Peliharalah Dirimu dan Keluargamu Dari Api Neraka



Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat At Tahrim ayat 6


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا 


مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ



Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."


Sering bukan kita mendengar bunyi ayat tersebut? Ayat yang menjadi pengingat setiap insan beriman (khususnya laki-laki sebagai seorang suami dan ayah) untuk menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka. Yang dijaga agar terhindar dari api neraka bukan hanya dirinya semata, tapi juga keluarganya.


Dalam Tafsir Al-Wajiz dijelaskan oleh Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah, “Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, jauhkanlah diri kalian dan keluarga kalian dari neraka dengan meninggalkan kemaksiatan dan melaksanakan ketaatan. Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia (kafir) dan batu-batu (berhala yang disembah). Neraka itu dijaga oleh malaikat-malaikat yang jumlahnya ada 19 malaikat yang memiliki sikap kasar, badannya sangat keras. Mereka tidak pernah melakukan kemaksiatan terhadap perintah Allah sebelumnya dan mengerjakan apa yang diperintahkan kepadanya di masa yang akan datang.


Sama halnya yang dijelaskan oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir as Sa’di di dalam Tafsir as-Sa’di, maksudnya hai orang yang diberi karunia berupa keimana kepada Allah, tunaikanlah tuntutan dan syarat keimanan. Maka “peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka,” yang memiliki ciri-ciri mengerikan. 


Menjaga diri dengan menunaikan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya serta bertaubat dari perbuatan yang membuat Allah murka dan mengundang azab serta menjaga keluarga dan anak-anak dengan cara mendidik, mengajarkan serta memaksa mereka untuk menunaikan perintah-perintah Allah. Seorang hamba tidak akan selamat hingga menunaikan perintah Allah terhadap dirinya sendiri dan orang-orang yang ada di bawah kekuasaannya seperti isteri dan anak, serta yang lainnya yang berada di bawah kekuasaannya.


Allah menyebutkan sifat-sifat neraka seperti itu agar hamba-hamba-Nya tidak menyepelekan perintah-perintah-Nya. Allah Swt berfirman “yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” Ini semakna dengan firman Allah, “Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah umpan Jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya.” (Al-Anbiya: 98). “Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras,” maksudnya, watak mereka keras, gertakan mereka amat keras, suara mereka menakutkan apapun yang mereka lihat, menyiksa penghuni neraka dengan kekuatan mereka dan mereka melakukan perintah Allah yang mengharuskan menyiksa penduduk neraka dengan sekeras-kerasnya. “Yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” Dalam ayat ini juga terdapat pujian bagi para malaikat mulia, kepatuhan mereka terhadap perintah dan ketaatan mereka dalam segala sesuatu yang diperintahkan pada mereka. 


Menjadi kewajiban seorang suami atau ayah untuk menjaga diri serta keluarganya untuk senantiasa berada dalam ketaatan kepada Allah. Demikian yang dijelaskan di dalam Tafsir al-Qurthubi, mengkutip penyampaian al-Qusyairi mengenai arti surat At Tahrim ayat 6 tersebut, bahwa pada waktu turunnya ayat tersebut Umar bertanya pada Rasulullah Saw: “Rasul, kami menjaga diri sendiri.

Lantas bagaimana kami menjaga mereka?” Nabi menjawab: “Laranglah mereka dari hal yang dilarang Allah, dan perintahkan mereka dengan sesuatu yang Allah perintahkan.” Ibnu Umar ra. berkata, “Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, ‘Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang penguasa adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang pembantu adalah pemimpin bagi harta majikannya dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Jadi, setiap kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.” (Muttafaq ‘alaih).


Begitu besar dan berat amanah yang Allah berikan kepada seorang laki-laki, khususnya seorang ayah. Terlebih di zaman yang penuh fitnah seperti saat ini. Kemaksiatan sangat mudah ditemui dimana-mana, tidak terkecuali seorang muslim yang terlihat rajin beribadah juga terkena imbasnya. Semua dikarenakan kehidupan yang serba materialistis, hedonis, dan serba permisif.


Menjadikan keimanan dari hari ke hari mudah untuk tergerus, bahkan cenderung hilang dan hanya bisa ditemui di bilik-bilik mesjid. Tidak diaturnya kehidupan oleh agama kecuali sebagian kecil saja, membuat seseorang cenderung lupa bahwa sesungguhnya semua aktivitas perbuatannya tidak akan pernah lepas dari hukum syara’. 


Tugas ayah tadi yang menjaga keluarganya dari api neraka pun akhirnya seperti sulit untuk direalisasikan. Masyarakat yang semakin tidak acuh akan kondisi sekitarnya, ditambah negara yang abai akan perannya dalam menjaga rakyatnya agar terhindar dari ancaman azab api neraka. Keluargalah yang menjadi benteng pertahanan terakhir umat muslim saat ini untuk menjaga dirinya serta keluarganya dari azab-Nya Allah Swt.


Wallahualam.


Oleh Elif Shanum

Posting Komentar

0 Komentar