juga unggul. Al Zubaidi memaknai "wasath" itu paling utama (afdhal) Fairuz Zabadi "wasath" berarti paling adil (a'daluhu). Ketika menafsirkan ayat "ummatan wasathan" At Thobari menegaskan sebagai umat yang "al khiyar wa al ajwad" umat pilihan dan yang terbaik.


Basis pemaknaan "ummatan wasathan" tidak menunjukkan sikap lemah, tidak kesana kesini, atau munafik (ambivalen). Bahkan sama sekali tidak berhubungan dengan toleran atau tidak toleran. Tengah itu sentral yang menjadi penentu. Makna konstruktifnya adalah umat yang menjadi nucleus atau inti dari berbagai konfigurasi budaya, ekonomi, ataupun politik.


Sementara, kita melihat jelas bahwa moderasi beragama yang hari ini diopinikan oleh rezim berkuasa, justru jauh dari kata adil, cenderung merusak dan menjauhkan ummat dengan Islam sebagai nilai filosofis, pondasi kehidupan atau sumber jawaban atas setiap permasalahan sistem kehidupan. Tujuan diberlakukan moderasi ini, tidak lain adalah untuk memperkuat Barat sebagai pemegang kekuasaan dunia hari ini, bisa melumpuhkan upaya-upaya persatuan ummat islam. Selain itu, orientalis, sekuleris dan kelompok munafik mampu memecah belah persatuan umat dan memperdaya umat. 


Para pengusung Islam moderat mempromosikan Islam sebagai agama ramah. Pada faktanya kata ramah yang dimaksud lebih identik dengan ramah terhadap Barat, tidak anti Barat dan yang terpenting adalah ramah terhadap ide sekularisme. Barat menyebarkan ide Islam moderat ini untuk menjauhkan kaum muslimin dari penerapan Islam kafah. Sebagian besar syariat Islam yang berkaitan dengan politik Islam dijauhkan dari umat. Akhirnya Islam hanya dipahami seputar ibadah ritual dan diterapkan secara parsial.


Islam moderat merupakan produk dari paham sekularisme, sama halnya seperti Islam liberal dan Islam nusantara. Islam liberal lebih dulu booming namun aliran ini tidak memiliki pengaruh yang besar. Lalu beralih ke Islam Nusantara yang konsepnya tidak jelas. Kampanye Islam Nusantara meredup dan perbincangannya mulai ditinggalkan. Tersisa Islam moderat yang pembahasannya masih hangat. Karena pada dasarnya merupakan ide yang cacat, jika tidak mampu bertahan maka dengan sendirinya akan hilang dari pembahasan. Hingga begitu seterusnya akan muncul aliran-aliran lainnya.


Inilah pangkal masalah sebenarnya, sekularisme. Selama pemahaman ini mendominasi maka kejayaan Islam itu hanya akan menjadi cerita di masa lampau dan angan-angan di masa depan. Bahkan untuk sekadar menceritakan sejarah tidak akan pernah objektif dan terbuka. Oleh karenanya tidak cukup mengkritik dan menolak kelompok atau aliran Islam yang baru muncul. Namun harus ada upaya untuk mencabut sekularisme hingga ke akar-akarnya.


Upaya mencabut paham sekularisme yang melekat pada tubuh umat harus diimbangi dengan upaya penanaman paham yang shahih. Berkebalikan dengan upaya mereka yang menanamkan Islam moderat dengan menjauhkan pemahaman Islam kaffah, maka harus dikembalikan Islam yang murni, jernih, dan tidak tercampur dengan fikroh gharbiyyah (ide Barat). Islam harus diterapkan secara kaffah bukan setengah-setengah. Sudah sangat jelas bahwa sesungguhnya Allah Swt memerintahkan penerapan Islam kafah.


Sebagaimana firmannya “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kalian ke dalam Islam secara kaffah, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu” (TQS. Al-Baqarah : 208).


Dalam ayat lain Allah berfirman “Apakah kamu beriman kepada sebagia Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian di antaramu melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang amat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (TQS. Al-Baqarah : 85).


Dua ayat tersebut cukuplah menjadi dalil bahwasanya Islam wajib diterapkan secara sempurna aturan-aturannya di dalam kehidupan. Wajib bagi muslim untuk menolak sekularisme dan Islam moderat. Ketika menyadari bahwa Islam belum diterapkan secara kaffah maka seharusnya ada dorongan dalam diri muslim untuk mengupayakan penerapannya. Lalu bagaimanakah cara menerapkannya? Tentu dengan meneladani apa yang pernah dilakukan Rasulullah saw. Wallahualam.


Lulu Rizqi, S.Sos., M.Si

Aktivis muslimah, praktisi pendidikan



#ModerasiBukanSolusi

#WaspadaModerasiBeragama

#IslamJalanKebangkitan

#IslamKaffahSolusiHakiki

#UmatBangkitDenganIslamKaffah


Posting Komentar

0 Komentar