Geliat pertumbuhan isu moderasi beragama terus bergaung di mana-mana, menyentuh hampir di setiap sisi ruang kehidupan umat, bahkan menghasilkan perkawinan simbiosis mutualisme satu sama lain. Moderasi beragama menjadi salah satu isu sentral yang wajib dibumikan ke seluruh pelosok wilayah Indonesia.
Setelah kaum wanita dewasa digempur dengan perkawinan isu moderasi beragama dengan pengarusutamaan gender (PUG) kini sasaran utama gempuran isu moderasi beragama beralih kepada anak-anak usia dini.
Dengan dalih bahwa anak-anak usia dini mulai terpapar atau terdampak isu radikalisme dan terorisme, menjadi korban dari tindak kejahatan terorisme kedua orangtuanya (menurut mereka). Tak tanggung-tanggung gempuran isu moderasi beragama ini dilegalisasi resmi oleh negara.
Ruang baru kehidupan moderasi beragama mulai diciptakan, istilah-istilah baru yang terkesan dipaksakan mulai dihadirkan ke telinga-telinga umat. Salah satu sisi yang tak luput dari sasarannya adalah sisi yang terkait dengan dunia pendidikan dan pengasuhan atau parenting yaitu pola pengasuhan dasar untuk anak-anak usia dini. Pola pengasuhan dasar memang sangat dekat dengan kehidupan anak-anak juga para ibu sebagai pendidiknya. Pola pengasuhan dasar juga mempunyai peran yang sangat vital dalam membentuk pola pikir dan pola sikap seseorang kelak.
Model pola pengasuhan yang mereka hadirkan di ruang kehidupan ini mereka beri nama Parenting Kebangsaan. Sebuah model pola pengasuhan kepada anak-anak usia dini yang memiliki tujuan menanamkan rasa nasionalisme kepada anak-anak sejak dini dari lingkungan keluarga. Metode Parenting Kebangsaan ini dilengkapi juga dengan Si Kumbang semacam kartu untuk mengukur sejauh mana anak usia nol sampai empat tahun bisa memahami dan mengenal wawasan kebangsaan (antaranews.com, 2/11/21).
Model pola pengasuhan dengan Parenting Kebangsaan ini dikenalkan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, untuk merealisasikan program parenting tersebut, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik menggandeng Kampung KB (Keluarga Berkualitas) yang sudah ada di tiap kelurahan, program ini kemudian disinergikan juga pada Program Bina Keluarga Balita. Termasuk dalam paket Parenting Kebangsaan ini terdapat modul yang disusun oleh akademisi dan psikolog yang diharapkan dapat menjadi panduan orang tua dalam menjalankan pola asuh berwawasan kebangsaan ke anak.
Diharapkan hasil dari Parenting Kebangsaan dapat memberikan penguatan wawasan kebangsaan sejak dini yang nantinya menumbuhkan semangat dan jiwa nasionalisme yang lebih kuat kepada anak saat mereka tumbuh dewasa.
Mencermati secara umum saja dari model Parenting Kebangsaan, kita tidak dapat memungkiri jika model pola pengasuhan seperti ini merupakan anak cabang (turunan) dari program mega proyek moderasi beragama yang sedang dimasifkan oleh negara, dimana anak-anak usia dini dijejalkan dengan berbagai wawasan kebangsaan agar memiliki sikap moderat dalam beragama, yang akhirnya diharapkan akan mengikis atau memotong bibit radikalisme dalam beragama menurut mereka.
Sehingga Ketika anak-anak ini tumbuh dewasa akan lebih mengedepankan, memosisikan nasionalisme di tempat yang paling tinggi dalam pola pikir dan pola sikapnya ketimbang memosisikan pola pikir dan pola sikapnya sehari-hari pada aturan syariat Islam yang menyeluruh yang justru mereka anggap sebagai bibit radikalisme. Bahkan bisa disimpulkan juga secara tidak langsung model metode Parenting Kebangsaan ini bertujuan untuk menjauhkan umat dari melaksanakan aturan syariat secara menyeluruh, meninggalkannya dan bahkan bisa jadi tidak mengenali sama sekali hakikat daari agama yang dianut umat Islam itu sendiri, sungguh sangat miris.
