Mengurai Motif Kebanggaan Semu Negara Toleran dan Damai



Masifnya paham moderasi kian merasuk ke seluruh pikiran umat Islam di dunia, tak terkecuali Indonesia. Suka atau tidak paham ini akan terus dipaksakan oleh Barat selama negara tersebut membebek terhadapnya. Lambat laun jika terus dipaksakan melalui tangan penguasa, maka rakyat akan terwarnai dan menerimanya.

Sepintas paham ini bagus di kemasan tetapi mengandung racun mematikan yang akan menghantarkan manusia ke dalam kesesatan. Salah satu paham yang dihembuskan adalah dijauhkannya bahasa Arab dari kaum muslim dan disisipkannya paham nasionalisme.

Dikutip tribunnews.com, menurut wapres Ma'ruf Amin bahwa saat ini muslim di dunia lagi belajar terhadap Indonesia yang telah mampu menjadi negara toleran dan damai. Bahkan disebutkan pula bahwa sudah tidak zaman lagi menerjemahkan Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia, melainkan Bahasa Indonesia yang harus diterjemahkan ke Bahasa Arab.

Hal ini disampaikan menerima kunjungan Majelis Hukama Muslimin, sebuah organisasi ulama yang berpusat di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. (tribunnews.com, 13/01/2022)

Dari fakta tersebut menjadi sebuah bukti bahwa kebanggaan menjadi negara toleran dan damai merupakan kebanggaan semu. Bagaimana tidak, negara toleran dan damai menunjukkan sebuah bukti negeri yang mayoritas muslim ini sudah dalam cengkeraman Barat. Rasa bangga ini merupakan kesesatan pemikiran.

Negara toleran dan damai yang dimaksud di sini adalah mau menerima ide-ide Barat dengan berbagai jargon-jargonnya. Semisal toleransi beragama, HAM, pluarisme dan ide sesat lainnya yang terus dipraktikkan oleh para penguasa. Jika ide-ide ini diusung oleh penguasa beserta jajarannya sangat tidak mustahil, negeri yang mayoritas penduduknya muslim akan semakin jauh dari ajaran Islam yang hakiki.

Pemberian stigma buruk terhadap bahasa Arab oleh pejabat di negeri ini, dan terlalu membanggakan bahasa sendiri telah  menambah deret ketidaksukaan umat Islam terhadap bahasa Al-Quran. Sementara kita paham bahwa bahasa Arab merupakan bahasa untuk memahami ajaran Islam. Bahasa Arab dengan segudang keunikannya tidak sama artinya dengan bahasa Indonesia. Bahkan banyak arti bahasa Arab yang sulit ditemukan di bahasa Indonesia. Inilah yang harus diwaspadai agar tidak terjebak terhadap opini tersebut. Jika bahasa Arab dianggap buruk dan sulit, besar kemungkinan  memahami   ajaran Islam yang benar pun akan mengalami penyimpangan.

Bahkan penafsiran terhadap hukum syariat bisa digunakan secara semaunya. Hal ini seperti orang-orang liberal yang dengan bangganya mengusung kebebasan beragama dan berpikir. Adapun perasaan bangga berlebihan saat kunjungan ulama dari Uni Emirat Arab, hanya karena Indonesia disebut negara toleran dan damai kebanggaan yang tak pada tempatnya. Hal ini karena saat ini Saudi Arabia pun tidak luput dari program moderasi dan sekularisasi dalam semua bidang kehidupan. Tidak aneh jika kemudian Arab Saudi pun ikut menggaungkan moderasi dalam balutan sekularisasi.

Lantas sikap yang harus ditempuh sebagai seorang muslim, manakala pejabat di negeri ini kian bangga dengan label negara toleran dan damai? Ataupun stigmatisasi terhadap bahasa Arab. Bagi seorang muslim yang menjadi patokan hidupnya adalah ajaran Islam yang mulia. Dia akan sekuat tenaga menghapuskan berbagai pemikiran kufur semacam moderasi, sekularisme, HAM dan turunannya.

Seorang muslim tentu akan menjadikan dorongan akidah dalam bersikap dan bertingkah lakunya. Begitupun terkait bahasa Arab dia akan mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa pemersatu umat Islam, bahasa dalam aktivitas ibadahnya.

Bahkan para ulama sangat peduli dan perhatian terhadap bahasa Arab. Sebab, mereka percaya bahwa bahasa Arab merupakan kekuatan yang mampu menjaga dan menyempurnakan pelaksanaan Islam hingga terwujudnya rahmatan lil a'lamiin. Umar bin Khattab ra. berkata:

Belajarlah bahasa Arab karena bahasa Arab itu memperkuat akal (kecerdasan akal )dan menambah keberanian. "(Al-Baihaqi, Syu'ab al Iman, 2/256).

Walhasil, berbagai upaya untuk menghancurkan umat Islam oleh Barat seharusnya menjadi kewaspadaan bagi kita umat Islam. Jangan bangga dengan berbagai penghargaan jika hal tersebut bertujuan mengoyak ajaran Islam.Banggalah terhadap Islam yang telah terbukti membangun peradaban manusia yang gemilang.

Oleh karena itu, sudah saatnya bagi kita mencampakkan berbagai pemahaman kufur. Mulailah mengkaji Islam yang kafah, belajar mencintai bahasa Arab sebagai bahasa pemersatu umat Islam. Hal ini agar tertanam kebanggaan dan kerinduan untuk menggali hukum-hukum Islam yang mulia. Selain itu pula tertanam dalam jiwa untuk menerapkan ajaran Islam dalam segala bidang kehidupan. Menerapkan dari individu hingga negara dalam bingkai khilafah, bukan yang lain. Wallahualam.


Oleh Heni Ummufaiz
Ibu Pemerhati Umat

Posting Komentar

0 Komentar