Adopsi Boneka Arwah? Musibah!!




Maraknya adopsi boneka arwah yang dilakukan beberapa selebriti di tanah air tentu merupakan sebuah fenomena yang patut disikapi. Sebab bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim, ini adalah sebuah hal yang tidak biasa, aneh, dan bahkan nyerempet pada kesyirikan. Betapa tidak, boneka yang merupakan benda mati dan biasanya hanya dipakai sebagai mainan anak kecil, bisa dianggap sebagai anak sendiri, diperlakukan bak manusia dan diyakini bisa membawa pada ketenangan.

Akibat Liberalisme

Menilik gejala tak normal semacam ini, wajar jika ada kesimpulan bahwa kondisi sosial masyarakat ini sedang tidak baik-baik saja. Sebab di satu sisi yang diinginkan adalah kebebasan tanpa batas, tapi di sisi lain yang dirasakan justru kesepian yang terus menghantui. Akhirnya, solusi yang dipilih adalah adopsi boneka arwah. Dengan begitu, hidup tak lagi sepi dan bisa tetap bebas tanpa tanggung jawab lebih.

Di Barat fenomena ini pun sudah banyak terlihat. Sebab prinsip kebebasan memang menjadi pandangan hidupnya. Paham liberalisme telah membentuk cara pandang tertentu terhadap kehidupan. Hidup dipandang sebagai sarana untuk mendapatkan materi. Kebahagiaan tertinggi adalah ketika mendapatkan semua materi yang diinginkan, mulai harta, tahta, jabatan, hingga ketenaran.

Orang-orang Barat hidup dengan orientasi materi dan mengabaikan aspek ruhiyah, kemanusiaan dan hal-hal lain yang tak kasat mata. Itulah yang menjadi penyebab mata hati mereka tak mampu melihat dan menghargai kasih sayang, perjuangan, pengorbanan, dan kebahagiaan orang tua dalam mengasuh anak. Mereka hanya melihat dari satu sisi saja, yakni beratnya tanggung jawab materi dalam mendidik anak, memberi nafkah, menjaga kesehatan dan lain-lain yang notabene bisa diukur dengan angka.

Karena itulah ide liberalisme ini sangat laku di Barat. Sebab ide ini memberikan kebebasan bagi manusia untuk melakukan apapun yang diinginkannya. Selama kebebasannya tak berbenturan dan bertabrakan dengan kebebasan orang lain, maka apapun yang dilakukan dianggap sah-sah saja. Kebahagiaan tertinggi adalah ketika mendapatkan kebebasannya sebebas-bebasnya.

Akibatnya, tak aneh jika pada masyarakat Barat dijumpai perilaku-perilaku aneh yang menyimpang. Misal melakukan hubungan seks dengan boneka atau dengan hewan, memegang teguh prinsip childfree, menciptakan mesin bunuh diri dan sebagainya. Itulah ketidakwajaran sebagai manusia yang dipandang wajar dalam kacamata Barat. Di dalamnya tentu termasuk “memelihara” boneka arwah ini.

Boneka Arwah Pembawa Musibah

Kebebasan yang didengungkan paham liberalisme ini membuat para pengikutnya kehilangan keseimbangan dalam hidup. Sebab yang ingin diraih adalah sesuatu yang disukai saja. Ingin melampiaskan hasrat seksualnya tapi tak ingin menanggung resikonya. Akibatnya free seks merajalela, kumpul kebo kian banyak peminatnya, pernikahan sejenis bermunculan sebab semua itu mengurangi resiko memiliki anak.

Ketika tindakan aborsi yang meningkat dikecam, childfree menjadi marak. Dan kini, saat kesepian karena tidak adanya anak dan keluarga, boneka arwah jadi pilihan satu-satunya. Padahal mengadopsi boneka arwah ini justru mendatangkan musibah. Ini disebabkan oleh beberapa faktor.

