Reinterpretasi Al-Qur’an Demi Moderasi Beragama



Ade Armando dosen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (UI) membela pernyataan pendakwah KH. Abdul Syakur Yasin atau biasa disapa Buya Syakur, bahwa Islam bukan agama sempurna. Menurut Ade Armando, sama seperti umat Islam lain, selama ini dirinya didoktrin bahwa ajaran Islam yang termuat dalam Al-Qur’an dan hadis merupakan ajaran sempurna, ternyata anggapan itu salah. (Era.id.07/12/2021)

Belakangan pemahaman itu digeser sehingga seolah-olah Allah menyatakan Islam adalah agama yang sempurna, padahal kata Buya Syakur mana mungkin di dunia ini ada kesempurnaan,”kata ade Armando dalam tayangan di YouTube cokro TV, Selasa (7/12).

Ade Armando menambahkan bahwa “Selama ini umat Islam memiliki kesombongan bahwa agama yang dianutnya adalah agama sempurna.  Sebelumnya, video pernyataan Buya Syakur yang menyebut Islam bukan agama sempurna viral di media sosial.  Video itu diketahui diambil di acara moderasi beragama di markas besar (Mabes) Polri, Jakarta Selatan pada 1 Juni 2021.

Dalam acara bertajuk “Moderasi Beragama Merajut Nasionalisme dan Toleransi Beragama” itu, Buya Syakur menyinggung soal Islam bukan agama sempurna. Menurutnya, surah Al-Maidah ayat 3 isinya menyatakan Nabi Muhammad saw telah melaksanakan tugasnya sebagai rasul dengan sempurna, tetapi pemahamannya bergeser lagi yaitu beranggapan bahwa Islam adalah agama sempurna. Mana mungkin di dunia ada kesempurnaan,”ujar Buya Syakur dilihat dari channel YouTube KH Buya Syakur Yasin MA.

Menanggapi hal itu, salah satu tokoh Nahdatul Ulama (NU) Pasuruan Jawa Timur, Habib Abu Bakar Assegaf menyebut bahwa Buya Syakur merupakan sesepuh liberal.  Menurut beliau, Buya Syakur hanya dijadikan pion dari program moderasi agama yang merupakan kelanjutan dari Islam Nusantara. Cuitan Habib Abu Bakar itupun mendapat reaksi dari warganet hingga disukai sebanyak 3.289 kali. (Era.id. 03/12/2021). 

Di balik pernyataan Ade Armando dan Buya Syakur yang menyinggung soal Islam bukan agama sempurna bukanlah tanpa alasan, melainkan pertanda kuatnya kampanye moderasi beragama. 

Rekayasa yang dibuat dengan menyesuaikan kepentingan Barat atas nama perdamaian dan toleransi. Penggiringan yang masif dan sistematis ke arah yang berbahaya bagi akidah umat Islam demi meloloskan proyek besarnya. Upaya demi upaya dilakukan untuk merusak pemikiran umat hingga umat tidak berdaya.

Buya Syakur tidak sendiri mengawal isu moderasi beragama tapi banyak lagi ulama yang lain seperti KH Ahmad Muwafiq yang ikut menderaskan dengan mengatakan “Kiai harus bicara moderasi beragama, soalnya kalau kita tidak damai apalagi sampai terjadi konflik, kehidupan akan berhenti. Makanya kedamaian itu penting dan moderasi beragama adalah langkah untuk menciptakan perdamaian bersama ujarnya.  Hal itu disampaikan pada acara pembukaan muktamar pemikiran dan halaqah kiai/nyai muda yang bertema “Menguatkan Moderasi Beragama Sebagai Gerakan Civil Society” (mediaindonesia.com, 13/12/2021). 

Dari sini terlihat bahwa proyek moderasi Islam tidak lain untuk membentuk muslim moderat yang pro barat dan ramah demokrasi. Demokrasi melahirkan berbagai aturan kehidupan berdasarkan hawa nafsu manusia. Pengarusutamaan moderasi beragama yang sedang digencarkan pemerintah menjadi alasan untuk membenarkan toleransi yang kebablasan bahwa ajaran Islam tidak boleh mendominasi ajaran agama lain. 

Oleh karena itu, umat Islam tidak boleh gentar dengan serangkaian fitnah yang menggunakan istilah moderasi meski banyak merugikan umat Islam. Umat dimotivasi menghadiri acara Natal dengan alasan toleransi, padahal hukumnya haram karena turut serta merayakan Natal, sama halnya menyerupai kaum kafir.  

Sebagaimana hadist Nabi Muhammad saw riwayat Abu Daud, “man tasyabbaha bi qowmin, fahuwa minhum” yang artinya siapa saja menyerupai suatu kaum maka dia termasuk ke dalam golongan mereka.  Seharusnya toleransi yang benar adalah mempersilakan dan tidak melarang yang bukan muslim merayakan hari rayanya tapi bukan turut serta merayakan.

