Demi mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) di era industri 4.0 yang kompeten dan berkualitas, Indonesia membuat program pendidikan khusus untuk mewujudkan hal tersebut. Program vokasi dihadirkan oleh Kementerian Perindustrian dengan sebuah konsep link and match antara dunia industri dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Konsep ini dimaksudkan agar terjadi proses kerjasama antara industri dan SMK di seluruh Indonesia.
Dengan adanya program pendidikan vokasi ini, diharapkan dapat meningkatkan mutu lulusan SMK sesuai dengan instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK. Sistem vokasi industri ini juga merupakan realisasi dari kebijakan Kementerian Perindustrian sebagai upaya dalam pemerataan ekonomi di Indonesia, agar lulusan SMK mampu memenuhi kebutuhan pasar kerja.
Pendidikan vokasi ini disambut positif oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang mengatakan SMK di Jawa Barat harus dibekali kurikulum digital. Hal ini tak lepas dari keberhasilan Ghozali Everday menjual foto selfie non-fungible token (NFT) hingga 1,5 miliar. Menurutnya, bisnis digital telah menjadi salah satu celah bisnis yang belum banyak dipahami. Oleh karena itu 26 ribu anak SMK se-Jawa Barat akan diberi kurikulum Shopee terkait bisnis digital, yang kuliah perdananya dimulai di SMKN 1 Kota Bogor. (Tempo.co, 15/01/2021)
Tidak dipungkiri, kecanggihan teknologi memang menjadi peluang besar untuk mendapatkan fulus dengan cepat. Misalnya seperti yang dilakukan oleh Ghozali Everday dengan NFT dan yang marak digandrungi baik oleh kaum muda maupun tua adalah menjadi youtuber. Dengan menampilkan konten-konten yang unik atau tidak biasa, sangat mudah menarik para netizen untuk menjadi follower konten tersebut. Maka wajarlah jika saat ini, banyak bertebaran bisnis-bisnis yang menggunakan media digital.
Akan halnya program pendidikan vokasi yang sedang digalakkan di negeri ini, lebih menitikberatkan pada lulusan SMK agar dapat bersaing dalam dunia industri. Berbagai program dilakukan agar menghasilkan lulusan SMK yang kompeten dan berkualitas. Sehingga lulusan SMK tidak perlu melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi, karena dengan keahlian dan kompetensi yang mereka miliki, mereka dengan mudah bisa masuk dalam dunia industri. Benarkah demikian?
Ada yang perlu kita kritisi dari gencarnya pemerintah mengaruskan pendidikan vokasi ke semua sekolah kejuruan yang ada di Indonesia. Pendidikan vokasi sesungguhnya mengalihkan arah tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh undang-undang. Fokus pemerintah kepada pendidikan vokasi disinyalir membuat tujuan awalnya pendidikan untuk menghasilkan manusia yang beriman dan bertakwa serta menguasai iptek akan mengalami pergeseran. Dunia pendidikan saat ini hanya fokus pada lulusan yang siap diterima di dunia kerja, tetapi mengabaikan sisi keilmuan yang kelak diharapkan akan membawa kemajuan bagi bangsa di masa yang akan datang.
Muatan kurikulum SMK lebih banyak menyajikan materi yang dibutuhkan di dunia kerja, dengan mengurangi sisi keilmuan yang dianggap kurang dibutuhkan di dunia kerja. Sekilas hal ini nampak ideal dan pas untuk saat ini, namun ada bahaya dibalik itu yang patut diwaspadai. Yaitu lemahnya pengembangan ilmu pengetahuan pada generasi masa depan. Dengan kata lain hanya akan melahirkan generasi buruh tanpa memiliki keilmuan sama sekali. Hal ini akan membuat negara bergantung pada negara lain dan akan sangat mudah untuk diintervensi, seperti halnya yang tengah terjadi di negeri ini.
