Sebagaimana diamalkan oleh Samuel Huntington, benturan peradaban akan terjadi antara Barat dan Islam. Barat dengan ideologi dan pemikiran kapitalis dan Islam dengan ideologinya yang bersumber dari wahyu. Benturan peradaban ini berbentuk perang pemikiran (ghawzul fikri) dan perang budaya (ghawzul tsaqofi) yang kian hari terasa kian tajam. Serangan terhadap ajaran Islam nampak kian nyata.
Dan sejak peristiwa 911, Barat tak pernah berhenti untuk mereduksi makna jihad, menyematkan kata terorisme pada aktivitas tersebut dan terus melakukan monsterisasi terhadap berbagai ajaran Islam seperti Khilafah dan ajakan berislam kafah untuk mencegah kebangkitan peradaban Islam. Tak hanya itu Barat terus berupaya memoderatkan pemikiran kaum muslimin melalui program Islam Washatiyah. Bahkan secara berani Barat terus membangun jaringan Islam moderat di dunia Islam agar kaum muslimin yang moderatlah nanti yang akan bekerja menghambat dan menghalangi kebangkitan Islam.
Di Indonesia program moderasi beragama telah diluncurkan oleh Kemenag. Isinya nampak sangat jelas mengusung ajakan agar kaum muslimin lebih toleran dan bisa menerima nilai-nilai Barat. Dan program ini seolah menjadi landasan dibenarkannya berbagai aktivitas yang mencampuradukkan antara yang hak dan yang batil.
Toleransi yang kebablasan hingga menggoncang akidah umat mulai terlihat. Kaum muslimin masuk ke tempat ibadah dan ikut menyemarakkan ibadah umat lain, membaca sholawat atas nabi di dalamnya, turut mengucapkan selamat hari raya bahkan turut bergembira seolah olah itu adalah hari raya mereka sendiri.
Bahkan sebagian kaum muslimin tak lagi mempersoalkan orang yang pindah-pindah agama karena menganggap semua agama itu sama. Mereka juga mengiyakan untuk tidak terlalu dalam mendalami agama, karena khawatir menjadi seorang teroris. Mereka menjauhi semua bentuk pemikiran yang kontra terhadap pemerintah karena khawatir mendapat cap sebagai bagian dari kelompok radikal. Dan masih banyak lagi efek serta dampak dari derasnya kampanye moderasi beragama ini.
Inilah yang terjadi hari ini. Kaum muslimin enggan menerapkan syariatnya sendiri dan tak ingin hidup dalam naungan khilafah, sebuah institusi yang diperintahkan Allah untuk menerapkan aturan Islam secara kafah. Dengan begitu, aturan, sistem dan pemikiran Barat terus bercokol di benak kaum muslimin dan kian mendarah daging.
Begitulah Barat merancang dengan sangat sistematis berbagai upaya untuk menjauhkan kaum muslimin dari agamanya. Tanpa disadari kaum muslimin mulai mencampuradukkan yang hak dengan yang batil. Alasannya islam juga mengajarkan toleransi, islam adalah agama damai dan tidak suka kekerasan, islam adalah rahmatan lil alamin dan berbagai dalil yang digunakan sebagai dalih untuk membenarkan semua aktivitas tersebut
Padahal Allah telah melarang mencampuradukkan antara kebenaran dengan kebatilan. Allah berfirman:
وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 42)
Justru Islam memerintahkan kaum muslimin untuk menunjukkan dan menampakkan ajaran Islam yang hak, memerintahkan dakwah dan melakukan amar makruf nahi mungkar. Dalam ayat lain Allah swt berfirman:
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An Nahl: 125)
Jelaslah perang pemikiran antara yang hak dan yang batil akan terus terjadi. Kaum muslimin tak boleh tinggal diam terhadap bahaya moderasi beragama ini. Kaum muslimin harus mencermati setiap pembelokan makna, istilah dan pengertian dari semua pemikiran yang nampak berasal dari Islam tapi sejatinya itu adalah pemikiran asing yang disusupkan pada ajaran Islam. Wallahu a’lam.
Kamilia Mustadjab.
0 Komentar