Sikap meniru-niru atau mencontoh atau menyerupai kepada kalangan agama lain oleh orang-orang Islam , jauh-jauh hari telah disinyalir oleh Rasullulah shallallahu ‘alaihi wasallam yang tergambar dalam hadis beliau yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Sa’id bin Al-Khudri:

دَّثَنِي سُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ مَيْسَرَةَ حَدَّثَنِي زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
و حَدَّثَنَا عِدَّةٌ مِنْ أَصْحَابِنَا عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ أَخْبَرَنَا أَبُو غَسَّانَ وَهُوَ مُحَمَّدُ بْنُ مُطَرِّفٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ قَالَ أَبُو إِسْحَقَ إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ وَذَكَرَ الْحَدِيثَ نَحْوَهُ

Telah menceritakan kepadaku Suwaid bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Maisarah telah menceritakan kepadaku Zaid bin Aslam dari 'Atha bin Yasar dari Abu Sa'id Al Khudri dia berkata:

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak pun kalian pasti kalian akan mengikuti mereka." Kami bertanya; "Wahai Rasulullah, apakah mereka itu yahudi dan Nasrani?" Beliau menjawab: "Siapa lagi kalau bukan mereka.".-

Mengutip tulisan Jamil bin Habib Al- Luwaihiq dalam buku beliau Tasyabbuh yang dilarang dalam Fiqih Islam : bahwa ketika syariat Islam berbeda dari syariat yang lain dan kaum muslimin berbeda dengan kaum-kaum lain adalah sesuatu yang memang telah disengaja oleh Penetap Syariat. Harapannya adalah agar setiap muslim tampil dengan kondisi yang paling sempurna sesuai dengan dirinya. Hukum-hukum syariat juga telah muncul dengan larangan untuk mengikuti bangsa bangsa kafir terdahulu dan terkini.

Tasyabbuh (latah, meniru-niru, menyerupai, mirip) secara umum adalah salah satu permasalahan yang sangat berbahaya bagi kehidupan kaum muslimin, khususnya di abad-abad belakangan ini karena meluasnya wilayah interaksi kaum muslimin dengan pihak-pihak lain.

Selanjutnya disebutkan bahwa hadis di atas menetapkan haramnya meniru-niru kepada sesuatu kaum di luar Islam, secara zahir menunjukkan bahwa perbuatan itu merupakan perbuatan kufur dan hal ini sejalan dengan hadis yang diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bahwa Nabi Shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda :

“ Barang siapa menetap di negeri kaum musyrik dan dia mengikuti hari raya dan hari besar mereka serta meniru perilaku mereka sampai mati, maka kelak ia akan dikumpulkan bersama mereka di hari kiamat.” ( HR.Baihaqi)

Dari hadis di atas bisa berarti bahwa meniru-niru perilaku mereka sepenuhnya menyebabkan kekafiran sekaligus menetapkan bahwa perbuatan semacam itu haram. Atau bisa juga bermakna orang tersebut menjadi bagian dari mereka sesuai dengan kadar keterlibatannya dalam meniru mereka.

Tegasnya hadis tersebut di atas menetapkan haramnya meniru mereka. Larangan ini mencakup larangan sekadar meniru sesuatu yang mereka lakukan. Barang siapa yang meniru perbuatan golongan lain yang menjadi ciri golongan tersebut, maka perbuatan semacam itu dilarang.

Dari keterangan yang telah dikemukakan di atas maka sangatlah jelas adanya dalil yang dapat dijadikan dasar dan hujjah agar kaum muslimin tidak meniru-niru, menyerupai, mirip dan ikut-ikutan dengan perilakunya mereka di luar Islam. Dan secara tegas telah ditetapkan perbuatan meniru-niru kepada orang-orang di luar Islam merupakan perbuatan terlarang dan diharamkan.
Mengamati tingkah para ulama liberal yang ikut mendeklarasikan moderasi beragama sangat mengkhawatirkan, betapa tidak,  ulama sebagai warasatul anbiya sejatinya mengarahkan umat  sesuai thoriqoh (metode) dakwah Rasulullah saw akan tetapi faktanya justru menjerumuskan umat dengan berkiblat pada nilai-nilai Barat yang jelas-jelas tujuannya ingin memecah belah umat. 

Posisi ulama seharusnya bukan mendukung program penguasa yang tidak berpihak pada kebenaran Islam tapi mengarahkan dan mengedukasi umat agar umat lebih mencintai dan memahami kebenaran Islam kafah yang merupakan kesempurnaan ajaran Islam. 

Sebagaimana firman Allah Azza wajalla.

وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَّعَدْلًاۗ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمٰتِهٖ ۚوَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

“Dan telah sempurna kalimat Rabb-mu (Al-Qur’an) sebagai kalimat yang benar dan adil”. Maksudnya benar kabar yang disampaikan dan adil dalam seluruh perintah dan larangan, (QS. Surah al-An’am:115).

Dan firman Allah Swt dalam Qur’an surah Al Maidah ayat 3:

لْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ٌ

"Pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu dan telah Kucukupkan padamu nikmat karunia-Ku dan telah Ku-ridhoi Islam sebagai agama kalian".
Islam adalah agama yang sempurna, tidak boleh ditambah atau dikurangi. Kewajiban umat Islam ittiba’. Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan ini merupakan nikmat Allah Azza wajalla yang diberikan kepada umat ini, tatkala Allah menyempurnakan agama mereka, sehingga mereka tidak memerlukan agama lain dan tidak pula Nabi lain selain nabi Muhammad saw. 

Oleh sebab itu, serangan Ade Armando maupun Buya Syakur dan ulama yang pro moderasi beragama hanyalah sikap reaktif untuk menjegal Islam Kafah. Mereka menyerang Islam dan mendiskreditkan Islam yang sebenarnya sudah agung, mulia dan sempurna. Wallahualam.


Oleh Zakiyah Amin


#ModerasiBukanSolusi
#WaspadaModerasiBeragama
#IslamJalanKebangkitan
#IslamKaffahSolusiHakiki
#UmatBangkitDenganIslamKaffah




Posting Komentar

0 Komentar