Urgensi Edukasi Melawan Moderasi



Menjelang nataru narasi toleransi kian kencang ditiupkan. Seruan agar umat Islam menghormati hari raya umat lain semakin menggema. Bahkan tak sekadar menghormati, tahun ini kantor kementerian agama Sulsel secara resmi mengeluarkan edaran agar seluruh MTs dan MAN di Sulawesi Selatan memasang spanduk ucapan selamat Natal dan Tahun Baru.

(https://sulsel.suara.com/read/2021/12/18/162303/breaking-news-kementerian-agama-bantah-cabut-surat-edaran-ucapan-selamat-natal-di-sulsel). Seakan tercium aroma pemaksaan dalam upaya agar kaum muslimin mengucapkan selamat hari raya pada umat lain.

Ini tentu bukan lagi bagian dari toleransi yang diajarkan Islam. Sebab Islam tak mengenal toleransi dengan model seperti ini. Mayoritas ulama seperti, Syekh Bin Baz, Syekh Ibnu Utsaimin, Syekh Ibrahim bin Ja’far, Syekh Ja’far At-Thalhawi dan sebagainya, menyatakan bahwa mengucapkan selamat hari raya pada umat lain adalah haram hukumnya.

Salah satu landasan yang digunakan para ulama adalah firman Allah:

وَٱلَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ ٱلزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا۟ بِٱللَّغْوِ مَرُّوا۟ كِرَامًا

"Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya". (QS. Al-Furqan: 72)

Merujuk pada ayat ini, para ulama meyakini seorang muslim yang mengucapkan selamat hari raya umat lain berarti telah memberikan kesaksian palsu dan membenarkan keyakinan umat lain tersebut. Hal ini juga dikuatkan oleh hadis riwayat Ibnu Umar yang artinya "Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk bagian kaum tersebut". (HR. Abu Daud)

Jika secara hukum telah jelas keharamannya, maka sudah semestinya kaum muslimin tidak melakukannya. Namun realita yang terjadi, kian hari narasi toleransi yang kian kuat ini pada akhirnya mengguncang akidah umat Islam. Sehingga semakin banyak yang menyalahi hukum yang telah jelas tersebut, dan turut serta mengucapkan selamat hari raya sebagai bentuk manifestasi dari toleransi.

Sebenarnya yang perlu dicermati adalah arus narasi yang kian deras. Sebab ini menunjukkan adanya upaya masif dari musuh-musuh Islam. Mereka menginginkan kaum muslimin tak lagi kuat memegang ajaran agamanya. Mereka ingin menjauhkan kaum muslimin dari ajaran Islam yang sesungguhnya. Karenanya mereka membelokkannya sedikit demi sedikit.

Program moderasi beragama pada akhirnya menjadi senjata ampuh yang digunakan untuk menggerogoti akidah kaum muslimin. Sebab program ini dirancang secara khusus untuk mengubah pemikiran kaum muslimin. Dalam program ini, beberapa ajaran Islam dibelokkan. Tetap menggunakan dalil namun penarikan kesimpulan dari dalil-dalil yang diberikan tidak lagi berdasarkan pada kaidah-kaidah baku dalam Islam.

Bagi kaum muslimin yang tidak memiliki dasar tsaqofah Islam yang cukup dan hanya sekadar mendasarkan pada adanya dalil, tentu ini dianggap tetap Islam. Toh ada dalilnya. Padahal mereka tidak sepenuhnya memahami kesalahan yang telah diperbuat oleh musuh-musuh Islam. Inilah realita yang terjadi akibat kelemahan kaum muslimin dalam memahami Islam.

Karenanya upaya untuk mengedukasi kaum muslimin mutlak harus dilakukan. Menyentuh pemikiran mereka dengan kaidah-kaidah baku yang telah ditetapkan oleh para ulama. Meluruskan standar baik buruk yang ada dengan standar yang sesuai dengan syariat. Sehingga program moderasi yang dibalut dengan narasi toleransi ini tak lagi bergigi untuk membelokkan akidah umat Islam.

Dan tentu hal itu akan jauh lebih efektif jika dilakukan oleh negara. Artinya negara harus punya political will untuk membentengi akidah umat Islam. Sebab jika hanya dilakukan oleh sekelompok umat Islam atau bahkan individu, tentu tak mampu membendung masifnya program moderasi ini. Itulah sebabnya perjuangan untuk mendorong negara melakukan fungsinya sebagai pihak yang menjaga akidah umat tak boleh berhenti. Wallahu a’lam.

Kamilia Mustadjab

#ModerasiBukanSolusi
#WaspadaModerasiBeragama
#IslamJalanKebangkitan
#IslamKaffahSolusiHakiki
#UmatBangkitDenganIslamKaffah

Posting Komentar

0 Komentar