Bersahabat dengan Anak

 



Memiliki anak adalah anugerah dan karunia terindah bagi setiap orang tua. Anak tersebut menjadi penyejuk mata, mereka asuh dan didik hingga tumbuh besar. Orang tua mengasuh dan mendidik anak mereka dari bayi hingga besar menjadi kenangan indah yang sulit untuk dilupakan. Tingkah pola anak mereka yang lucu non polos, menjadi penghibur orang tua di kala penat bekerja untuk mencari nafkah dalam rangka memenuhi kewajibannya sebagai orang tua.
Seiring berjalannya waktu, anak tersebut tumbuh besar dan menuju usia baligh. Di usia baligh anak sudah memiliki keinginan dan persepsi yang berbeda dengan orang tuanya. Perbedaan ini kadang menimbulkan sedikit perselisihan dan permasalahan. Orang tua yang memiliki anak yang beranjak dewasa pastinya diliputi rasa kekhawatiran dan was-was, apalagi pergaulan remaja saat ini yang rusak parah. Membuat orang tua perlu memberikan aturan super ketat kepada anak mereka. Semua itu mereka lakukan semata-mata untuk menjaga anak mereka dari hal-hal buruk yang ada disekitarnya.
Aturan orang tua yang super ketat inilah membuat sang anak merasa tidak nyaman dan terkekang, sehingga munculnya sikap anak yang dianggap orang tua tidak patuh dan agak membangkang. Disinilah kemudian muncul keretakan hubungan antara anak yang beranjak dewasa dengan orang tua. Perselisihan ini kerap terjadi dikarenakan terhambatnya komunikasi dari keduanya. Satu sisi sang anak menganggap orang tua terlalu otoriter dan menganggap mereka anak kecil, sedangkan sang anak merasa sudah besar dan mandiri.
Menghadapi permasalahan ini, sebagai orang tua harus bijak dalam menyikapinya. Menjaga anak dari berbagai dampak negatif pergaulan dan lingkungan memang menjadi kewajiban orang tua. Namun yang perlu di pahami adalah orang tua harus bisa memposisikan dirinya dihadapan anak sebagai teman atau sahabat. Karena anak yang sudah beranjak dewasa enggan diperlakukan seperti anak kecil yang selalu diatur, walaupun sang anak mengetahui bahwa ini adalah bentuk kasih sayang orang tua mereka kepadanya.
Serangan budaya barat dan menjadikan idola artis korea memang kerap menjadi fenomena yang sedang melanda remaja saat ini. Perlu strategi yang jitu untuk menghadapi anak yang kecanduan “demam korea” ini misalnya. Yaitu dengan cara sering-seringlah meluangkan waktu buat sang anak untuk sekedar ngobrol atau mendengarkan cerita sang anak tentang idola mereka. Menjadi pendengar yang baik adalah langkah awal bagi orang tua untuk menjalin kedekatan emosional kepada anak yang menuju usia baligh/ sudah baligh.
Dengan menjadi pendengar yang baik, sang anak merasa orang tuanya peduli dengan dirinya dan memudahkan juga bagi orang tua untuk memberikan arahan dan masukan kepada sang anak. Ada baiknya orang tua menyelami dunia sang anak yang memang jauh dari dunia orang tua. Menyelami dunia anak remaja dengan mencari informasi terkait kegemaran dan hobi yang digemari oleh anak. Kemudian dari informasi tersebut kita membangun komunikasi yang baik bak seorang teman atau sahabat, bukan orang tua dan anak.
Orang tua harus mampu memposisikan diri sebagai sahabat agar anak mau terbuka dan bercerita tentang apa yang mereka hadapi untuk kemudian mencari solusi bersama. Selain itu, orang tua juga memantau anak tanpa disertai sikap yang otoriter agar anak tidak merasa terkekang. Orang tua juga harus membangun kesadaran anak bahwa mereka yang sudah baligh akan mempertanggungjawabkan apa yang dia lakukan kelak di hadapan Allah swt.
Ketika sang anak sudah menganggap orang tua adalah sahabat baginya, maka dengan mudah kita dapat mengajak sang anak untuk berfikir benar terkait kegemaran/atau hobi yang sedang dia gandrungi. Tanpa ada tekanan untuk menyalahkan dan menyudutkan mereka terhadap apa yang mereka sukai, tetapi memberi arahan yang terbaik sebagai layaknya seorang sahabat.
Sang anak pun ketika mendengarkan masukan dan arahan dari sahabatnya (orangtua), mereka bisa menerimanya karena menganggap sahabatnya menginginkan yang terbaik untuknya. Dengan cara ini orang tua dapat mengarah sang anak untuk dapat menghadapi tantangan zaman dengan pemahaman akidah yang benar. Memberikan rasa kepercayaan dan harapan bahwa kelak ia menjadi bagian dari generasi khoiru ummah seperti halnya generasi emas yang lahir di masa kejayaan Islam.
Rasulullah bersabda,”Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya,sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian”
Hadis diatas menegaskan bahwa, orangtua tidak bisa mendidik anak-anak mereka dengan pola pendidikan seperti zaman mereka. Perubahan zaman ini berdampak juga pada perubahan cara mendidik dan berkomunikasi dengan anak. Inilah yang menjadi “PR” besar bagi kita sebagai orang tua untuk senantiasa mencari ilmu pengetahuan dalam membersamai anak-anak kita siap menghadapi tantangan zaman.
Bukankah Islam telah memberikan petunjuk yang lengkap dan rinci kepada orang tua bagaimana seharusnya mendidik anak dari mereka baru lahir hingga menghantarkan mereka di usia baligh. Mendidik anak sesuai zaman tetap dengan berpegang pada petunjuk yang telah digariskan oleh syariat Islam. Oleh karena itu, menanamkan akidah yang kokoh sedari kecil menjadi salah satu pondasi kuat bagi sang anak ketika menuju usia dewasa.
Perkembangan zaman dengan berbagai tantangannya menjadi ujian kehidupan yang harus dihadapi oleh anak-anak kita. Berbekal akidah yang kuat yang tertanam sebagai pola pikirnya dan pengasuhan pendidikan yang sesuai dengan aturan Allah swt yang dilakukan oleh orang tua, menjadi modal bagi mereka untuk bisa menghadapi semua tantangan tersebut.
Mereka hidup didalam sistem kapitalis yang rusak dan merusak, menjadi tantangan bagi orang tua untuk mempersiapkan anak-anak mereka untuk menjadi generasi yang akan mengganti sistem yang rusak dengan sistem Islam (khilafah). Tidak ada yang tidak mungkin, selama keimanan dan ketakwaan menjadi landasan bagi para orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak-anak mereka. Karena ditangan merekalah masa depan peradaban Islam akan kembali bersinar.
Oleh karena itu, para orang tua azzamkanlah diri kita untuk senantiasa menjadi pembelajar sejati dan mampu mendidik anak sesuai zamannya serta sesuai dengan kehendak sang pemberi amanah. Menjadi sahabat bagi anak, kenapa tidak. Wallahualam Oleh : Siti Rima Sarinah
_____
Yuk raih amal saleh dengan menyebarkan postingan ini sebanyak-banyaknya.
Follow kami di

Posting Komentar

0 Komentar