Program-program turunan semacam ini terus menerus dideraskan kepada benak umat Islam dengan iming-iming dapat mewujudkan keluarga yang berkualitas yang diidam-idamkan banyak keluarga saat ini tak terkecuali diidam-idamkan juga oleh keluarga umat Islam. Sayangnya program-program semacam inilah yang tidak cukup disadari oleh umat muslim disebabkan adanya keterbatasan pengetahuan yang baik tentang gambaran Islam yang utuh dan menyeluruh diperparah dengan rapuhnya fondasi akidah yang ada pada setiap keluarga umat Islam sekarang ini menjadi sebuah peluang yang besar bagi keberhasilan model Parenting Kebangsaan ini menyelinap masuk ke bilik-bilik rumah keluarga umat Islam dan merusak penghuninya secara perlahan dan pasti.
Padahal, kalaupun pada akhirnya anak-anak sedari dini sudah memiliki wawasan kebangsaan yang baik di mata mereka, sesungguhnya tidak akan mampu mewujudkan keluarga berkualitas seperti yang diharapkan selama ini, jika hanya sekedar wawasan tanpa meninggalkan jejak yang memengaruhi pola sikap di kehidupannya sehari-hari dan berimbas pada kehidupannya di akhirat nanti, bahkan tidak pula menyelesaikan problematika kehidupannya maka untuk apa Parenting Kebangsaan ini ada? Apakah hanya sekedar agar seseorang tidak dilabeli sebagai seseorang atau berasal dari keluarga yang radikal dan teroris? Tetapi pada kenyataannya secara kepribadian jauh dari pribadi yang bernilai di mata Allah? Sungguh sangat disayangkan jika hal ini menimpa bagi kita, umat Islam.
Sadar, jika hal semacam ini terus menerus dideraskan akan semakin membahayakan kualitas keluarga umat Islam karena akan membuat keluarga muslim terjerumus dalam pola pikir dan sikap yang jauh dari Islam, lalu apa yang seharusnya kita lakukan? Tentunya dengan melawan arus penderasan yang kian masif ini, meski bukan perkara yang mudah tetapi bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dilakukan.
Jika moderasi beragama dengan segala turunannya termasuk yang diangkat dalam tulisan ini dianggap sebagai jalan keluar untuk mencapai terwujudnya Human Development dengan strategi pembangunan karakter sesungguhnya Islam memiliki strategi pembangunan karakter yang shahih dan telah terbukti keberhasilannya sejak 1400 tahun yang lalu.
Human Development dalam Islam bukan dengan jalan memoderasi agama Islam itu sendiri, mengotak-atik aturan Syariat Allah lalu kemudian merekontekstualisasinya menjadi seolah-olah selaras dengan perkembangan zaman tetapi justru sebaliknya Human Development di dalam Islam akan tercapai jika setiap dari umat muslim memiliki kepribadian Islam yang utuh dan menyeluruh, taat sepenuhnya pada aturan Syariat Allah dan selaras antara pola pikir dengan pola sikapnya. Kepribadian Islam inilah yang kemudian menjadi tolok ukur kualitas pribadi umat Islam dan tentunya di kemudian hari akan membentuk keluarga yang berkualitas dunia dan akhirat.
Bagaimana kepribadian Islam dapat diwujudkan dalam setiap pribadi dan keluarga umat Islam? Pertama kali yang dilakukan adalah membenahi dan atau menginstal ulang pola pikir yang ada pada setiap pribadi umat Islam yang selama ini kacau balau dengan memberikan, menanamkan pemahaman dan cara berfikir yang benar dan tepat sesuai dengan akidah Islam.
Agar dapat berfikir dan memiliki pemahaman yang benar dan tepat hal yang pertama kali diinstal dalam setiap pribadi umat Islam adalah fondasi keimanannya kepada Allah, bagaimana setiap pribadi umat Islam benar-benar menyakini keimanannya kepada Allah, berserah sepenuhnya dengan apa-apa yang telah Allah berikan dan menyandarkan aktivitas sehari-harinya semata-mata hanya untuk mengharap ridho Allah, tanpa perlu berfikir apakah keyakinannya ini membawa manfaat bagi dirinya atau tidak.
أَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ ءَامِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَٱلْكِتَٰبِ ٱلَّذِى نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ وَٱلْكِتَٰبِ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ مِن قَبْلُ ۚ وَمَن يَكْفُرْ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَٰلًۢا بَعِيدًا
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. [Qs.An-Nisa ayat 136].