Oleh karena itu, sangatlah jelas bahwa pendidikan vokasi hanya mengarahkan tujuan pendidikan pada materi semata. Namun, bukan berarti pendidikan vokasi tidak dibutuhkan oleh generasi. Tetapi yang harus dipahami pendidikan vokasi dalam naungan sistem pendidikan kapitalis sekuler yang diterapkan saat ini, hanya akan membuat negeri ini senantiasa dalam cengkeraman (dikuasai serta diperebutkan) oleh negara-negara Barat.
Fakta di atas sangat jauh berbeda dengan sistem pendidikan Islam yang diterapkan dalam naungan khilafah. Tujuan dalam pendidikan Islam, bukan hanya melahirkan generasi yang berkepribadian Islam dan menguasai agama (faqih fiddin), melainkan juga terdepan dalam sains dan teknologi, bahkan siap memimpin dunia. Hal ini terbukti dalam sejarah emas kegemilangan peradaban Islam selama 1300 tahun lamanya. Dimana khilafah mampu melahirkan generasi polymath dan generasi penemu, yang memiliki kontribusi besar bagi peradaban dunia.
Peran negara dalam mewujudkan generasi emas terlihat jelas, bagaimana Khalifah (pemimpin kaum muslim) memberi fasilitas dan sarana prasana pendidikan yang dibutuhkan oleh semua rakyatnya. Pemberian bekal kepada semua peserta didik agar bisa bekerja memang harus dilakukan, terutama kepada kaum laki-laki yang mempunyai kewajiban sebagai pencari nafkah. Pada beberapa peninggalan peradaban Islam banyak ditemukan para ahli di bidang teknologi yang sangat memudahkan mereka dalam mencari nafkah.
Pada masa kejayaan Islam, para cendekiawan muslim juga membagi ilmu-ilmu yang bersifat teknologi menjadi ilmu jenis-jenis bangunan, ilmu optik, ilmu pembakaran cermin, ilmu tentang pusat gravitasi, ilmu pengukuran dan pemetaan, ilmu tentang sungai dan kanal, ilmu jembatan, ilmu tentang mesin kerek, ilmu tentang mesin-mesin militer serta ilmu pencarian sumber air yang tersembunyi.
Kemajuan ini jelas membuktikan perhatian besar khilafah dalam menerapkan sistem pendidikan Islam. Agar peserta didiknya siap terjun ke tengah masyarakat termasuk urusan bekerja dalam rangka mencari nafkah. Dan semua kemajuan itu dicapai karena sistem pendidikannya berdiri di atas tujuan mewujudkan peserta didik menjadi pribadi yang tangguh dan siap menerima beban hidup di masyarakat.
Faktor inilah yang tidak dimiliki oleh sistem pendidikan yang memisahkan agama dari kehidupan, sebagaimana yang terjadi saat ini. Menjadikan tujuan lulusan sekolah hanya sebatas siap kerja, tentunya tidaklah cukup.
Visi menjadi negeri yang maju dan menjadi negara adidaya, harus disertai dengan berbagai upaya fundamental dalam rangka menyiapkan SDM yang memiliki kemampuan untuk mengarungi kehidupan. Diantaranya dibutuhkan SDM yang mampu berpikir strategis dalam mengelola sumberdaya alam berdasarkan syariah Islam. Pengelolaan sumberdaya alam dengan cara yang benar akan mampu membiayai segala fasilitas dan sarana pendidikan tanpa mengorbankan tujuan serta visi dan misi pendidikan.
Maka sistem pendidikan yang ada saat ini harus segera dibenahi. Perlu perubahan secara fundamental yang menentukan arah pendidikan. Dengan upaya ini, terwujudnya negara yang maju dan mandiri bukanlah sekedar mimpi. Dan hanya sistem Islamlah yang mampu mengantarkan kita untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Wallahu’alam.
Penulis: Siti Rima Sarinah
0 Komentar