Rumah bukanlah sekadar tempat berteduh dari panas dan hujan, melainkan rumah memiliki arti yang sangat penting bagi sebuah keluarga. Menjadikan rumah sebagai surga di dunia, adalah dambaan dan impian setiap keluarga. Di dalam rumah itulah terjadi proses pembinaan keimanan dan edukasi kepada semua penghuni rumah, agar senantiasa nuansa ibadah menjadi aroma yang tercium dan dirasakan bagi penghuninya.
Dirumah peran ayah sebagai direktur rumah tangga dan peran ibu sebagai manager rumah tangga saling bersinergi untuk mengurus, mengasuh dan mendidik anak-anak yang merupakan amanah dari Allah swt. Menjalankan sinergi kedua peran ini tidaklah mudah. Diperlukan komitmen dan visi misi yang jelas serta tujuan yang ingin diraih. Ketika kesamaan visi dan misi sudah dipahami dan dimengerti oleh ayah dan ibu, akan memudahkan untuk meraih tujuan yang telah disepakati.
Islam menjadikan rumah sebagai tempat edukasi bagi keluarga, dimana sang ayah menjalankan kewajibannya begitu pula dengan sang ibu. Rumah menjadi tempat bersatu keluarga yang menjadi benteng pertahanan terakhir dalam sebuah masyarakat. Saat ini benteng tersebut ingin dihancurkan dengan berbagai paham-paham yang kian deras menghujani keluarga muslim.
Keluarga muslim senantiasa menjadi incaran bagi musuh-musuh Islam untuk dihancurkan. Pasalnya, mereka memahami fungsi keluarga dalam sebuah rumah sebagai wadah untuk memupuk dan menanamkan keimanan dan ketakwaan bagi semua penghuni rumah. Fungsi ini dilakukan dari hasil kolaborasi sinergi ayah dan ibu, yang ingin mewujudkan rumah adalah surga dunia bagi anak-anak mereka.
Tidak dipungkiri, deras paham-paham sekuler barat yang terus dihembuskan ke tengah-tengah keluarga muslim, membuat keluarga muslim mulai “terwarnai” dengan paham-paham tersebut. Apalagi pemerintah sedang gencar-gencarnya “mendakwahkan” paham moderasi beragama kepada keluarga-keluarga muslim. Hal ini tentu sangat berbahaya jika dibiarkan, karena paham ini menjadikan seluruh penghuni rumah keluar dari jalur syariat yang telah ditetapkan oleh Allah swt.
Dengan dalih mencegah arus intoleransi dan radikalisasi, paham moderasi beragama harus ditanamkan dalam keluarga muslim sejak dini. Keluarga muslim dianggap menanamkan benih-benih teroris dan radikal pada anak-anak mereka. Ini adalah tuduhan yang kejam dan tidak beralasan, karena Islam memberi aturan mekanisme mendidik anak mereka untuk bisa membedakan yang hak dan batil. Mengambil aturan hanya yang berasal dari Allah semata, dan tidak mengambil aturan dari manusia.
Bukan hanya itu, para ibu pun dipaksa untuk berdaya secara ekonomi sehingga pengasuhan terhadap anak mereka menjadi terbengkalai. Hal ini mengakibatkan munculnya permasalahan anak akibat kurangnya perhatian dan dididikan dari orang tua. Sehingga anak rentan sekali terpapar dengan kecanduan gagdet, pornografi dan hal-hal negatif lainnya.
Dampak kehadiran ide-ide yang diopinikan barat, rumah tangga pun terkena imbasnya. Tingkat perceraian meningkat kebanyakan karena faktor ekonomi. Kerusakan demi kerusakan yang ditimbulkan ide barat, kloplah sudah kerusakan generasi karena keberhasilan ide barat untuk menghancurkan benteng pertahanan terakhir yaitu keluarga.
Rumah bukan lagi menjadi tempat yang nyaman bagi penghuninya, seketika berubah menjadi neraka yang dipenuhi konflik keluarga yang berkepanjangan. Inilah yang diinginkan barat, kehancuran keluarga hingga hancur menjadi puing-puing. Sehingga tidak ada lagi keluarga yang menanamkan keimanan kepada Allah dan menjadikan amalnya selalu terikat dengan aturan Allah.
Karena yang menjadi tujuan utama mereka adalah menghalangi kebangkitan Islam dan menjauhkan keluarga dan generasi dari aturan Islam bahkan phobia terhadap aturan agamanya sendiri. Mereka menginginkan generasi muslim menjadi liberal seperti halnya generasi mereka yang serba bebas, hedonis dan menjalanimhidup tanpa ada aturan dari agama apalagi tekanan dari orang tua.
Terbayang kehancuran generasi di depan mata, apabila generasi muslim menjadi seperti generasi barat. Padahal masa depan peradaban dunia berada ditangan generasi muslim sebagai generasi terbaik (khoiru ummah), generasi pembangun peradaban mulia. Allah swt berfirman,”Kamu (umat Islam) adalah Umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena kamu menyuruh berbuat makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah” (Ali Imron : 110)
Begitu banyak tantangan dan rintangan yang menghadang, namun janganlah pernah untuk berputus asa untuk terus berjuang mewujudkan keluarga muslim tempat lahirnya para generasi penakluk, polymath dan pembangun peradaban mulia kelak. Bukankah Allah telah memberikan petunjuk kepada manusia sejak pertama kali manusia diciptakan oleh-Nya?
Al Qur’an dan As sunnah adalah petunjuk hidup keluarga muslim agar dapat melewati semua tantangan dan rintangan tersebut. Sembari senantiasa mengkaji dan mendakwahkan Islam, karena Allah telah berjanji akan memenangkan agama (Islam) ini walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya.
Bangunlah keluarga yang didalamnya hadir seorang wanita/ibu yang berkarir surga, melaksanakan kewajibannya sebagai ummu wa rabbatun bait dan menjadi pengemban dakwah Islam semata-mata ingin mendapatkan keridaan dari RabbNya. Begitupun halnya dengan sang ayah, jadilah ayah/suami yang dirindukan surga, yang mempunyai tupoksi penting untuk mendidik dan menanamkan kecintaan kepada Allah swt, sehingga menumbuhkan rasa keimanan dan ketakwaan terhadap anak dan istrinya.
Dengan berpegang teguh pada petunjuk yang telah Allah swt berikan kepada umatnya, menjadikan rumahku adalah surgaku bukanlah hal yang sulit. Tetaplah istiqomah berjuang dan berada dalam barisan pengemban Al Qur’an hingga dengan izinnya, khilafah dapat ditegakkan dimuka bumi ini. Yang akan menjadi benteng kuat yang akan melindungi keluarga-keluarga muslim dari ide/paham yang merusak. Wallahualam
Oleh Siti Rima Sarinah
0 Komentar