Pertama, ketika boneka ini diperlakukan seperti manusia, mau tak mau boneka ini harus diimajinasikan sebagai seorang anak. Maka pemiliknya akan hidup dalam dunia imajinasi, bukan dunia nyata. Tentu ini akan berdampak pada penggunaan akalnya karena terus menerus digunakan untuk membenarkan sebuah hal imajinatif sebagai sebuah kenyataan. Lambat laun ini akan mempengaruhi tindakan dan pikirannya.

Kedua, ketika akalnya tak lagi bisa membedakan antara realita dengan hal-hal imajinatif itu, tentu akalnya tak lagi bisa jernih untuk berpikir. Padahal Allah menciptakan akal ini sebagai sarana bagi manusia untuk berpikir dalam mengembangkan kehidupannya dan sebagai bekal awal untuk membedakan yang baik dan buruk dan yang benar dan salah. Bayangkan jika akal tak lagi berfungsi demikian. Jelas ini adalah musibah bagi manusia. Sebab derajatnya menjadi sama dan tidak lebih tinggi dari hewan.

Ketiga, kalaulah akalnya masih bisa mengontrol perilaku, bukan berarti itu benar. Apalagi jika dikatakan boneka itu malah menganjurkan untuk semakin rajin beribadah, bisa menginspirasi dan memberikan ketenangan. Sebab boneka adalah benda mati, tak mungkin bisa bicara. Kecuali jika ada jin yang bersemayam di dalamnya. Maka mempercayai dan meyakini bahwa boneka itu bisa menjadi spirit baginya, jelas itu sebuah kesyirikan.
Dengan begitu mengadopsi boneka semacam ini jelas diharamkan. Mengadopsi boneka arwah jelas menjadi musibah, Bahkan bisa dikatakan sebagai musibah terbesar bagi kaum muslimin. Sebab dosa syirik adalah dosa yang tidak akan diampuni.

Allah Swt berfirman

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa: 48)

إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

“Sesungguhnya orang yang berbuat syirik terhadap Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun” (QS. Al Maidah: 72).

Syirik bukan hanya bermakna menyembah (beribadah) kepada selain Allah Swt. Tetapi syirik juga bisa bermakna menggantungkan harapan dan dambaan kepada selain Allah Swt. Karena, perbuatan tersebut mengingkari kemahakuasaan dan kemahasempurnaan-Nya. Karena itulah Islam memandang syirik sebagai muara dari berbagai kejahatan dan penyelewengan.

Butuh Peran Negara

Fenomena adopsi boneka arwah yang kian menggejala ini bukan persoalan sepele. Sebab paham liberalisme yang menjadi sumbernya kian banyak digandrungi. Tak mudah untuk membasminya secara personal ataupun kelompok, sebab paham liberalisme ini seolah justru dilegalisasi.

Beberapa kebijakan yang dibuat diyakini mengakomodir paham ini. Seperti permendikbudristek no 30 tahun 2021, RUU TPKS, dan moderasi beragama yang kian kencang disuarakan. Artinya sistem negara ini justru menjadi wadah berkembangnya paham liberal yang merusak ini.

Karena itu jalan satu-satunya untuk mengubah kondisi ini adalah dengan mengganti sistem negara ini dengan sistem Islam. Sebab hanya dengan sistem Islam, kesyirikan itu bisa diberantas. Hanya dengan Islam, kesyirikan itu akan musnah. Karena tak ada sistem lain di dunia ini yang memperhatikan kebersihan akidah dengan sangat ketat kecuali Islam.
Maka memperjuangkan penerapan sistem Islam secara kafah dalam bingkai Khilafah mutlak diperlukan. Tanpanya umat akan terus digerogoti akidahnya. Kian lemah dan semakin lemah hingga akhirnya Islam tak lagi terlihat ketinggiannya dan tak tampak lagi bedanya dengan agama yang lain. Naudzubillahi min dzalik.


Penulis: Kamilia Mustadjab

Posting Komentar

0 Komentar