Moderasi Mendikotomi Umat, Praktisi: Jika Umat Islam bersatu, Kejayaan Pasti Kita Raih!



Moderasi beragama yang belakangan semakin kencang dihembuskan oleh penguasa saat ini telah membuat dikotomi di tengah masyarakat khususnya umat Islam. Tentu hal ini akan menjadi polemik yang dapat merugikan umat Islam itu sendiri mengingat ukhuwah atau persatuan umat adalah sesuatu hal yang penting demi tercapainya kebangkitan. 


Perpecahan yang terjadi di tengah umat kala mereka menyikapi ide moderasi ini semakin terasa ketika pimpinan sebuah ormas besar menyinggung nama ormas lain yang telah dibubarkan. Ia mengatakan, "Mereka yang tidak paham sikap NU atas HT1 maupun FP1 barangkali memang belum mengerti betapa berat amanah moderasi kutub ekstrem di negeri ini," ucapnya.


Pada rubrik Suara Muslimah kali ini, tim redaksi Muslimah Jakarta telah berhasil mewawancarai seorang tokoh dari kalangan praktisi pendidikan yaitu Suryaningsih, S.Pd.I., terkait polemik ini. Berikut hasil wawancaranya. 


Tanya: Apa pendapat Ibu terkait adanya polarisasi umat kala mereka menyikapi moderasi beragama?  


Jawab: Agenda besar dari upaya liberalisasi adalah memecah-belah umat.   Perpecahan ini akan ditampakkan bukan dari eksternal, melainkan dari faktor internal umat Islam sendiri. Yaitu umat Islam yang semakin jauh dari tuntunan Al-Qur'an dan Hadis. Hal ini pun menjadi bagian dari hilangnya ilmu dan adab. Solusinya ialah mulai dari lingkungan terkecil, memperbaiki diri menjadi lebih baik.


Tanya: Bagaimana pandangan Ibu terkait adanya dikotomi dalam Islam (radikal, fundamental, tradisional, moderat)? Mungkinkan ada agenda Barat dari istilah-istilah tesebut? 


Jawab: Benar bahwa ini menjadi bagian dari agenda Barat yang berupaya untuk mendikotomi Islam dengan melabeli dan membuat definisi-definisi tertentu. Seperti Islam Nusantara, Islam Moderat, Islam Liberal dll. Akibatnya, hal tersebut membingungkan umat. Mereka tidak tahu lagi arah dan tujuan bagaimana berislam itu secara kafah.


Sekali lagi, ini bagian dari jauhnya ilmu yang dimiliki umat bahkan ulama yang cenderung mengikuti worldview Barat. Karena mereka mengira para ulama tersebut sebagai pembawa pembaharu dan lebih membawa modernisasi. Sehingga umat beranggapan ini adalah solusi yang mereka inginkan. 


Tanya: Kenapa penguasa saat ini seolah alergi dengan gerakan/ormas Islam yang aktif dalam mengoreksi penguasa (melakukan aktivitas politik)? 


Jawab: Penguasa hari ini bukan contoh yang baik. Qadarullah hal ini terjadi di Indonesia, dan yang Allah ingikan sebenarnya umat ini bersatu tanpa membanggakan kelompoknya. Baik NU itu sendiri, FP1 ataupun HT1 yang mereka ributkan, kita semua adalah umat Islam yang satu di bawah naungan bendera Laa Ilaaha Ilallah (bendera tauhid). Bayangkan jika umat Islam semua bersatu, zaman kejayaan itu pasti bisa kita raih. Biidznillah. 


Tanya: Bagaimana seharusnya sikap umat Islam dalam menghadapi upaya Barat yang ingin memecah belah umat Islam? 


Jawab: Sikap umat Islam seharusnya dapat kembali memaknai ajaran Islam yang kafah dimulai dari lingkungan terkecil dengan tujuan menjadi manusia baik, beradab dan berilmu. Ini bukan mustahil dilakukan. Komunitas kecil yang terbentuk kebaikannya akan memengaruhi komunitas besar yang masih kurang baik. Seorang "Good Man" bukan saja menjadi warga negara yang baik, melainkan juga harus menjadi manusia yang mendapatkan rida Allah Taala. [WID]


Posting Komentar

0 Komentar