Republika.co.id, Anggaran moderasi beragama lintas direktorat jenderal tahun ini mencapai Rp 3,2 triliun. Ketua Komisi VIII DPR Yandri Susanto mengungkapkan hal itu pada malam peluncuran Aksi Moderasi Beragama yang diselenggarakan Kementerian Agama (Kemenag) secara daring dan luring, pekan lalu.
Menurut dia, sebelumnya anggaran moderasi beragama lintas direktorat jenderal itu hanya Rp 400 miliar. Sedangkan tahun ini menurut nya baru disahkan dengan Menag Rp 3,2 triliun,(Republika.co.id, 28/09/2021).
Fantastis, begitulah fakta angka rupiah yang disampaikan pejabat negeri ini untuk sebuah program moderasi. Secara nalurinya manusia pasti menyukai hidup dalam limpahan materi. Ini merupakan kecenderungan ghorizah baqa, kemunculannya memang tidak perlu disesali karena sudah fitrahnya. Hanya disini perlu ada arahan atau patokan untuk, menyalurkan ghorizah baqa tersebut agar tidak melanggar hukum-hukum yang Allah perintahkan.
Mengenai mendapatkan materi tentu Islam telah memberikan bimbingan secara pasti, melalui berbagai hukum-hukum Islam yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Halal dan haram menjadi sebuah pilihan bagi kita manusia yang beriman. Menempuh jalan keharaman adalah kerugian yang menyakitkan baik di dunia maupun di akhirat. Sedangkan jika kita memilih jalan halal dalam meraih materi sekalipun harus sakit tentu ketentraman, ketenangan akan didapatkan hingga keberkahan, berlimpah pahala yang tidak terkira.
Moderasi adalah sebuah program yang disumbang oleh Barat untuk dunia Islam. Tujuannya tiada lain adalah untuk menghambat kebangkitan Islam yakni syariah dan khilafah.
Berlimpahnya materi tentu sangat menggiurkan sebagian orang tetapi tentu bagi seorang muslim akan memilah dan milih mana yang hak dan batil. Terlebih program moderasi sangat membahayakan kaum muslim dan ajarannya. Maka pantaskah bagi kita ikut mendakwahkan program tersebut?
Bukankah Allah Swt berulangkali mengingatkan dalam Al-Quran mengingatkan bahwa dunia itu hina dan tak layak bagi kita menukarkan dengan akhirat yang abadi. Bukankah kehidupan akhirat itu lebih utama.
بَلْ تُؤْثِرُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَاۖ
Sedangkan kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia,
وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ وَّاَبْقٰىۗ
padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.
Terkadang manusia diingatkan tentang ayat ini banyak yang masa bodoh, padahal Allah memberi peringatan tersebut sebagai bukti rasa sayang. Bertaburnya ilmu dan tsaqofah di dalam kepala ternyata banyak yang tak sanggup menahan gemerlap dunia. Hidup di alam sekularisme membuat membuat manusia semakin rakus dan tamak. Mereka tak peduli halal atau haram. Membahayakan hingga menyeret ke jurang neraka, toh dalam pikirannya apa yang dilakukannya dilakukan secara berjamaah alias di makan bersama-sama. Naudzubillah.
Sebuah pemikiran yang sesat.
Pun demikian dengan program moderasi yang menggiurkan manusia karena kucuran dana yang berlimpah. Sekalipun menggiurkan program moderasi ini ternyata racun berbalut madu yang akan mengoyak ajaran-ajaran Islam dari taat menjadi maksiat. Bagaimana tidak ketaatan seseorang diseret untuk menerima kebatilan. Salah satunya yaitu toleransi yang kebablasan dengan mengucapkan selamat hari raya agama lain. Bahkan hingga menikah dengan orang yang berlainan agama. Muslim menikah dengan Kristen ataupun agama lain dianggap sebagai sesuatu hal yang lumrah. Dalam ajaran moderasi tidak ada ketaatan mutlak atau kebenaran mutlak semua standar dikembalikan kepada hukum manusia. Sungguh berbahaya bukan?
Jika kita mengikuti dan mendakwahkan program tersebut sama artinya kita lagi mengoyak ajaran Islam yang mulia. Bukankah dulu Rasulullah dan para sahabatnya rela mati dibandingkan harus mengikuti kemauan orang kafir. Lepas nyawa dari raga, cacian makian siksaan yang bertubi-tubi tak menyurutkan langkah dakwahnya.
Jika kita ingin diakui sebagai umat Rasulullah saw.pantaskah kita mendakwahkan sesuatu ide yang sudah jelas bertentangan dengan hukum Allah dan Rasul-Nya. Tak malukah kita terhadap Rasulullah saw yang senantiasa membela umat-Nya hingga di titik sakaratulmaut pun yang diingat adalah umat-Nya?
Dalam sebuah riwayat yang masyhur, termasuk riwayat Imam Ahmad dan juga dalam Mushannaf Ibn Abi Syaibah, disebutkan bahwa setiap malam dalam salatnya, Rasulullah saw. tidak lelah memohon kepada Allah untuk memberikan ampunan pembebasan azab untuk umatnya. Beliau (Abu Dzar) RA mengatakan: "Aku mendengar Nabi saw satu malam dalam salatnya, ia membaca dan mengulang-ngulan firman Allah di setiap ruku' dan sujudnya: "Jika engkau mengazab mereka, sesungguhnya mereka adalah hamba-Mu. Dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya memang Engkau maha pengampun lagi maha bijaksana". (Al-Maidah: 118) Abu Dzar RA kemudian bertanya: "Wahai Rasul, sejak malam tadi engkau mengulang ayat itu di setiap ruku’ dan sujud mu, sampai waktu subuh datang. Ada apa gerangan?" Nabi SAW menjawab: "Aku memohon syafa'at kepada Allah untuk umatku. Dan itu dikabulkan oleh-Nya bagi mereka yang tidak menyekutukan-Nya". (HR Ibn Abi Syaibah dan Ahmad)
Semua pilihan ada di tangan kita. Moderasi atau Islam kafah yang jadi solusi?
Wallahu a'lam bishshawab.
Oleh Heniummufaiz
Ibu Pemerhati Umat
0 Komentar