Impor Sekularisasi, Apa Yang Diinginkan Arab Saudi?



Arab Saudi mengalami reformasi secara masif diberbagai kebijakan dibawah otoritas Putra Mahkota Muhammad bin Salman (MBS). MBS  yang dinobatkan pada 20 Juni 2017 pasca kesehatan ayahnya, Raja Salman menurun resmi menjadi penerus tampuk kekuasaan Arab Saudi menggantikan Muhammad bin Nayef. MBS mengawali karir politiknya sebagai Gubernur di Riyadh pada usia 31 tahun dan kemudian menjabat sebagai Menteri Pertahanan termuda di dunia.


MBS yang dikenal dengan citranya sebagai reformator, dia juga dikenal dengan tokoh garis keras. Citranya sebagai reformator terbentuk ketika dia menduduki posisi kepala dewan yang memimpin reformasi ekonomi Arab Saudi. Proyek yang dikenal dengan sebutan “Visi 2030”. Selama menjabat sebagai Putra Mahkota itu melakukan modernisasi di bidang ekonomi demi melepaskan diri dari ketergantungan produksi minyak.


Salah satu reformasi kebijakan yang dilakukan oleh MBS adalah, pagelaran Tari Samba yang menuai polemik. Pasalnya sejumlah warga Arab Saudi menilai pakaian wanita penari Samba terlalu minim. Arab saudi yang dikenal sebagai negara berbasis agama tampaknya perlahan “mengimpor”sekularisasi di negara tersebut dibawah kekuasaan MBS.


Bukan hanya itu, otoritas Saudi perlahan mulai mengurangi aturan-aturan konservatif di negara itu. Dengan mulai mengizinkan perempuan menggunakan bikini saat berkunjung ke pantai, membolehkan perayaan Natal dan Tari Samba. Pemerintah Saudi juga melakukan instruksi MBS yang  mulai melek dan terbuka terhadap perlindungan kaun perempuan dan memberikan hak-hak mendasar kepada kaum perempuan disana (CNN Internasional, 13/01/2022)


Aroma modernisasi mulai tercium kala tampuk kekuasaan Arab Saudi diberikan kepada MBS. Dengan merubah total semua kebijakan terutama terkait aktifitas perempuan diruang publik. Perempuan dengan aturan yang ketat dianggap mengekang ruang geraknya dalam beraktifitas. Oleh karena, ia membolehkan perempuan menyetir mobil sendiri dan melakukan perjalanan tanpa mahram. Ia juga mulai getol memperjuangkan hak-hak kaum perempuan agar posisinya sederajat dengan kaum pria.


Beberapa pelonggaran yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Saudi ini tak lepas dari rencana investasi negara tersebut. Karena visi 2030, adalah visi besar MBS yang ingin merubah wajah Arab Saudi  menjadi negara yang menganut modernisasi demi investasi.


Visi Saudi 2030 yang dicanangkan oleh MBS terwujud dalam pelonggaran kehidupan umum masyarakat Arab. Dimulai dari pengarusutamaan gender dalam kehidupan sosial budaya, penanaman investasi besar-besaran, hingga bebrbagai kebijakan yang mendukung perbaikan dan peningkatan di sektor hiburan dan pariwisata. Semuanya adalah dalam rangka mendukung tercapainya visi tersebut.


Profesor Kajian Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi menuturkan Arab Saudi sedang mencoba mengubah sumber keuangan mereka dari minyak ke sektor lain, yaitu sektor hiburan dan pariwisata. Sektor ini menjadi alternatif baru bagi pendapatan negara. Sehingga MBS harus memastikan negaranya menjadi negara yang modern dan menjadi tempat yang nyaman bagi para pengunjung dari Barat.


Arab Saudi hanyalah salah satu dari negeri-negeri muslim yang mengadopsi modernisasi demi investasi. Seperti kita ketahui bahwa Arab Saudi memiliiki kekayaan alam layaknya Indonesia. Ini yang menyebabkan para investor berbondong-bondong menawarkan kerjasama dalam bentuk investasi. Bak gayung bersambut Arab Saudi pun melalui kekuasaan MBS menyambut tawaran investasi tersebut.


Untuk itulah MBS bertekad untuk membawa perubahan pada Saudi. Bila selama ini Saudi dikenal sebagai negara yang ultrakonservatif, ekslusif, dan indentik dengan Wahabisme. Maka MBS menjanjikan Saudi menjadi inklusif dan moderat, serta untuk memodernisir negara kerajaan  tersebut adalah dengan kembali ke Islam Moderat. Inilah gebrakan Saudi untuk mengubah citra ekslusif yang sebelumnya disematkan di negara kaya minyak tersebut.


Hal ini membuktikan Arab Saudi dan negeri-negeri Muslim lainnya telah terjebak dalam proyek moderasi Islam yang dilancarkan oleh negara Barat, AS dan sekutunya. Berbagai upaya dilakukan Barat agar dunia Islam masuk dalam jebakan yang mereka buat.  Proyek ini menyasar agama Islam yang menganggap ajarannya sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman saat ini. Ajaran Islam dituding sebagai penginspirasi radikalisme dan terorisme yang tidak sejalan dengan nilai-nilai perdamaian dan kebangsaan.


Ide pengarusan moderasi Islam  memang menjadi proyek besar yang sejalan dengan rancangan AS dalam Rand Corporation untuk membangun jaringan Muslim moderat yang pro Barat di seluruh dunia. Dalam dokumen Rand Corporation disebutkan agar dunia Islam tidak menjadi ancaman bagi Barat, maka harus dibuat ramah dengan demokrasi. Oleh karena itu, Barat melakukan pemetaan kekuataan dan pemetaan kelompok Islam untuk mengetahui siapa lawan dan siapa kawan. 


Dalam proyek ini, Barat menggandeng para penguasa negeri-negeri Muslim dan didukung oleh ulama serta para politikus liberal sebagai antek-antek mereka untuk menjauhkan umat Islam dari pemahaman Islam kafah dan untuk menghadang kebangkitan Islam dengan tegaknya Khilafah Islamiyyah yang sangat ditakuti oleh AS dan sekutunya. 


Ketakutan Barat akan tegaknya Khilafah Islam inilah yang membuat mereka menghalalkan segala cara untuk menghentikan gaung gelombang khilafah yang menjadi solusi satu-satunya untuk umat manusia di dunia. Namun, sekuat apapun upaya yang mereka lakukan tidak akan mampu menghalangi fajar khilafah yang sebentar lagi akan menyingsing. Allah swt berfirman,”Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah menolaknya malah berkehendak menyempurnakan cahaya-Nya walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya” (At Taubah : 32). Wallahualam


Oleh : Siti Rima Sarinah



Posting Komentar

0 Komentar