Pro-kontra rencana pemindahan ibu kota negara (IKN) dari Jakarta ke Pulau Kalimantan tepatnya di wilayah Kalimantan Timur kembali memanas setelah disahkannya UU IKN beberapa waktu lalu. Sebagian masyarakat menuding UU IKN tersebut dibuat atas kepentingan segolongan pihak saja tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat, lantas bagaimana pendapat tokoh terkait isu ini?
Pada rubrik Suara Muslimah kali ini, tim redaksi Muslimah Jakarta telah mewawancarai Hj Aida Yudiastuti
(Bendahara DPD Partai Umat Kab Bogor), berikut hasil wawancaranya.
Pertanyaan:
Tanya: Bagaimana tanggapan Ibu soal wacana pindahnya IKN?
Jawab: Wacana pemindahan IKN jelas merupakan puncak kezaliman rezim ini terhadap rakyatnya.
Tanya: Sudah tepatkah keputusan pemerintah untuk memindahkan ibu kota negara dalam situasi dan kondisi seperti saat ini?
Jawab: Saya rasa adanya wacana IKN kurang tepat saat ini, di tengah2 masyarakat Indonesia yang sedang menghadapi ujian pandemi dan beban hidup yang tinggi, akibat adanya PHK dan perekonomian yang morat-marit, selain itu hutang negara yang menggunung, berakibat pajak yang tinggi dan mencekik rakyat. Jadi amat mengherankan jika perpindahan IKN ini dilakukan.
Tanya: Ada beberapa pihak yang menuding bahwa proyek IKN baru merupakan megaproyek oligarki yang mengancam keselamatan rakyat, bagaimana tanggapan ibu?
Jawab: Perpindahan IKN memang terasa sangat kental diusung oleh kepentingan Oligarki. Seolah mengabaikan kepentingan rakyat, dan cenderung berpihak pada kepentingan mereka, jelas perpindahan IKN ini menjadi mega proyek oligarki, yang menjadikan rakyat menjadi tumbal bayar hutang yang diakibatkan oleh kepentingan Oligarki.
Tanya: Islam adalah agama yang lengkap yang juga mengatur urusan negara, lantas bagaimana pandangan Islam tentang perpindahan ibu kota negara ini?
Jawab: perpindahan IKN adalah hal yang boleh-boleh saja sebenarnya. Dalam Islam semua pembangunan (termasuk adanya pembangunan IKN) adalah untuk membangun peradaban manusia. Yang sejahtera baik dzohir maupun batinnya, terpenuhi kebutuhan masyarakat (manusia) sesuai fitrahnya.
Namun sayangnya yang terjadi sekarang justru perusakan dengan eksploitasi alam yang sangat rakus dan yang lebih parah mengesampingkan dampak kerusakan alam yang ditimbulkan. Sehingga dalam sistem saat ini (kapitalisme) tujuan pembangunan (peradaban manusia yang baik) tidak terwujud.
Tanya: Adakah contoh kasus yang serupa (pindah IKN) di masa Islam berjaya?
Jawab: Pernah terjadi di masa kekhilafahan Abasiyah, pusat pemerintahan pindah dari Damaskus ke Baghdad dengan tujuan mengembangkan/memperluas syiar agama Islam dan untuk menambah kejayaan di daerah baru. Bukan untuk menambah hutang baru seperti IKN saat ini (di Indonesia), yang menyengsarakan rakyatnya dengan hutang yang tambah menumpuk.
Tanya: Adakah pakem/aturan khusus dalam Islam ketika hendak memindahkan IKN?
Jawab: Tentu saja ada, karena memang kehadiran Islam di manapun di muka bumi ini pasti menjadi "rahmatan lil'alamin" untuk seluruh makhluk-Nya, dengan tujuan manusia ber-tauhid dan menjadi pemimpin/khalifah yg diridhoi ALLAH SWT.
Tanya: Bagaiamana seharusnya sikap masyarakat Indonesia dalam menyikapi wacana pemindahan IKN ini?
Jawab: Sebagai masyarakat mayoritas di NKRI ini, umat Islam harus kuat dan tidak hanya menjadi obyek penderita, setelah menimbang dan mengikuti perkembangan ekonomi negara yang semakin terpuruk, sudah sepantasnya umat Islam punya strategi & "daya tawar kuat" dengan bersikap serta bertindak keras atas ketidaksetujuan perpindahan IKN ini, yang lebih banyak mudhorotnya daripada manfaatnya. Tidak ada kebaikan di dalamnya, dari segi pembangunan manusia seutuhnya yang sejahtera terutama Pribumi.
IKN hanya nafsu sesaat yang mengabaikan kepentingan Rakyat dan NKRI yang berdaulat. Negara semakin berat dengan hutang, dan sumber penghasilan rakyat terbatas untuk Pribumi. Karena kegiatan proyek pembangunan IKN orientasi hanya membangun infrastruktur dan tenaga pembangunan tersebut diperuntukkan untuk TKA.
Yang paling penting sebagai catatanan, dan sebagai tekanan keras jangan sampai rezim ini mengoalkan non Muslim menjadi Pemimpin Umat mayoritas Muslim di Negeri ini. [WID]
0 Komentar