Papua menyimpan pesona menakjubkan. Tak heran jika banyak yang mengincar kemolekan bumi cendrawasih ini. Namun sayangnya, kemolekan bumi cendrawasih ini tidak membuat rakyatnya sejahtera. Akibatnya terjadi ketimpangan sosial, manakala para pendatang yang datang memanen kekayaan dari pulau kepala burung tersebut yaitu PT Freeport Indonesia. PT Freeport ini telah merampas kekayaan rakyat Papua. Tak heran jika separatis terjadi.
Ironisnya, pejabat di negeri ini membiarkan pelaku separatis serta para kapitalis menguasai dan terus mencengkeram, hingga KKB saja malah dianggap sebagai saudara.Padahal akibat dari tindakan KKB ini sudah menelan korban jiwa lebih banyak.
Dikutip dari law-justice.co
Pengamat Politik Universitas Nasional, Andi Yusran menilai pernyataan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Dudung Abdurachman bahwa Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua adalah saudara bangsa Indonesia dinilai offside atau melanggar aturan. Dia mengatakan, terkait bagaimana pemerintah menyikapi KKB Papua yang seharusnya bicara adalah Menko Polhukam, Mahfud MD.
(law-justice.co,27/11/2021).
Inilah potret buram penguasa di negeri seribu masalah. Betapa mahal keadilan di negeri ini. Mahal bagi orang Islam tetapi bagi para kapitalis begitu murah. Cap teroris selalu disematkan kepada umat Islam sementara bagi KKB seolah kaku.
Penguasa seolah tak memiliki taring untuk menumpas separatis, apalagi kapitalis asing dan aseng. Seolah menelan buah simalakama jika KKB ditumpas maka yang terjadi justru Indonesia akan mendapatkan kecaman. Atas nama dan berbagai jargon lainnya akan disematkan oleh masyarakat dunia yang diwakili oleh PBB. Berbanding terbalik dengan Islam jika ada gerakan Islam yang dianggap radikal versi mereka dan mengganggu kepentingan nya, maka cap teroris dan pemburuan untuk menumpaskan pasti penguasa negeri ini pun dengan sigap melakukan titah tuannya.
Perlu dipahami bahwa Barat memang terus bermain untuk mengoyak negeri- negeri muslim. Mengadu domba demi sebuah ambisi untuk menguasai kekayaan alam Indonesia. Tak bisa dibayangkan kelak jika Papua lepas dari Indonesia masyarakatnya tentu akan lebih sengsara. Sepertinya halnya Timor Timur yang nasibnya justru makin tidak menentu manakala lepas dari Indonesia.
Ibarat kata lepas dari mulut harimau masuk mulut buaya. Kondisinya kian sengsara.
Seharusnya pemerintah berintrospeksi diri mengapa terjadi separatisme disana. Jika buka karena masalah ekonomi kemungkinan besar tidak akan ada gejolak. Sementara Barat terus bermain untuk melepaskan Papua dari Indonesia.
Solusi Islam
Islam sebagai agama yang mengatur segala aspek kehidupan mampu memberikan solusi komprehensif terhadap masalah manusia.Pun masalah separatisme. Semua peluang dan motif yang akan mengakibatkan terjadinya pemisahan diri telah dicegah oleh Islam. Hal ini tampak dari prinsip penting dari asas yang menjadi dasar yaitu riayatus suun (mengatur dan memelihara urusan umat).
Hal inilah yang menjadi tanggung jawab negara terhadap rakyatnya. Rasulullah saw bersabda: Seorang imam adalah pemimpin (bagaikan seorang penggembala yang mengatur dan memelihara gembalaannya dan dia diminta pertanggungjawaban atas (urusan) rakyatnya. (HR Bukhari Muslim )
Ada beberapa solusi untuk mengatasi separatisme di antaranya:
Pertama, solusi ideologis. Solusi ideologis ini merupakan solusi yang cukup jitu.Sebuah negara yang menerapkan ideologi yang sempurna dan mampu memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada rakyatnya nihil kemungkinan terjadinya separatisme. Memaksakan ideologi yang sudah cacat dari akarnya akan menjadikan rakyat semakin tersiksa seperti ideologi demokrasi sekularisme pada akhirnya akan terlihat kebobrokannya.
Jika sebuah negara telah memilih ideologi yang sempurna maka perlu dipahamkan kepada rakyatnya. Hal ini agar tidak terjadi salah memahami ajaran dari ideologi tersebut.
Kedua, solusi politis. Penguasa yang baik tidak mungkin hadir dalam tatanan politik,hukum sosial dan pendidikan yang menempatkan kekuasaan sebagai tujuan. Dalam sistem politik Islam seluruh rakyat terlibat dan memiliki peran strategis. Aktivitas mengingatkan, menasehati, dan mengoreksi penguasa yang menjalankan syariat dalam rangka amar Ma'aruf nahyi mungkar.
Tindakan mengoreksi penguasa bukan dalam rangka menjatuhkan untuk mengejar ambisi kekuasaan tetapi berorientasi pada pengurusan umat.
Ketiga, solusi ekonomi. Ketika negara mampu menyejahterakan rakyatnya tentu tidak akan terjadi pemberontakan dari kalangan rakyatnya sendiri. Sebab pendistribusian kekayaan yang dilakukan oleh negara dapat dirasakan oleh rakyatnya.
Keempat, mencegah intervensi. Seorang penguasa tentu memiliki pandangan yang luas dan bersifat independen. Penguasa yang jadi boneka Barat tidak akan mampu menentukan pilihan jika tuannya memerintahkan apapun tak terkecuali mengeruk kekayaannya sendiri.
Kelima, mengatasi primodialisme. Paham inilah yang kadang memicu kuat untuk membenci suku tertentu. Manakala ada pendatang hadir dan menempati daerah tertentu hingga kemajuan ekonomi didapatkan biasanya menimbulkan kecemburuan sosial bagi penduduk asli.
Islam sebagai agama dan ideologi mampu menghilangkan semangat primodialisme terbukti Arab dan non-arab mampu disatukan dalam bingkai akidah Islam. Ketika solusi di atas belum mampu diselesaikan semisal masih saja ada yang mau memisahkan diri solusi terakhir adalah perang.
Penguasa bertanggung jawab atas keamanan warganya dan tidak abai terhadap rongrongan negara.
Walhasil dengan menerapkan aturan dari Islam saja ketegasan pemimpin akan didapatkan. Bahkan separatisme pun bisa dihilangkan.
Wallahu a'lam bishshawab.
Oleh Heni Ummu Faiz
Ibu Pemerhati Umat
0 Komentar