Ide kebebasan berpendapat kian membuat banyak orang berani mengutarakan pendapatnya secara serampangan. Tak terkecuali terhadap kesucian agama kerap menjadi bahan bualan, baik dilakukan dengan kesengajaan dengan tujuan menghina ajaran Islam yang agung, atau hanya sekedar dijadikan bahan candaan belaka.
Heboh Sebut Tuhan Bukan Orang Arab
Baru-baru ini, publik diresahkan oleh salah seorang tokoh atas celotehannya di acara milik satu publik figur, Deddy Corbuzier yang tayang di kanal youtube pada selasa, 30 November 2021. Jenderal Dudung Abdurachman selaku Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) dalam acara Podcast tersebut membagikan beberapa pandangannya terhadap ajaran Islam. Salah satu pandangannya yang akhinya menuai banyak kritik dari khalayak ramai adalah tentang doa. Mantan Pangkostrad ini mengatakan bahwa berdoa pakai bahasa Indonesia saja, karena Tuhan kita bukan orang Arab. (SindoNews.com, 01/12/21)
Terang saja ungkapannya tersebut disambut dengan berbagai macam kritikan. Salah satunya datang dari Tokoh Nahdatul Ulama, Umar Hasibuan atau Gus Umar. Menurutnya, jenderal bintang empat itu semakin tidak bijak dalam memberikan pernyataan ke publik. (Fajar.co.id, 01/12/21)
Kritik juga datang dari Akademisi Cross Culture, Ali Syarief, yang berpendapat bahwa pejabat publik sangat tidak elok memberi pernyataan seperti yang ditunjukkan oleh Jenderal Dudung. Ia juga mengatakan bahwa bukan tugas Jenderal Dudung untuk memerangi orang yang berdoa. Datang juga kritikan dari aktivis dakwah, Hilmi Firdausi yang berpendapat bahwa pernyataan Jenderal Dudung sangat tidak bijaksana, sebab menganalogikan Tuhan dengan orang adalah sebuah kesalahan. (PRDepok.com, 02/12/21)
Imam di Islamic Center of New York dan Direktur Jamaika Muslim Center, Imam Shamsi Ali juga angkat suara. Menurutnya, berdoa pakai bahasa apa saja tidak masalah, tidak perlu Tuhan dikaitkan dengan Etnis/bangsa. Ia juga menambahkan bahwa sebaiknya Jenderal Dudung tuntaskan KKB di Papua. (Populis.Jakarta, 02/12/21)
Berpendapat Bablas Buah Dari Kebebasan
Adalah wajar bila akhirnya pernyataan Jenderal Dudung tersebut dikritik banyak pihak. Sebab nampak dari pernyataannya tersebut, ia seolah memposisikan Tuhan sebagaimana manusia, yang diidentikkan dengan etnis atau ras tertentu. Padahal sebagai seorang muslim, seyogyanya beliau mengetahui bahwa Tuhan atau Allah tidaklah sama dengan makhluk-Nya. Maka upaya menyama-nyamakan Allah dengan manusia adalah sebuah kemaksiatan yang menyebabkan pelakunya mendapatkan dosa.
Dengan sangat jelas Allah Swt menjelaskan perbedaan diri-Nya dengan makhluk-Nya sebagaimana dalam firman-Nya
“Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlas: 1-4)
Anggapan bahwa Allah Swt adalah Tuhannya orang Arab saja, bukan Tuhan orang-orang non Arab juga merupakan kesalahan yang besar. Sebab Allah adalah Al-Khaliq, Dialah yang menciptakan manusia serta seluruh makhluk di alam semesta ini, lalu Dia memerintahkan seluruh makhluk-Nya untuk menyembah kepada-Nya. Berbicara manusia berarti berbicara seluruhnya tanpa dipisah berdasarkan etnis, suku, bangsa atau bahasa.
Semua pemikiran di atas tentu saja bukan pemikiran yang lahir dari ajaran Islam. Sehingga haram hukumnya seorang muslim mengambil pemikiran menyimpang itu sebagai pendapatnya. Masifnya musuh-musuh Islam dalam mempromosikan pemikiran sekuler dan liberal mereka mengharuskan kaum muslimin berhati-hati agar tidak terjebak dalam pemikiran dan ide-ide rusak orang-orang kafir yang sengaja ingin merusak pemikiran kaum muslimin dan menjauhkan mereka dari ajaran Islam dan benar.
Terlebih jika ia adalah seorang tokoh masyarakat dan aparat negara, wajib untuk berhati-hati dalam menyampaikan pendapat mereka kepada publik agar di tengah-tengah masyarakat tidak terjadi kesalahan dalam memahami ajaran islam. Apalagi jika ada upaya untuk memanipulasi ajaran Islam dengan tujuan menjauhkan umat Islam dari ajaran Islam yang sebenarnya.
Negara Wajib Hadir Melindungi Kemuliaan Islam
Tak hanya individu muslim saja yang harus bersikap mawas diri dalam berpendapat dan berperilaku, tetapi negara juga harus berperan dalam melindungi masyarakatnya dari serangan pemikiran-pemikiran rusak yang hendak merusak akidah umat dan berusaha menjaga kemurnian dan kesucian ajaran Islam. Sebab negaralah yang memiliki seluruh instrumen perlindungan tersebut. Mulai dari perlindungan hukum, kontrol media, hingga kekuatan militer.
Dan satu-satunya negara yang mampu menjalankan fungsi perlindungan itu hanyalah khilafah. Berangkat dari akidah islam yang dijadikan sebagai asas berdirinya khilafah, tentu khilafah akan menjamin terpeliharanya kemurnian akidah Islam, dan akan memerangi berbagai macam upaya yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam untuk merusaknya.
Khilafah juga akan menjalankan fungsinya sebagai sebuah kekuatan politik besar untuk menerapkan hukum-hukum Islam secara menyeluruh dan menyebarkan ajaran Islam yang penuh rahmat ke seluruh dunia dengan dakwah dan jihad fi sabilillah. Fungsi tersebut tidak akan diwujudkan oleh sistem demokrasi. Bahkan demokrasilah yang telah membuka lebar masuknya pemikiran-pemikiran sesat dan menyesatkan sesuai prinsip dasar dari demokrasi, yakni kebebasan.
Maka sudah menjadi kewajiban atas seluruh kaum muslimin untuk menjaga kemurnian ajaran Islam dan kemuliaan Allah, Rasulullah dan kaum muslimin dengan mewujudkan khilafah sebagai perisai umat, dan inilah perintah Allah.
Allah Swt berfirman:
“Mereka (orang-orang kafir) hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya.” (QS.Ash-Shaff: 8). Wallahu A’lam.
Oleh: Yani Ummu Farras, S.Pd.I
0 Komentar