Pada beberapa bulan terakhir, kasus positif Covid-19 mulai mengalami kenaikan kembali setelah sebelumnya sempat menurun. Beberapa negara seperti Cina, Singapura, Turki, Inggris dan lainnya bahkan sedang menghadapi pandemi gelombang ketiga dengan ledakan kasus positif yang tinggi (cnbcindonesia.com, 19 Oktober 2021).
Mengutip dari cnbcindonesia.com, kasus positif Covid-19 di Indonesia juga mengalami tambahan tetapi tidak terlalu tinggi hanya sekitar 625 kasus. Penambahan kasus positif di berbagai negara tersebut disebabkan berbagai macam faktor. Negara Singapura mengalami lonjakan kasus sejak melonggarkan pembatasan aktivitas dan memperkenalkan rencana ‘hidup dengan virus’. Sedangkan di negara Tirai bambu (Cina) kenaikan kasus positif disebabkan oleh pembukaan area wisata. Begitu pula dengan negara Inggris yang tercatat adanya lonjakan kasus baru karena pemerintah Inggris mencabut aturan social distancing dan mulai membuka klub-klub malam.
Dari fakta di atas dapat disimpulkan, penyebab lonjakan kasus positif Covid-19 di berbagai negara tidak jauh dari adanya pelonggaran pembatasan atau social distancing oleh pemerintah. Walaupun sebagian masyarakat di berbagai negara termasuk Indonesia sudah melakukan vaksinasi, tapi belum menjamin pandemi sudah berakhir. Pasalnya masih banyak pula masyarakat belum vaksin dan warga yang sudah melakukan vaksinasi pun juga masih memiliki kemungkinan terkena virus karena berbagai faktor seperti varian virus baru yang lebih kebal terhadap vaksin.
Organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) yang memiliki tanggung jawab menangangi pandemi pun kini dinilai gagal. Ketidakmapuan WHO dalam menangani pandemi global juga patut dipertanyakan. Sejak awal virus ini muncul, WHO tidak tanggap dalam menyatakan virus ini berbahaya dan juga lambat dalam menetapkan status 'pandemi'. Selain itu, kebiijakan yang dikeluarkan seperti 'new normal' di saat pandemi belum reda sangat tidak solutif.
Prinsip kapitalistik yang diterapkan sebagai landasan pembuatan kebijakan menjadi salah satu alasan kegagalan WHO dalam menangani masalah pandemi. WHO sendiri merupakan organisasi yang bergantung pada negara penyumbang dana sehingga tidak memiliki kekuatan hukum menegakkan kebijakan yang cepat bahkan tidak mampu mengkritik tindakan pemerintah. Pada intinya WHO berada pada kekuasaan sebuah negara, bukan organisasi independen. Sedangkan negara-negara yang menjadi penyumbang dana terbesar pada WHO adalah negara yang menganut sistem kapitalisme seperti Amerika dan Inggris.
Negara tersebut dengan landasan kapitalistik-sekularismenya tentu tidak akan mudah memberikan wewenang kepada WHO untuk mengeluarkan kebijakan tertentu. Mereka harus menimbang terlebih dahulu apakah suatu kebijakan yang dibuat dapat merugikan bagi ekonomi negara mereka atau tidak. Padahal saat ini yang terpenting bukanlah hanya situasi ekonomi melainkan juga keselamatan nyawa manusia. Sudah banyak nyawa melayang akibat dari kelalaian WHO dalam menetapkan status pandemi pada awal munculnya virus. Apabila kebijakan ditetapkan dari awal maka setiap negara dapat bertindak dengan cepat, tidak menyepelekan virus corona dan dapat mengurangi angka positif bahkan angka kematian.
Sistem kapitalisme dinilai gagal menjadi sistem yang mampu menyelesaikan permasalahan pandemi. Terbukti dari fakta di atas, kepentingan ekonomi dan materi bahkan dianggap lebih penting dari nyawa manusia. Hal tersebut sangat berbeda sekali dengan sistem Islam. Islam tidak hanya menjadi pengatur dalam urusan ibadah dan ritual saja tetapi juga sekaligus menjadi sistem yang memiliki berbagai solusi permasalahan kehidupan termasuk juga permasalahan pandemi.
Islam memberikan solusi permasalahan pandemi yang efektif. Aturan yang dibuat pun berpedoman kepada Al-Qur’an dan Sunah (Hadits) sehingga tidak ada cacat di dalamnya. Seperti contoh hadits Rasulullah SAW tentang penerapan kebijakan lockdown dengan segera apabila terdapat wabah menular pada suatu wilayah, “Apabila kalian mendengar wabah di suatu tempat maka janganlah memasuki tempat itu, dan apabila terjadi wabah sedangkan kamu sedang berada di tempat itu maka janganlah keluar darinya” (HR Muslim).
Hadits tersebut bahkan menjadi satu-satunya solusi masalah pandemi yang terjadi pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab ra. Namun patut diketahui, kebijakan dan aturan dari sistem Islam tidak hanya fokus pada aspek keselamatan manusia saja tetapi juga pada aspek perekonomian umat.
Sebagai konsekuensi lockdown, pemimpin umat (imam/khalifah) pada sistem Islam juga bertanggung jawab mengurus rakyatnya. Segala kebutuhan pangan dan kesehatan juga akan terjamin apabila sistem yang diterapkan adalah sistem yang berlandaskan dengan keimanan kepada Allah, kitab serta rasulnya.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya seorang Muslim mempercayakan dan menyerahkan segala kehidupannya dengan aturan Islam. Sistem Islam memberikan banyak sekali solusi bagi permasalahan kehidupan bahkan sangat menyeluruh. Peraturan Islam yang diterapkan secara kaffah (menyeluruh) dijamin akan memberikan kesejahteraan dan rahmat dari Allah SWT karena memang segala apa yang ada di dunia ini adalah milik Allah SWT. Tuhan Maha Pencipta-lah yang mengetahui segala seluk beluk kehidupan manusia. Allah telah menurunkan segala aturan, pedoman, petunjuk bagi kehidupan manusia yang telah disampaikan dalam Al-Qur’an dan Sunah (hadits) melalui seorang Rasulullah Muhammad SAW agar manusia dapat hidup dengan baik dan teratur.[]
_______________
Yuk raih amal shalih dengan menyebarkan postingan ini sebanyak-banyaknya
Follow kami di
Facebook : https://www.facebook.com/Muslimah-Jakarta-Reborn-111815451296281/
Website : www.muslimahjakarta.com
Instagram : instagram.com/muslimahjakartaofficial
0 Komentar