Pemimpin Yang Adil, Akan Mendapat Naungan Allah di Hari Kiamat


 

Abu Hurairah ra. berkata bahwa Nabi Saw. bersabda, “Ada tujuh golongan yang akan mendapat naungan dari Allah pada hari tidak ada naungan selain naungan-Nya. Mereka adalah pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, orang yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah sehingga mereka bertemu dan berpisah karena Allah, laki-laki diajak berbuat zina oleh seorang perempuan yang memiliki kedudukan dan kecantikan lalu menjawab, ‘Aku sungguh takut kepada Allah’, orang yang bersadaqah dan merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui yang disedakahkan tangan kanannya, dan orang yang mengingat Allah di saat sendiri sampai kedua matanya basah dengan air mata.” (Muttafaq ‘alaih).

Dalam hadist tersebut Rasulullah Saw mengabarkan bahwa ada diantara tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah Azza wa Jalla pada hari kiamat adalah seorang pemimpin yang adil. Apa yang dimaksud dengan pemimpin yang adil? Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tertulis makna dari pemimpin adalah orang yang memimpin, menjadi petunjuk. Sedangkan makna Adil sendiri memiliki makna tidak memihak, tidak berat sebelah, tidak sewenang-wenang, serta berpegang kepada kebenaran. Itu artinya pemimpin yang adil adalah seseorang yang menjadi pemimpin, yang tidak berat sebelah, tidak memihak, tidak sewenang-wenang, serta berpegang kepada kebenaran.

Sebagaimana Allah Swt berfirman di dalam surat An-Nahl: 90,

۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

 

Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran."

Dan didalam surat Al-Hujurat ayat 9, Allah SWT berfirman:

وَاِنْ طَاۤىِٕفَتٰنِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اقْتَتَلُوْا فَاَصْلِحُوْا بَيْنَهُمَاۚ فَاِنْۢ بَغَتْ اِحْدٰىهُمَا عَلَى الْاُخْرٰى فَقَاتِلُوا الَّتِيْ تَبْغِيْ حَتّٰى تَفِيْۤءَ اِلٰٓى اَمْرِ اللّٰهِ ۖفَاِنْ فَاۤءَتْ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَاَقْسِطُوْا ۗاِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ

 Artinya: "Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil."

 ‘Iyadh bin Himar ra. berkata, “Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Diantara penghuni surga ialah tiga orang; orang yang memiliki kekuasaan lalu berbuat adil dan mendapat bimbingan dari Allah; orang yang memiliki sifat penyayang dan lembut hati kepada keluarga dekatnya dan setiap muslim; serta orang yang tidak mau meminta-minta sementara ia menanggung beban keluarga yang banyak jumlahnya.” (HR. Muslim). Itu artinya jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang pemimpin, Dia akan membimbingnya berbuat adil dan berbuat baik kepada rakyatnya.

 Begitu pentingnya pemimpin yang adil, Nabi Muhammad Saw pernah berpesan, “Sehari seorang pemimpin yang adil lebih utama daripada beribadah 60 tahun, dan satu hukum ditegakkan di bumi akan dijumpainya lebih bersih daripada hujan 40 hari.” (HR. Thabrani, Bukhari, Muslim, dan Imam Ishaq). Seorang pemimpin yang menegakkan keadilan akan lebih membersihkan bumi dibandingkan dengan hujan selama empat puluh hari. Mengapa? Karena keadilan akan membersihkan segala bentuk kejahatan dan kecurangan. Serta dampaknya pun akan dirasakan oleh semua umat manusia, bukan hanya untuk muslim saja.

Abdullah bin Amr in Ash ra. berkata, rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya, orang-orang yang berbuat adil kelak di sisi Allah berada di mimbar-mimbar bercahaya; mereka yang berbuat adil dalam keputusan, terhadap keluarga dan dalam kepemimpinannya.” (HR. Muslim). Hadist ini menunjukkan keutamaan berbuat adil serta anjuran untuk melakukannya. Adil itu akan selalu memuliakan setiap muslim yang melaksanakannya, terlebih jika ia adalah seorang pemimpin.

Pemimpin yang adil adalah sosok yang begitu dirindukan umat saat ini. Adakah ia mampu hadir di tengah-tengah gempuran aturan yang memisahkan agama dari kehidupan? Keadilannya seringkali terhalang tabir keserakahan, dihalangi oleh tabir akan tamaknya kebendaan. Gemerlapnya duniawi telah menihilkan keimanannya yang akan selalu menuntunnya kepada kebenaran. Terpisahnya peran agama dalam kehidupan, membuat pemimpin muslim pada saat ini sulit mewujudkan keadilan yang hakiki. Keadilan yang sesuai dengan fitrah manusia. Keadilan yang mampu memberikan rasa aman, kesejahteraan, dan juga keberkahan di dalam kehidupan tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat. Keadilan yang tidak semata untuk meraih ridhanya manusia, tetapi tentunya ridha Allah Swt. 

Allah Ta’ala berfirman

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَاۤءَ بِالْقِسْطِۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْا ۗاِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Ma'idah: 8).

 Oleh Elif Shanum  

 

 

 

Posting Komentar

0 Komentar