Allah dan Rasul-Nya Ku Bela , Agar Kelak Bersama-Nya di Surga

 

Penistaan terhadap agama Islam kembali terjadi, hal tersebut yang dilaporkan oleh Ketua Umum DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Haris Pertama. Ia melaporkan pegiat media sosial, Ferdinand Hutahean ke Bareskrim Polri terkait cuitannya di Twitter pribadinya soal ‘Allahmu lemah harus dibela’.

Ferdinand dilaporkan terkait penyebaran informasi bermuatan permusuhan berdasarkan SARA dan pemberitaan bohong atau hoaks yang dapat menerbitkan keonaran di kalangan masyarakat. (cnnindonesia.com, 05/01/2022).

Sepakat dengan Haris Pertama, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas menegaskan bahwa cuitan kontroversial pegiat media sosial Ferdinand Hutahean telah menyakiti umat Islam. Anwar mengaku sangat menyesalkan komentar sinis yang disampaikan Ferdinand dalam cuitannya tersebut. (cnnindonesia.com, 05/01/2022).  

Meskipun Ferdinand telah mengklarifikasi bahwa cuitannya tersebut tidak bermaksud untuk menghina atau menyasar agama tertentu. Cuitan itu, kata mantan politikus Partai Demokrat tersebut, berdasarkan dialog imajiner antara hati dan pikirannya saat kondisinya tengah lemah.

Tentu saja alasan tersebut tidak bisa diterima begitu saja. Setelah banyak yang merespon dan melaporkannya ke pihak yang berwenang, berbagai macam sanggahan pun dikeluarkan. Seringkali atas nama kebebasan berbicara atau berpendapat, menjadikan agama sebagai bahan olok-olok. Liberalisme atau paham kebebasan sudah menjadikan penganutnya tidak lagi mengenal batasan, karena memang bagi mereka kebebasan adalah segala-galanya. Sebut saja Ade Armando, Arya Permadi atau Abu Janda, Denny Siregar yang secara terang-terangan menghina dan merendahkan agama Islam dan hingga kini mereka belum tersentuh hukum.     

Allah memang ‘tidak perlu dibela’, siapa lah kita yang hanya seorang manusia yang tidak lain hanyalah bagian kecil dari ciptaan-Nya. Begitu Perkasa dan Maha Besar Allah sehingga tidak memerlukan pembelaan dari siapapun, apalagi dari mahluk ciptaan-Nya. Namun sebagai hamba-Nya yang mengaku beriman tentunya wajib untuk membela agamanya saat dihina atau dinistakan. Jadi membela Allah yang dimaksudkan adalah membela agamanya sendiri, jika bukan umatnya yang membela lantas siapa lagi?

Dari Ali bin Abi Thalib ra: “Bahwa ada seorang wanita Yahudi yang sering mencela dan menjelek-jelekkan Nabi Saw. Maka (Oleh karena perbuatannya tersebut), wanita itu dicekik sampai mati oleh seorang laki-laki. Ternyata Rasulullah Saw menghalalkan darahnya.” (HR. Abu Dawud).

Allah Subhanahu wata’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan meyediakan baginya siksa yang menghinakan. Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. Al Ahzab:57-58). Dan termasuk  menyakiti Allah dan Rasul-Nya, yaitu melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak diridhai Allah dan tidak dibenarkan Rasul-Nya seperti kufur, mendustakan kenabian, dan sebagainya.

Jika ada seorang yang menyatakan agama tidak perlu dibela, Allah itu tidak perlu dibela, tentu ini adalah sebuah narasi yang mengandung ‘penyesatan’. Jika seorang muslim yang berujar demikian, nampak jelas kehidupannya yang jauh dari tuntunan agama. Ia hanya menempatkan masalah Ketuhanan cukup di ranah pribadi, tidak perlu untuk dibawa-bawa hingga ke ranah publik. Sehingga terlihat tabu dan sangat tidak pantas masalah yang berkaitan dengan agama atau ketuhanan di ekspos sedemikian rupa.

Padahal amat jelas perintah membela Allah dan Rasul-Nya ada di dalam Al-Quran, di dalam surat Al-Hajj ayat 40 Allah berfirman: “Sungguh Allah akan menolong orang yang membela-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”

Allah Ta’ala juga berfirman: “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolong kalian dan mengokohkan kaki kalian.” (QS. Muhammad: 7).

Adanya upaya-upaya dari musuh-musuh Islam untuk menjauhkan umat dari Islam dan ajarannya tentu patut dicermati. Upaya memadamkan cahaya Islam tersebut tidak hanya dilakukan oleh mereka yang terang-terangan memusuhi Islam (orang kafir), tetapi juga oleh mereka yang mengaku sebagai muslim. Berbagai macam cara dilakukan agar umat merasa tidak perlu untuk mengenal apalagi sampai memahami  akan ajarannya sendiri. Pendangkalan akidah, monsterisasi ajaran Islam diantaranya jihad dan islam kaffah, juga narasi-narasi kebencian dan penuh penyesatan makna seperti yang dilontarkan Ferdinand bahwa ‘Allahmu lemah sehingga perlu dibela’. Sehingga pelan tapi pasti, sedikit demi sedikit umat akan menjauh dari Islam yang sebenarnya.

Jika agama atau Allah dan Rasul-Nya tidak perlu dibela, maka kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar akan lenyap di muka bumi dan inilah yang diinginkan oleh musuh-musuh Islam. Siapapun bisa melihat dengan jelas tujuan dari musuh-musuh Islam adalah untuk mendiamkan setiap kemungkaran. Sehingga setiap orang yang melakukan kemungkaran tidak perlu takut, karena mereka aman. Demikian yang diungkapkan oleh Ustaz Ammi Nur Baits selaku Dewan Pembina Konsultasi Syariah. (konsutasisyariah.com)    

Pemikiran sekularisme yang tertancap di benak umat sedemikian rupa telah membuat mereka lupa bahwa agama (Islam) hadir di muka bumi untuk menyelesaikan segala problematika yang ada. Datangnya Islam selain untuk menyempurnakan ajaran-ajaran sebelumnya, juga sebagai pembeda dan petunjuk di dalam kehidupan.  Oleh karenanya Islam berbeda dengan agama-agama samawi sebelumnya. Islam bukan hanya agama spiritual yang mengatur bagaimana caranya beribadah kepada Tuhannya tetapi Islam juga agama siyasi, yang artinya di dalam Islam terdapat aturan-aturan secara komprehensif untuk mengatur kehidupan, tidak hanya kehidupan pribadi atau inividu tapi kehidupan secara umum.  Wallahualam.

Oleh Elif Shanum

 

Posting Komentar

0 Komentar