Ketika setiap pribadi telah memiliki fondasi keimanan yang kuat dan kokoh maka secara alami pola sikapnya akan mewujud sesuai dengan pola pikirnya menjadi seorang pribadi yang kuat, kokoh, tangguh dan berkarakter, kecenderungan sikapnya otomatis akan selalu bersandar pada asas Islam dan aturan syariat Islam sehingga pribadi-pribadi umat Islam ini tentunya akan mampu membentuk sebuah keluarga yang berkualitas dunia dan akhirat dan kemudian terciptalah Human Development yang berkarakter khas, kokoh dan kuat dan mampu menyelesaikan setiap problematika kehidupannya dengan penyelesaian yang tuntas dan komprehensif.
Tak lupa, upaya untuk meningkatkan kepribadian Islam juga termasuk dalam satu kesatuan yang utuh dalam rangka senantiasa menjaga kualitas kepribadian Islam. Dengan cara meningkatkan kualitas pola pikir melalui penambahan khazanah ilmu-ilmu Islam yang benar kemudian diikuti dengan terus berupaya untuk menjaga pola sikapnya dengan melatih diri agar senantiasa berbuat taat dan terikat dengan aturan-aturan Islam dalam segala hal, melaksanakan amalan-amalan ibadah, baik yang wajib maupun yang sunnah, serta membiasakan diri untuk meninggalkan yang makhruh dan syubhat apalagi yang haram.
Islampun menganjurkan agar setiap pribadi umat Islam senantiasa berakhlak mulia. Bersikap wara’ dan qana’ah agar mampu menghilangkan kecenderungan yang buruk dan bertentangan dengan Islam. Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman :
مَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيهِ ، وَمَا يَزالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أحْبَبْتُهُ ، كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ ، ويَدَهُ الَّتي يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإنْ سَألَنِي أعْطَيْتُهُ ، وَلَئِن اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ
Dan tidaklah seorang hamba mendekat kepada-Ku yang lebih aku cintai daripada apa-apa yang telah Aku fardhukan kepadanya. Hamba-Ku terus-menerus mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah Sunnah, hingga Aku pun mencintainya. [HR al-Bukhari dari Abu Hurairah]
Maka sesungguhnya umat Islam tidak membutuhkan moderasi beragama dengan segala bentuk turunannya, apalagi sampai disibukkan dengan program-program dan propaganda-propaganda isu moderasi beragama yang menyesatkan dan menjauhkan umat Islam dari menjalankan aturan Syariat Allah secara komprehensif. Justru seharusnya umat Islam waspada terhadap penderasan isu moderasi beragama ini yang semakin hari terus bergerak menyelinap masuk hingga ke pintu ruang keluarga dan model pola pengasuhan anak dan membawa dampak kehancuran bagi keluarga umat Islam.
Sudah sepatutnya isu moderasi beragama ini ditinggalkan dicampakkan oleh umat Islam karena sedikitpun tidak membawa dampak positif dan kemaslahatan dunia dan akhirat. Justru yang seharusnya umat Islam lakukan adalah untuk senantiasa tetap fokus terus berupaya mewujudkan pribadi yang memiliki Kepribadian Islam yang utuh, kuat dan kokoh dengan menjalani seluruh perintah dan larangan yang telah Allah tetapkan dan menyandarkan segala aktivitasnya hanya untuk mengharapkan ridho Allah semata.
Dan yang tak kalah pentingnya agar mewujud dalam diri seseorang dengan Kepribadian Islam yang utuh yang menjaganya senantiasa dalam keimanan yang kokoh adalah kehadiran sebuah pilar ketiga dari tiga pilar, yaitu pilar negara yang memastikan setiap pribadi umat Islam menjalankan sepenuhnya seluruh perintah dan larangan Allah, pilar negara juga mempunyai peran yang vital untuk menciptakan suasana keimanan dalam ruang hidup umat Islam dengan seluruh kebijakannya yang semata-mata hanya mementingkan kemaslahatan umat, karena mengandalkan hanya pada pilar pribadi dan masyarakat saja tidaklah cukup bahkan timpang tanpa adanya pilar negara.
Pilar negara yang dimaksud tentunya adalah sebuah negara yang menerapkan sistem Islam secara sempurna dan menyeluruh yaitu sebuah negara yang berada dalam naungan Khilafah Islamiyah.
Inilah sebuah bentuk pencapaian Human Development, Pembangunan Karakter yang sempurna dan hakiki yang semestinya terwujud di dalam ruang hidup umat Islam.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱدْخُلُوا۟ فِى ٱلسِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. [Qs.Al-Baqarah ayat 208]
Wallahu a’lam bish showwab.
Oleh Sari Hermalina Fitri, SE
0 Komentar